jeno memutar setir kasar. berjalan membelah jalanan kota dengan kecepatan mobil diatas rata-rata.
pandangannya hitam legam ditutup amarah yang bergejolak. sesekali memijit pelipis karena terasa pusing tidak tidur berhari-hari.
jeno memarkirkan mobilnya dilahan luas pelataran perumahan megah. sedikit membenarkan kemejanya, sang empu keluar masih dengan amarah yang membabi buta.
didatanginya sekarang rumah minimalis didepannya. sesekali tangan jeno mengepal kuat sebagai aset pelampiasan gemuruh amarahnya.
"MARK! KELUAR!" teriaknya lantang.
sang pemilik rumah dengan cekatan membuka pintu. persetan langsung menatap jeno rendah kemudian terkekeh pelan.
"long time no see..... brother."
jeno mendecih, "nggak sudi!" cekar jeno diikuti gelak tawa menjijikan mark lee.
"apa? jiji? kalo lo nggak dinafkahin sama bokap gue, lo udah jadi tulang tau nggak? sekarang? lo bilang jiji? lo nggak tau cara bersyukur?"
jeno terbelalak, menatap lelaki adikara yang masih angkuh berdiri tegap didepannya.
namun nihil, mark terlalu adikuasa. jeno menunduk lagi. tanpa disadari menangis, namun secepat kilat jeno mengusapnya atau akan ditertawakan lagi oleh mark untuk kesekian kalinya.
"kak...," jeno menatap kakak tirinya, "nggak cukup ya pengorbanan gue? selama ini perbuatan gue untuk nebus kesalahan mamah nggak cukup? dengan gue yang selalu nutupin kelakuan busuk lo selama ini masih kurang?" sergah jeno penuh tekanan, rahangnya mengeras seiring dengan suara gemeletuk.
mark menatap jeno dengan senyuman merendahkan, "eum, gimana ya gue nerangin ke lo jen?" mark masih melemparkan tatapan merendahkan, "masalahnya lo kalo gue terangin nggak paham-paham, pusing. ngerepotin, sama kayak nyokap lo yang selaras banget kayak jalang sama bokap gue."
jeno mendorong bahu mark kasar, membawanya masuk melenggang kedalam rumah mark.
"bangsat! mamah gue bukan jalang, kak! justru ayah kak mark sendiri yang bilang kalo dia belum nikah! jangan cuma salahin mamah, kalo sebenernya dalang dibalik ini semua ayah lo sendiri!"
mark mencengkram kerah jeno kasar, kemudian membenturkan punggung jeno ke dinding, "dengerin gue ya lo, anjing! bayangin lo di posisi gue! mamah gue dirumah sering nangis gara-gara ayah nikah lagi! dan sekarang, bahkan ayah mewariskan semua tonggak perusahaan ke lo! gue! gue yang anak asli murni dari perkawinan sah malah nggak dapet apa-apa, lo pikir siapa yang nggak dendam?"
jeno merengkuh pergelangan tangan mark yang setia menarik kerahnya kemudian menghempaskannya ke udara, "itu kesalahan kakak sendiri yang selalu ngabisin keuntungan perusahaan buat dunia malam kakak. kakak sendiri yang udah ngerusak kepercayaan ayah!"
mark kembali membenturkan jeno ke dinding, membuat si lawan meringis hingga jatuh meringkuk dibawahnya.
namun jeno tidak ingin kalah, perbuatan lelaki didepannya yang notabenenya adalah kakak tirinya itu benar-benar melampaui batas.
"inget ya, lo cuma anak yang nggak diharapkan! nggak usah ceramahin gue anjing! lo nggak berhak!"
rahang jeno menegang, siapa yang tidak sakit hati dicemooh oleh kakaknya yang sejatinya sangat jeno sayangi?
"BRENGSEK!" jeno memukul pelipis mark membuat sang empu terhuyung kehilangan keseimbangan.
"kak, gue rela saat setiap orang nuduh gue yang udah 'make' aca dihotel, padahal kenyataannya lo pelakunya! gue rela ngelepasin aca karena aca benci gue karena ini. lo pasti tau kan? seberapa cintanya gue sama aca? sekarang bahkan dihar, lo ambil juga kak! kurang baik apa gue kak?!?"
jeno menangis, sedangkan mark kukuh dengan keegoisannya yang membengkar.
"lo tau kenapa lo masih aja gue anggep buruk?" mark mendecih, kemudian mencengkram rahang sempurna jeno,
"... karena lo cuma anak haram."
jeno kembali melayangkan tinjunya, mendaratkan sebanyak-banyaknya kemuka mark tanpa ampun. mark tidak tinggal diam, baku hantam yang saling bersautan itu ganas dilakukan. keduanya sama-sama tersulut emosi.
hingga akhirnya keduanya sama-sama kehabisan energi, dan sama-sama berlutut didepan satu sama lain.
mark memegangi dadanya yang nyeri karena terus dipukul, sedangkan jeno sesekali mengusap darah segar disudut bibirnya. keduanya sama-sama kacau.
"cepat atau lambat, gue akan buat aca dan dihar benci orang biadab kayak lo kak!"
mark tertawa terpingkal-pingkal, menganggap semua perkataan jeno itu sebagai lelucon yang aktif membuatnya merasa geli dan jiji.
"kudu gue jelasin berapa kali, jen? mereka itu sama-sama bodoh. lo mau jelasin apapun ke mereka bahkan hingga mulut lo berbusaㅡ, cih, sayangnya mereka nggak akan percaya lo.....
...... karena mereka itu hanya sebuah bidak catur seorang mark lee."
mark masih setia merendahkan jeno. sedangkan jeno, tertunduk disudut ruangan. sejatinya dia sudah mengira, bahwa mark terlalu baik untuk disebut seorang manusia. dia licik, picik, tanpa setitik iba dihatinya.
"....... tapi mark, aku denger semuanya. jadi, jangan sebut aku bidak catur kamu lagi."
sontak mark dan jeno menoleh cepat kearah wanita yang sedang berdiri lemah dikusen pintu. pandangannya berair, karena dirinya menangis.
"..... kita selesai, mark."
~~~~~~~°~~~~~~~
mau tamat yey!
mohon maaf jangan siders:'(
KAMU SEDANG MEMBACA
NABASTALA |✓|
Fanfictiontentang seberapa lihai mark lee bersandiwara.|| 🌘 romance 2019.