📎ㅡ dix-huit [END]

220 25 17
                                    






5 years later...





"herin, kamu yakin?" aca menatap kedua netra adik sepupunya ragu.

"mukaku kelihatan ragu ya, kak?"

aca menggeleng, "justru mukamu itu kelihatan yakin banget,"  aca mengelus tulang pipi herin lembut, "makanya kakak takut."

herin secepat itu menurunkan kedua tangan aca yang sedang menyusuri garis wajahnya,"kak aca, herin yakin. herin nggak salah pilih."

"tapi kamu yakin mau langsung nikah? nggak mau tunangan dulu?"

"nope, waste of time," herin tersenyum, kemudian memegang kendali atas bahu sang kakak sepupunya, "semua orang punya masa kelam, kan? semua pendosa punya masa depan. aku yakin dirinya yang dulu udah nggak ada."

"pernikahan itu hal serius, rin. tunangan dulu aja deh."

"aku udah deket dari lama kak, aku rasa cukup kak, aku mencintainya."

aca mengangguk lemah, mencoba menyakinkan hati sendiri yang masih digiring oleh skeptis.

"udahlah sayang, herin udah besar, pilihannya bukan pilihan kekanakkan, kamu support dia aja, ca."

herin menganggukkan kepala membenari perkataan kakak iparnya.

jeno beralih mengusak adik iparnya, "kalau ada apa-apa, gaboleh sembunyi-sembunyi dari kita, oke?" tukasnya sambil mengacungkan jempol diudara.

"iyaa kak jeno, kak aca, makasih ya! setelah herin udah nggak punya orangtua, kalian kayak jadi orang tua herin sendiri," katanya sambil memeluk erat tubuh aca dan jeno.



































herin berjalan menyusuri hamparan laut luas sejauh obsidian memandang, tak luput dari senyum merekahnya yang merupakan sebagian impuls dari hatinya yang tengah berbahagia.

berpasang-pasang ombak berlarian riang, herin mencaruk beberapa kerang ditepi laut. hingga akhirnya matanya menatap sepasang kaki jenjang didepan matanya.

"maaf ya, aku ketemu klien dulu," sang adam membuka cakap.

herin berdiri, kemudian sedikit mendongak keatas untuk memandang wajah derwananya, "nggak papa, aku nggak nunggu lama kok, magu."

mark mengusak surainya yang tertiup angin laut, kemudian menangkup kedua pipinya, "cantik."

"iyalah, kan istrinya mark."

mark menelengkan lehernya, tidak daoat menjamah perkataan dari gadis yang lebih pendek darinya itu, "kalo ngomong jangan nggantung dong!"

herin terpingkal, "kemarin kamu bilang apa?"

mark memijit dagu, memikirkan sesuatu yang penting tentang hari kemarin,
"will you marry me? ㅡ, yang itu?"

masih memasang wajah pinguinnya, mark kebingungan melihat herin yang mulai mengikis jarak lalu memeluknya, "yes, i will, mark lee."

sontak mark terkejut, masih ada wanita yang masih mau menerima masa lalunya?

"tapi, herinㅡ,"

"sssttt," herin menaruh telunjuknya didepan muka mark, "kak aca udah cerita."

"dan harusnya kamu menjauh."

herin menggeleng, "nggak, kamu udah berubah kan?"

mark ingin sekali mengklaim dirinya sudah menyesali semua dan berjanji ingin menjadi orang lebih baik, tapi tidak yakin apakah herin percaya?

"dari mana kamu menilai aku udah berubah?"

"dari sini," herin menunjuk kedua matanya. "dari sini," herin menunjuk dadanya.
"dan, tentunya dari sini," herin menunjuk bibirnya, kemudian tanpa takut mengecupnya walau singkat.

mark sontak membungkam mulutnya, airmatanya tak dirasa mulai berderai menyusuri rahang kerasnya.

mark segera menghamburkan pelukannya kepada wanita didepannya, menyembunyikan kepalanya diantara ceruk lehernya.

"aku bersumpah, sekarang aku bukan orang yang jahat, rin."

"aku percaya, mark. karena nggak ada orang suci, kalau adaㅡ, maka dia sedang berbohong."

"ily three thousand, lee herin."











































mark menggandeng tangan herin erat, kemudian menganyun-ayunkannya keudara.

"pilih ramen, apa jajangmyeon?" tanya mark.

"eum, jajangmyeon!"

mark segera menuju tempat makan yang dituju.

saking tergesanya, mark dan herin menabrak seseorang bersamaan, membuat orang itu jatuh tersungkur didepan pintu masuk.

"maaf! kita nggak sengaja!" ucap mark sambil menunduk, lain dengan lelaki lain disampingnya yang berlari membantu wanita yang jatuh itu.

sang empu yang masih dibawah kini bangkit, "nggak papa, aku ngerti."

sontak mark kaget melihat siapa yang ditabraknya.













"dihar?"

"m-mark?"

adu tatap berlangsung lama, kemudian atensinya kembali saat sosok herin menepuk punggungnya.

"apa kabar?" ucap dihar canggung.

"baik," mark menjabat tangan dihar.

begitupun herin, juga mencoba menjabat tangan dihar.

sebenarnya herin juga tak kalah terkejut melihat sosok asli nan cantik seorang dihar seperti yang pernah diceritakan aca.

"aku herin, istri mark."

lelaki disamping dihar pun tersenyum ramah kepada mark dan herin.








"aku jaemin, suami dihar."



















                                   













END

guys! complique || mark lee. officially end! yuhuuu! terimakasih yang udah mau baca! baca ceritaku yang lain juga, ya!

NABASTALA |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang