📎ㅡonze

128 30 10
                                    


"MARK!" aca berlari dengan air mata yang berhamburan, "akhirnya kamu ke china!"

mark membalas pelukan aca, "aku kangen, makanya langsung kesini."

mark senantiasa memeluk erat tubuh mungil aca, enggan melepaskan sampai takaran rindunya berlabur.

ralat, hanya bersikap sebagaimananya orang rindu, agar aca nggak curiga, gitu kan?

lama saling terdiam pada dekapan satu sama lain, mark setiba itu merasakan kemejanya basah.

sadar apa yang terjadi, didongakkannya wajah cantik aca agar netra coklat legamnya itu saling bersibrobrok.

"aca? nangis? kenapa?" ucapnya lembut penuh khawatir.

aca masih diam, menatap mark dalam mencari titik nyaman untuk jangka waktu yang panjang, tidak dapat diacuhkan, hatinya sangat gulana terlilit takut yang tak berkesudahan.

iya, karena kedatangan jeno, walaupun sempat bertukar hibat, namun aca sangat membencinya.

"aca, what happened, heum?" mark mengulangi.

aca segera menunduk, agar airmatanya itu sebelangga jatuh kelantai, maunya ingin memendam sendiri.

tapi yang satu ini, berat.

traumatik yang setiap harinya menggerogot pedih tanpa henti, tentang masa lalunya,







yang kotor.








"mark, kamu cinta aku kan?"

"kenapa tanya gini sih? bahkan kamu udah tau jawabannya."

"beneran? nggak jiji kan? sama aku?"

mark membelai surai lembutnya nastiti, "kalo aku nggak sayang kamu, mustahil aku rutin jenguk kamu kayak gini, capek-capek korea-china, buat siapa?" mark menarik telapak tangan aca, kemudian menempelkannya di dada, "just here, all the answer, believe me, can you?"

aca mengangkat wajahnya syahdu, sekali lagi untuk beradu tatap titip rindu yang bertumpang tindih.

"aku nggak pernah percaya kalau kamu berkhianat, mark," melengos indah dari bibir sang hawa, sang adam hanya diam, lingkupnya masih tulus dan kebohongan.

seorang mark lee yang bermadar.


im sorry for being sily, ca~


"yes, so do i, so why are you cried?"







"j-jeno, dia dateng lagi, mark. aku takut."

mark merengkuhnya lagi, menyalurkan afeksi tulus yang mungkin masih sedikit bersemayam pada tubuh adikaranya.

"udah ya, jangan nangis, aku disini, sama kamu."

mark tidak menghawatirkan aca sekarang, tapi menghawatirkan tindak bengis jeno.

bagaimana jika dongengnya yang selama ini dibangun kokoh hancur hanya dengan satu hentakan.









andaikan tidak ada istilah bohong dan berkhianat didunia, mungkin seorang mark sudah menjadi sebuah belulang ditimbun tanah.
















"welcome back, lee jeno. let's start the games."

_tbc.

NABASTALA |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang