12. Melamar

6.5K 436 4
                                    

Setelah Zara pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah Zara pulang. Kakek Zahid langsung menghubungi cucunya.

"Apa, Kek?. Benarkah?. Jadi dia juga mencintaiku," tanya Dirga hampir tidak percaya ketika kakek Zahid menelponnya.

"Kamu belajar yang rajin di sana supaya kuliah kamu cepat selesai," pesan kakek Zahid.

"Kakek ada nomor kontak Zara tidak?," tanya Dirga.

"Tidak ada. Salah sendiri kenapa nomornya langsung dihapus," ledek kakek Zahid.

"Ayolah, Kek. Pasti kakek ada nomornya. Zara kan sering delivery," bujuk Dirga.

"Zara tidak mau kamu menghubunginya, Ga. Sudahlah, yakin saja Zara menunggumu di sini," ujar kakek Zahid memberi semangat kepada cucunya itu.

"Baiklah," ujar Dirga menyerah.

Sambungan telpon dari kakek Zahid pun terputus. Dirga benar-benar bahagia. Seperti mendapatkan suntikan energi, dia pun menjalani hari-harinya di Korea dengan semangat. Cinta Dirga ternyata tidak bertepuk sebelah tangan.

Tiga tahun berlalu.

Sambil kuliah Dirga menjadi asisten dosen. Sebenarnya kehidupannya di Korea sangat berkecukupan karena tinggal bersama kedua orang tuanya. Uang hasil kerjanya sebagai asisten dosen dia tabung, persiapan untuk melamar Zara. Tiga tahun tidak bertemu bahkan mendengarkan suaranya benar-benar bisa membuatnya gila.

Dirga akhirnya memutuskan liburan ini untuk pulang ke Indonesia. Maminya ikut juga karena kangen dengan kakek Zahid dan juga mau bertemu dengan calon menantunya.

'Kata kakek, Miss Zara setiap minggu rutin ke Korean Food,' batin Dirga di dapur restoran kakeknya.

Benar saja, kebiasaan Zara tidak hilang meskipun Dirga tidak ada di sana, dia selalu datang. Dirga melihat menu pesanan Zara dari Ian salah satu waiters.

"Hmm. Menunya masih saja kimbap. Hobi sekali," gumam Dirga tersenyum.

Selesai membuat kimbap, Dirga membawakan sendiri pesanan Zara ke meja mantan gurunya itu. Dia mau membuat kejutan untuk Zara.

"Kimbap dan jus jeruk sudah siap," ujar Dirga sudah berdiri di samping Zara.

Gadis itu mendongakkan kepalanya melihat waiters, Zara menutup mulutnya tidak percaya melihat Dirga ada di dekatnya.

'Wajahnya tidak berubah sama seperti tiga tahun yang lalu. Cantik alami tanpa polesan make-up,' batin Dirga sambil menatap Zara.

Ya, wajah seorang guru memang tampak awet muda, seolah wajah muridnya lah yang menua.

"Mau dimakan atau hanya dilihat saja," kata Dirga tersenyum masih sambil menatap Zara.

'Aku benar-benar merindukannya,' bisik hati Dirga.

Zara tersipu malu. "Kamu sedang apa di sini? Bukannya..." Zara tidak melanjutkan kalimatnya.

"Liburan. Aku kangen mau bertemu seseorang makanya pulang ke sini," ujar Dirga menjawab pertanyaan Zara. Gadis berjilbab itu terlihat salah tingkah. Dirga tersenyum geli melihat sikap Zara.

"Kamu yang membuatnya atau kakek?," tanya Zara melihat kimbap di meja untuk mengalihkan pembicaraan. Zara kemudian mengambil satu kimbap lalu memakannya.

"Tebak saja siapa yang membuatnya?," ujar Dirga.

"Ini bukan buatan kakek," ujar Zara tersenyum. Ternyata Dirga telah membuat kimbap pesanannya.

'Hebat!. Dia benar-benar penggemar kimbap sampai bisa membedakan rasa kimbap buatanku dan kakek,' batin Dirga kagum dengan guru yang dicintainya itu.

"Menikahlah denganku. Aku akan membuatkan mu kimbap setiap hari,"
ujar Dirga serius.

"Apa kau sedang melamarku?," tanya Zara tersipu.

Dirga mengangguk. Dia kemudian mengeluarkan cincin pemberian dari maminya. Cincin ketika papinya melamar maminya. Mami Dirga telah mewariskan cincinnya untuk calon istri Dirga nanti.

Zara tampak terkejut. "Bagaimana dengan kuliahmu?," tanya Zara.

"Aku di sana kuliah sambil menjadi asisten dosen. Satu tahun lagi target ku lulus kuliah," jawab Dirga.

"Kalau begitu tunggulah satu tahun lagi," ujar Zara menawar.

"Kamu mau membuat ku terus berbuat dosa dengan terus memikirkanmu. Jika kita sudah menikah, ketika aku wisuda nanti sudah ada kekasih halal yang menemani ku," jelas Dirga.

Zara tersenyum. Dirga melihat pipi Zara bersemu merah. Lalu Zara meraih cincin yang Dirga berikan dan memasukkan cincin itu ke jari manisnya. Dirga tersenyum bahagia. Itu artinya Zara telah menerima lamarannya.

"Lalu, kapan kamu mau menemui kedua orang tuaku?," tanya Zara.

"Besok saja," kata mami Dirga tiba-tiba muncul dan menghampiri mereka.

Dirga memang mau mengenalkan maminya kepada Zara.

"Mami ku," ujar Dirga langsung mengenalkan wanita berparas Korea itu kepada Zara. Karena Dirga melihat wajah Zara tampak bingung.

"Saya Zara, Tante." Zara mencium punggung tangan mami Dirga.

"Mumpung Dirga masih liburan, lebih cepat lebih baik. Iya kan, Zara," lirik mami Dirga ke arah anaknya.

"Oh...saya pikir Dirga mau menyelesaikan kuliahnya dulu, Tante," ujar Zara malu.

"Satu tahun lagi mau menunggu?. Anak mami ini bisa gila," ledek mami Dirga tertawa sambil melihat Zara.

Zara pun tertawa kecil. 'Haduh Mami!!. Bisa-bisanya mami membuat ku malu di depan Zara,' gerutu Dirga sambil tersenyum malu melihat Zara.

Padahal memang begitulah kenyataannya. Dia ingin cepat mengikat mantan gurunya itu dalam tali pernikahan.

💕💕💕

My Student, I'm in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang