senin pagi berajak siang, dihar menangkup wajahnya, ponselnya berdering beberapa kali memunculkan nama 'mark lee' disana.
tapi enggan, dihar tengah rancu.
sesekali keringat dingin bergerak menuju pelipisnya, fikirannya berputar pada semenanjung fana yang dililit dusta.
setelah sekian lama, hari ini ia ingin bertemu tunanganya, lee jeno.
dengan setelan sederhana namun tidak luput dari kesan dewi, dihar menyilangkan kakinya dan duduk anggun disofa yang beralaskan beludru merah darah.
private room vvip, tertera jelas nama ruangan itu.
sesaat dihar menyesap aroma teh jepangnya, pintu otomatis itu terbuka, menampilkan sosok majesti dewa cinta yang angkuh dengan kekuasaannya.
"lee jeno, long time no talk."
dihar memang gamang, tapi bersikap acuh itu bukan style-nya.
"kenapa harus tempat privat sih?" dihar mengangguk.
"males aja, gasuka rame."
jeno tersenyum, "hm, yaudah. kenapa tiba-tiba mau ketemu? cantik banget lagi, mau tunangan lagi?"
dihar hanya tersenyum, merespon hangat. pujian bertubi-tubi dari tunangannya.
"nah terus kemarin kita tunangan itu simulasi?!"
jeno terpingkal, "lagian cantik banget. kan aku jadi nggak pede."
jeno kadang nggak sadar kalau visualnya itu bisa memusnahkan siapapun.
dihar senang, walaupun jika itu terucap dari lisan seorang mark lee, lebih indah menawan.
"so, what are we talking about?"
"ah, hampir lupa." dihar menarik nafas, "mau ngomongin tentang aca."
jeno diam, tangannya mendadak bergetar, dadanya sesak mencari pasokan oksigen.
dihar yang melihat itu, sesekali tertawa pelan.
"hei, baby boy, calm down...," raut muka sumringah dihar yang sedari tadi jeno lihat musnah, silih berganti dengan tatapan penuh intimidasi.
"oh, aca. mau tanya tentang apa?" jeno mencoba tenang.
dihar antusias mengecam jeno, jika benar, apakah pantas dirinya bersanding dengan jeno suatu hari dipelataran berbunga, indah melupakan dosa mengucap janji disaksikan khalayak ramai berserta siur bisik tuhan dan malaikat untuk bahagia sehidup semati.
nyatanya, itu akan menyakitkan, jika tau sebenarnya jeno adalah pendosa besar, lebih besar daripada dosa seorang penyelingkuh seperti dirinya dengan mark.
"lee jeno, lemme asking something?"
dalam keadaan tenang, jeno pasrah, "sure."
"aca, i know that you know what am i talking about, jeno lee,ㅡ tell me who is she?"
jeno terdiam, lama sekali, menjeda segala kemungkinan, menilik apapun yang akan terjadi setelahnya.
"aca, is... my ex."
bersamaan dengan keluarnya sebuah pernyataan naif dari bibir pria setengah dewa didepannya, dihar bungkam.
apapun, ada bagian yang hancur dari dihar.
bukan, dihar tidak sakit mengetahui jika jeno adalah mantan aca.
tapi hal lain, dunia serasa menyempit, seakan membatasi ruang gerak manusia, sehingga semuanya, akan bertemu dan singkat, antara pendosa dengan pendosa, seperti itukah alur tuhan?
"j-jeno," dihar menunduk, tidak kuasa menahan tangis, "jangan bilang, kamu orang yang pernahㅡ, menghancurkan hidup aca, iya?"
jeno terdiam, ingin mengucap apapun yang ia bisa, tapi nihil.
"jeno, kamu biadab!"
_tbc.
~ it's all about plot twist(s) ~
KAMU SEDANG MEMBACA
NABASTALA |✓|
Fanfictentang seberapa lihai mark lee bersandiwara.|| 🌘 romance 2019.