Prolog

2.1K 172 23
                                    


sebelum kita mulai dengan cerita ini, penulis hanya ingin memberitahu bahwa

Ini hanya kisah lepas yang penulis tulis ketika penulis menemukan waktu luang. Penulis berpikir untuk menulis cerita ini menggantikan cerita Chibi Chuuya penulis yang sebentar lagi akan tamat atau memang sudah tamat.

Let's check this out!!

Itu hari yang cukup melelahkan. Chuuya menghela nafasnya dan memegangi perutnya yang terluka tadi. Dia diserang oleh 3 orang pengguna kekuatan yang merepotkan. Satu akan membuat umurmu menghilang sesuai dengan hitungan yang kau punya, satunya lagi bisa menghentikan gerakanmu jika tersentuh dan satunya yang paling Chuuya benci adalah wanita dengan cambuk yang bisa menangkap siapa saja yang dia incar. Chuuya terkena cambukan itu di perut dan punggungnya dan sekarang tulangnya terasa akan hancur.

Chuuya bersandar di dinding di belakangnya untuk menarik nafas. Dia sangat kelelahan saat ini dan tubuhnya terasa sangat sakit. Chuuya melepaskan sarung tangannya. Dia melihat bekas luka di telapak tangannya karena menahan cambukkan dari wanita gila itu tadi. Mengerang pelan, Chuuya memegang perutnya untuk menemukan darah yang merembes keluar dari perutnya.

"Ini benar-benar menjengkelkan!" gumam Chuuya jengkel. Dia membiarkan dirinya jatuh merosot ke tanah dan menatap langit yang sedang menurunkan hujan. Chuuya tertawa kecil. Dia kembali mengingat masa lalunya saat berada di 'Domba'. Dia yang membereskan semua yang dilakukan oleh orang yang dia anggap teman, keluarga. Menyelamatkan mereka saat mereka dalam bahaya dan pastinya dia yang akan menanggung semua pukulan yang akan di dapatkan oleh mereka. dia akan melakukan apa saja demi menyelamatkan mereka. Huh! pada akhirnya mereka hanya menghianati dirinya. biarlah. Itu hanya masalalu yang tidak penting.

"Ugh!" luka ini membuat Chuuya kesal. Chuuya menghela nafas nya kasar. Sambil bertumpu pada dinding, dia berusaha untuk berdiri. Chuuya memastikan dirinya memiliki sedikit energi untuk menggunakan kekuatannya.

Chuuya menghela nafas entah untuk kesekian kalinya hari ini. Dia tidak bisa menggunakan kekuatannya. Jika dia memaksakan diri untuk terbang ke apartemennya, dia pasti akan tejatuh di tengah jalan. Jadi, menghindari luka yang lebih parah, Chuuya memutuskan untuk berjalan ke apartemennya. Sebenarnya dia bisa saja menelpon bawahannya dan meminta mereka untuk menjemputnya hanya saja dia sedang malas mengutak atik ponsel yang entah masih selamat atau tidak dari pertarungannya tadi.

Perjalanan pulang terasa sangat lama dan penuh perjuangan bagi Chuuya kali ini. Sesekali dia harus berhenti hanya untuk menarik nafasnya atau untuk beristirahat sejenak.

Chuuya kembali terjatuh ke tanah. Kakinya terasa sangat lemas dan perutnya bertambah sakit. Pandangan Chuuya sudah semakin kabur mungkin karena dia sudah kehilangan banyak darah. Chuuya mengerang kecil ketika dia bergerak untuk mencari posisi yang nyaman. Dia tertawa ketika memikirkan mungkin ini adalah akhir dari nya. Dia ingin sekali melihat reaksi dari bosnya ketika tahu salah satu eksekutifnya mati di samping tempat sampah hanya karena tidak mampu berjalan kembali ke apartemennya. Bukan kah itu sangat lucu?

Tapi, Ane-sannya pasti sedih jika dia meninggal dalam keadaan menyedihkan seperti ini. Masa bodoh lah. Chuuya sudah tidak sanggup. Sekarang sudah malam terlebih sedang turun hujan. Tidak akan ada orang yang mau keluar di malam hari seperti ini. Hanya orang idiot yang akan melakukannya. Chuuya melirik kardus di sampingnya dan menariknya untuk menjadikan alas baginya. Jika dia akan mati disini, paling tidak Chuuya ingin jasadnya memiliki alas untuk berbaring.

"Huh?" Chuuya terheran dengan apa yang dia lihat. Itu seorang anak kecil. Mungkin usianya baru dua tahun. Anak itu tidak bergerak sama sekali. Chuuya berpikir jika dia pasti sudah meninggal karena kedinginan atau karena kelaparan. Chuuya tak tahu dengan pasti sudah berapa lama anak itu ada di sana.

Mommy ChuuyaWhere stories live. Discover now