7. Mencari Tahu

5.6K 410 4
                                    

Zara mondar-mandir di dalam kamar sambil menimang-nimang ponselnya. Sudah satu minggu Dirga tidak sekolah lagi. Lebih lama dari kemarin ketika dia tidak sekolah. Hal itu membuat hati Zara menjadi tidak tenang. Dirga, siswa yang pintar dan attitude-nya baik. Jadi, heran saja kenapa anak itu tiba-tiba jarang sekolah.

'Ya Tuhan. Kenapa aku jadi memikirkannya. Anak itu pintar tapi kenapa belakangan ini dia sering sekali izin tidak sekolah. Ujian semester semakin dekat, dia malah sering nggak sekolah' Zara memang bukan wali kelasnya, tapi entah kenapa jadi kepikiran juga.

"Apa aku telpon saja untuk mencari tahu kenapa dia tidak masuk sekolah?" gumam Zara tampak masih berpikir.

Zara menarik napas dalam. Akhirnya dia memutuskan untuk menelpon Dirga juga.

"Haduh, kok nggak diangkat juga, ya"

Tangan Zara sudah berkeringat dingin. Gugup. Takut tiba-tiba telpon darinya diangkat oleh Dirga. Sudah tiga kali dia mencoba menghubungi nomor kontak Dirga, tetapi masih juga belum diangkat oleh siswanya itu. Zara kemudian melempar ponselnya ke atas ranjang. Kesal.

'Anak itu ke mana. Telpon saja nggak diangkat-angkat' gerutu Zara.

Baru beberapa langkah kakinya menjauhi ranjang, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia melihat di layar ponsel tertulis 'Dirga calling'. Sudut bibir Zara melengkung ke atas.

"Ya, Allah. Kenapa aku jadi dag-dig-dug seperti mau sidang skripsi begini" Zara menarik napas dalam-dalam. Lalu dia mengangkat telpon dari Dirga.

"Assalamualaikum" sapa Zara berusaha setenang mungkin, padahal debaran jantungnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.

"Waalaikumsalam" balas Dirga di seberang sana.

Zara menjadi bingung sendiri, dia mau bicara apa dengan Dirga. Padahal sudah dia persiapkan mau bicara apa saja ketika dia yang mau menelpon Dirga tadi. Tapi ketika Dirga yang menelponnya balik, dia malah mendadak nge-blank. Lupa semua apa yang mau dibicarakan.

"Ada apa?" tanya Dirga.

"Kamu ke mana saja tidak sekolah?. Sudah satu minggu, lho. Sebentar lagi kamu mau ujian. Apa kamu nggak takut ketinggalan materi?" cerocos Zara. Rasa penasaran di hatinya terucapkan juga.

"Apa alasan Miss peduli denganku?" tanya Dirga karena perhatian yang diberikan oleh gurunya itu. Dirga ingin tahu alasan dari gadis yang telah membuatnya jatuh hati.

Deg. Pertanyaan Dirga telah membuat Zara mati kutu. Dia bingung harus menjawab apa.

"Kenapa diam saja?. Apa karena Miss seorang guru, itu jawabannya. Apa Miss peduli juga dengan siswa lain jika mereka sering izin bahkan alfa sepertiku?" cecar Dirga.

"Dirga, aku cuma tanya kenapa kamu sering izin?. Kalau kamu tidak mau menjawab, ya, sudah. Jangan malah balik bertanya. Mau menjebak ku?" kata Zara sengit karena dia tidak bisa menjawab semua pertanyaan Dirga.

'Yah, atas alasan apa aku begitu peduli dengan ketidakhadirannya. Aku bukan wali kelasnya. Aku bukan siapa-siapanya. Kenapa aku jadi peduli dengannya?' pikir Zara heran sendiri dengan sikapnya.

"Mau tahu jawabannya?. Besok temui aku di Korean Food jam 10," kata Dirga serius lalu menutup sambungan telpon.

"Eh ... " Zara bengong sendiri sambil menatap layar ponsel yang sudah meredup.

"Anak itu membuat orang penasaran saja. Besok kan hari Minggu. Korean Food?. Bukannya itu restoran terkenal dengan menu Koreanya. Ngapain juga janjian bertemu di sana?. Apa dia mau sambil menikmati makanan Korea" gumam Zara sambil berpikir.

Karena rasa penasarannya yang besar, akhirnya Zara memutuskan untuk datang menemui Dirga. Dia sudah sampai di Korean Food tepat pukul 10. Zara menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak dia temui sosok Dirga di sana.

'Apa dia mau mengerjai aku?' tanya Zara dalam hati.

Walaupun masih pagi, pengunjung di Korean Food lumayan ramai juga. Zara memilih tempat duduk di dekat pintu masuk. Mungkin Dirga masih di jalan. Karena Zara belum sarapan, dia memutuskan untuk memesan makanan Korea sambil menunggu Dirga datang. Gadis itu memesan kimbap. Makanan yang sama seperti sushi kalau di Jepang dan memesan jus jeruk. Sudah 10 menit menunggu pesanannya belum juga datang.

Tak lama kemudian.

"Ehem, kimbap dan jus jeruk datang" Zara menoleh ke sumber suara.

Sontak dia kaget. Zara mengira pelayan resto yang akan mengantarkan pesanannya, ternyata Dirga, orang yang dia tunggu dari tadi.

"Dirga!!" Zara menatap sosok Dirga dengan tatapan terkejut.

Melihat penampilan Dirga hari ini, Zara akui kalau siswanya yang satu ini memang terlihat keren sekali. Tidak seperti anak SMA biasanya, penampilan Dirga terlihat lebih dewasa.

"Kok, kamu yang bawa?" tanya Zara heran.

Dirga meletakkan pesanannya di atas meja lalu duduk di hadapan gadis itu.

"Maaf ya, lama. Aku membuatnya sendiri" jawab Dirga. Zara menatap Dirga tidak percaya. Belum mudeng dengan ucapan siswanya itu.

"Resto ini milik kakekku. Beliau sedang sakit, jadi aku membantunya. Belakangan ini pengunjung ramai sekali. Kakekku koki dari Korea, jadi aku menggantikan posisinya sementara waktu, sambil mengajari masak kepada beberapa koki cadangan di sini" jelas Dirga melihat tampang Zara yang masih kebingungan.

"Buruan dimakan. Nanti dingin kimbapnya" ucap Dirga tersenyum.

"Ini kamu yang membuatnya?. Aku nggak percaya" kata Zara.

"Mau lihat?. Ayo, ikut aku ke dapur" ajak Dirga sambil tersenyum melihat Zara.

Zara hanya menunduk tidak kuat melihat wajah tampan siswanya itu. Uhuk.

"Nggak usah. Lain kali saja" tolak Zara sambil mengambil kimbap di hadapannya lalu satu kimbap masuk ke dalam mulutnya.

"Hm, enak sekali" ujar Zara dengan mulut masih penuh dengan kimbap.

"Iyalah, Dirga yang membuatnya spesial untuk Miss cantik," puji Dirga.

"Uhuk ... uhuk ... " Zara tersedak karena mendengarkan ucapan Dirga barusan.

Dia langsung meraih jus jeruk di depannya. Zara melihat Dirga tersenyum kecil karena melihat reaksinya. Zara pun menjadi salah tingkah sendiri karena Dirga sedang menatapnya.

"Jangan melihatku seperti itu" ujar Zara sambil melempar wajah Dirga dengan gumpalan tisu yang ada di tangannya.

Dirga mengusap wajahnya lalu tersenyum manis sekali. Bisa diabet, nih.

"Ngapain kamu senyam-senyum," kata Zara lagi.

"Hm. Kenapa mau datang?" tanya Dirga serius menatap Zara.

"Penasaran saja" jawab Zara singkat kemudian menghindari tatapan Dirga.

"Bukan kangen?" pancing Dirga.

"Maunya" ucap Zara pelan.

"Maulah kalau ada yang kangen," balas Dirga.

Badan Zara sudah panas dingin. Entahlah suasana itu seolah memutuskan status mereka sebagai guru dan murid.

Jika Zara tidak melihat Dirga di sekolah matanya selalu mencari-cari di mana keberadaannya. Apakah itu yang namanya merindu.

"I miss you" ucap Dirga pelan.

"Kalau begitu besok kamu masuk sekolah" ujar Zara sambil tersenyum kecil.

'Apa aku tidak salah dengar kalau dia merindukanku?. Oh, My God, Dirga. Jangan bilang kalau kamu jatuh cinta denganku,' batin Zara tidak percaya.

"Of course," ucap Dirga menyakinkan Zara.

Ucapan Dirga benar-benar telah membuat Zara melayang. Siswa tampan itu telah merindukannya.

***

My Student, I'm in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang