📎ㅡneuf

152 29 7
                                    




dihar masih bersikukuh memandang hamparan langit dari dalam balkon, hatinya campur aduk, batin yang berirama itu terdapat ranah ketidakpastian membetuk beberapa sekat skeptis.

bagaimana tidak? apa selama ini ada hal tersembunyi? yang dihar bahkan sama sekali nggak tau bahwa sebenarnya jeno itu...

dihar memijat pelipis, masih dengan pikiran buruk yang masif dan terpatri difikirannya, sepertinya memang enggan pergi, pagi hari sayangnya sangat persetan.

siapa tidak sadar? dirinya tidak lebih dari wanita pelik, bahkan dengan renjana lihai bermain dosa dibalik tembok persahabatan, tapi, yang satu ini, jeno dengan aca, bahkan dihar tidak bisa memercayai.








nggak, lebih tepatnya, dihar tidak mau percaya.

enggan terbuka pada picisan-picisan bukti yang kian hari kian terang saja tentang sebenarnya.



ponsel dihar bergetar, menampilkan seulung nama yang sedari tapi merombak fikirannya menjadi pelik dan kusat.

lee jeno is calling...

"dihar! how do you do?"

"jeno! how do you do."

"kita ldr, kamu nggak ngerasa apapun? jahat banget."

"some vacantness? haha, nggak. sana belajar aja, lee jeno, aku baik-baik aja."

".....i miss you."

"i miss you too."

"how 'bout u'r day, lee dihar?"

"enak aja ganti-ganti marga! hari-hariku ya kayak biasa, jen. kalo kamu?"

"hmm, tadi aku jogging, nggak sengaja nabrak orang sampe jatuh, untung aku tanggung jawab."


dihar bungkam beribu bahasa, garis dahi tercipta, walau bukan pemilik hati, tapi sesenang ini jika dirinya datang mengabari, tapi semu, saat jeno mengingatkan hal yang seharusnya tidak usah seberat ini dihar pikirkan.

toh, kenapa? dihar takut kehilangan jeno? sejak kapan?

sejak kapan dihar mulai menerima kehadirannya?

entahlah, rasanya semuanya semakin pekat menghitam enggan benderang, jalan buntu lebih tepatnya. serembumnya memilih menumpul pada bongkahan virulen yang sulit menemukan titik terang.

dihar memilih menepis jauh fikiran yang tidak berasumsi jelas itu.



"dihar?"

"...jeno~"

"hm?"

"k-kamu, kenal aca?"






































satu...

dua...

tiga...

tidak ada jawaban, jeno diam, lalu mematikan saluran.


sekali lagi, yakinkan batin dihar, semuanya nggak seperti yang dihar kira.












_tbc.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NABASTALA |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang