📎ㅡsept

193 35 4
                                    

aku berlari kalang kabut, seperti dikejar penelik dari segala arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


aku berlari kalang kabut, seperti dikejar penelik dari segala arah.

airmataku jatuh tiada henti, terasa sekali sejatinya aku itu wanita yang paling bermadar.

nggak, aca nggak boleh benci aku. aku rela melakukan apapun, bahkan hingga melepas mark.

hal bodoh, aku melepas seorang teman sebaik aca. aku bodoh.

aku sudah sampai didepan pintu apartemen aca.

susah payah menyiapkan mental, bahkan satu ketukan saja belum dilakukan, aku terlalu gamang.

aku mengatur nafas, kemudian kuketuk pintunya, ada bel, tapi tidak berani.

tapi persetan hasilnya sama saja, aca membuka pintu, lalu mematung.

terlalu sulit untuk dipercaya mungkin, orangnya siapa yang sudah berbuat hina masih saja punya muka? cuma aku, kurasa.

"a-aca, a-aku...minta maaf," hanya itu, yang aku bisa.

aca terdiam, aku merunduk, tidak tau, sampai kapan posisinya seperti ini.

"dihar?" katanya, aku mengangkat kepala, "kamu kan tamu, masuk dulu, yuk!"




aku terduduk, "aca, ini nggakㅡ,"

"mark udah bilang semuanya," aca memotong kalimatku.

aku terkejut, aku kalah cepat minta maaf, kah?

"apa katanya?"

"kalian cuma habis beli peralatan kampus, terus sekalian mampir namsan karena kamu lapar sekali, ingin makan jajanan namsan, iya kan?"

mark? apa-apaan. kukira ini semua akan berakhir. kalaupun harus berakhir, aku rela.

walaupun sakit melepas mark, aku hanya berharap yang baik, aku bahagia, aca bahagia, jeno bahagia, bahkan mark, kuusahakan dia lah yang paling bahagia.

namun, iya, aku seseorang paling pelik.

ingin seperti itu alurnya, tapi bahkan melepas mark untuk berbahagia dengan yang lainnya benar-benar akan meluluh lantakkan aku secara perlahan.

aku belum bisa, belum sanggup.

entahlah, bahkan aku yang menjalankan hidupku sendiri saja bingung, aku itu orang jahat atau baik?






"dihar? iya kan? seperti itu?"

aku diam seribu bahasa, tidak melirik, apalagi berbisik, aku sadar, aku hanya pemantik.

ingin kujawab, "bukan."

lagi-lagi, sisi curangku muncul,"iya bener, aku lapar jadi aku ke namsan dulu, ehe."

aca tertawa, lepas sekali,"dihar masih sama, ya? masih jadi cewek yang gampang laper, makan banyak, mukjizatnya nggak bisa gemuk."

aku ikut tertawa, aca tidak menaruh curiga, hari ini berjalan diluar praduga, aku lega, lalu bagaimana alur ceritaku? masih saja menjadi musuh dalam selimut?

setiba itu, aca lamat memandangku, mengikis jarak, lalu menumpukan kedua tangannya pada pundakku.

"dihar, aku percayain kamu jagain mark, kamu tau, kan? aku sayang banget, sama mark," katanya, aku ingin menangis.

"from now on, i give you all my trust, don't fool, it will be outranges," lanjutnya.

deg.

semudah itu aca menaruh percaya, semudah itu jugaㅡ aku menghianati.

NABASTALA |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang