3. Jutek

6.2K 430 1
                                    

Hampir satu bulan Dirga sudah berada di sekolahnya yang baru. Menurutnya tempat baru untuk dia menimba ilmu sekarang lumayan bagus, tapi masih kalah jauh dengan sekolahnya yang lama.

Seperti biasa di tempat yang baru itu, fansnya tidak kalah banyaknya. Bukannya dia tidak suka, tapi sungguh dia sangat risih. Gadis-gadis itu hanya menyukai tampangnya yang bak aktor Korea. Wajah Dirga memang perpaduan antara Korea dan Indonesia yang diturunkan dari mamanya yang asli dari Korea. Tak hanya teman-teman satu sekolah yang menyukainya bahkan ada beberapa guru yang masih gadis pun ikut ngefans dengannya. Siapa lagi kalau bukan Ayumi. Mereka tebar pesona agar bisa dekat dengannya. Tapi Dirga hanya menanggapinya biasa saja. Hanya ada satu guru yang menurut Dirga cuek. Sepertinya guru tersebut tidak terpesona sama sekali dengan ketampanannya. Hal itu justru membuat Dirga yang malah mengagumi sosok guru tersebut.

Entah kenapa, di kepala Dirga dipenuhi bayangan guru tersebut. Keanggunannya telah mempesona Dirga. Wajahnya cantik tanpa polesan make-up. Bibirnya merah alami. Sesungguhnya itulah kecantikan yang asli. Sementara guru lain tidak lepas dari make-up baik yang gadis ataupun yang sudah menikah.

Kebetulan sekali guru tersebut mengajar di kelasnya. Dirga pikir rasa yang hadir itu hanyalah sekedar rasa kagum saja antara siswa kepada gurunya. Namun nyatanya tidak seperti yang dia bayangkan. Ketika sehari saja guru tersebut tidak muncul di kelasnya karena ada urusan di luar sekolah, semangatnya seakan menghilang.

Pelajaran olahraga hari ini, dua jam sebelum istirahat. Ketika bel istirahat berbunyi Dirga dan beberapa temannya tetap bermain basket hingga bel usai istirahat berbunyi. Tiba-tiba saja banyak siswa dan siswi yang menyaksikan permainan basket mereka. Seperti biasa penontonnya kebanyakan cewek. Mereka berteriak histeris menyebut nama Dirga, idola baru mereka di sekolah.

“Eh, fans kamu banyak juga, Ga,” ujar Rio.

“Biasa saja, Bro,” kata Dirga santai sambil mendribble bola.

“Dirga, Bu Ayumi di sini.” Telinga Dirga mendengar suara teriakan guru matematikanya.

Dirga menoleh melihat ke arah sumber suara. Benar sekali tebakannya. Ayumi berdiri di antara para siswi ikut menonton juga. Mata Dirga tampak terpaku menatap guru yang berada di samping Ayumi yang tak lain adalah Zara. Dirga kemudian tersenyum melihat kehadirannya. Kalau begini Dirga bertambah semangat bermain basket di depan Zara. Dirga tidak peduli dengan lambaian tangan Ayumi, fokus pandangannya hanya kepada Zara.

Sekali lagi Dirga tersenyum ke arah Zara. Dia ingin melihat bagaimana ekspresi dari gurunya itu.

'Oh, My God. Apa dia tidak merasa kalau dari tadi aku tersenyum manis untuknya. Tapi justru malah cewek-cewek centil di dekatnya yang malah kegeer-an,' batin Dirga heran melihat sikap gurunya itu.

“Ga, kamu tebar pesona melulu, senyam-senyum. Siapa yang kamu incar, hah?,” tanya Rio kepo.

Dirga mem-blocking Rio kemudian bola sudah pindah ke tangannya. Jump shot.

“Yes!!. Masuk,” teriak Dirga mengabaikan pertanyaan Rio.

“Oh, shit!!,” dumel Rio kesal karena Dirga berhasil mencetak poin.

Sambil bermain sesekali Dirga melirik ke arah Ayumi, namun tidak dia temukan lagi sosok Zara di sana.

'Ke mana dia?. Apa dia tidak tertarik lagi menonton,' tanya Dirga di dalam hatinya.

Tak lama bel istirahat pun berakhir. Mereka semua membubarkan diri dari lapangan basket. Dirga segera ke kamar ganti. Kaos olahraga yang dia kenakan sudah banjir dengan keringat. Dia pun kembali ke kelas dengan pakaian yang sudah rapi dan wangi, beraroma maskulin.
Dirga menuju ke kelasnya yang berada di lantai 2.

Setelah dari WC siswa, menuju ke kelas Dirga berpapasan dengan Zara di lantai dasar. Rupanya Zara baru saja keluar dari kantor guru hendak menuju ke lantai atas juga. Netra mereka bertemu. Dirga melemparkan senyumnya berharap Zara mau membalas senyumannya.

'Yes!!,' teriak hati Dirga. Zara tersenyum kecil lalu menunduk dan bergegas mendahului Dirga naik tangga. Debaran jantung Dirga berpacu dua kali lipat ketika mengiringi langkah kaki Zara menaiki anak tangga. Setelah tiba di depan kelas IPA 3, Dirga segera memanggil Zara sebelum gurunya itu keburu masuk kelas.

“Miss,” panggil Dirga.

Zara pun langsung membalikkan badannya. Dan ups, Zara menabrak dada bidang Dirga. Karena posisi Dirga tepat berdiri di belakang Zara  ketika gadis itu membalikkan badannya.

“Astaghfirullah!!,” ucap Zara lirih langsung memundurkan badannya. Dirga tersenyum melihatnya.

“Kamu!!. Kenapa berjalan di belakangku. Jalan ini kan luas,” ujar Zara geram dan kesal. Terlihat sekali nada bicara Zara sedikit marah dengan accident barusan.

“Sorry, Miss,” kata Dirga sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.

“Ada apa kamu memanggil saya?,” tanya Zara ketus.

“Jadi lupa, deh. Karena udah dijutekin,” Dirga segera berlalu dari hadapan Zara. Dia langsung menuju ke kelasnya sambil tersenyum manis.

Continue...

My Student, I'm in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang