Langit pagi itu mulai membentangkan mendungnya. Entah apa yang mendorong air di langit sana, hingga jatuh membentur bumi. Jalanan sepi, para pengendara motor menepi, tak melihat matahari yang tertutup awan kelabu.
Seorang gadis menunggu di bawah halte. Memandang jalanan dengan pandangan resah. Kedua kakinya saling beradu lalu sesekali melihat ke jam tangannya. Sebuah helaan napas lolos dari bibir ranumnya ketika mengetahui waktunya masuk sekolah tinggal sepuluh menit lagi.
Padahal sekolahnya sudah bisa matanya tangkap. Tapi sayangnya hujan terlalu deras hingga ia tak bisa sama sekali menembus hujan itu. Pilihannya hanya dua, datang ke sekolah tepat waktu dengan keadaan basah kuyup atau datang telat namun seragamnya selamat.
Masih berdebat dengan otaknya, gadis itu kembali resah karena waktunya ke sekolah tinggal tersisa lima menit lagi. Ia melihat ke bawah, lalu memilin kedua tangannya resah. Bagaimana ini?
Ketika ia akan menarik kepalanya agar melihat ke depan lagi. Ia menemukan sepasang sepatu dengan kaki yang rasanya tinggi itu. Setelahnya ia mengangkat kepalanya lalu matanya menangkap mata segelap malam milik laki-laki itu. Sebelah tangannya menopang payung agar tubuhnya tidak basah karena hujan.
Seragam yang laki-laki itu pakai sama seperti apa yang ia pakai. Berarti laki-laki itu satu sekolah dengannya. Belum puas memandangi laki-laki tampan berdada tegap itu, laki-laki itu berhasil membuat Jingga terkejut karena uluran tangan di hadapan Jingga.
"Ayok bareng! Tiga menit lagi bel ditutup, mau telat? Gue bawa dua payung kok," ujar lelaki itu. Jingga menatapnya ragu sambil menimang-nimang tawaran laki-laki yang tak ia kenal ini.
"Ayoo," ujar laki-laki itu tak sabar. Setelah meneguhkan pilihannya, Jingga menerima tawaran lelaki itu dengan mengangguk. Di saat Jingga mengulurkan tangannya---bermaksud meminta payung milik lelaki itu yang satu lagi---tiba-tiba, lelaki itu menarik tangannya hingga tubuhnya terbawa membentur dada bidang milik lelaki itu.
Tangan lelaki itu dengan sigap langsung menangkap pinggang Jingga agar tak terjatuh. Setelah Jingga bisa menyeimbangkan tubuhnya, ia menatap lelaki itu, menuntut penjelasan.
Namun lelaki itu hanya menyunggingkan senyum manis sambil berkata, "Gue gak bawa dua payung. Satu payung berdua aja ya?"
Lelaki itu menautkan tangannya di tangan kecil gadis itu. Dan mereka berdua berjalan ke arah gerbang sekolah yang hampir ditutup. Setelah sampai di koridor sekolah, Jingga mengucapkan terima kasih lalu pergi dengan terburu-buru.
Lelaki tadi hanya terkekeh melihat tingkah Jingga yang menurutnya, _sangat menggemaskan_. Akhirnya lelaki itu juga berjalan ke kelasnya.
Tanpa laki-laki itu sadari, Jingga pergi terburu-buru hanya untuk keselamatan jantungnya yang sedari tadi berdetak sangat cepat. Desir nadinya terasa menghangat, begitupun pipinya yang mulai memerah. Tanpa bisa ditahan, senyumnya mengembang lebar dengan manisnya. Ia masih ingat nama yang tertera di _name tag_ lelaki yang berhasil membuat jantungnya berdetak sangat cepat.
Andra Nagara.
*
question: are you ready?
notes: hallo! selamat datang di lapak Jiandra. Bagi kalian yang belum follow mari difollow karena akan banyak kejutan dari all members gc1 Happy Birth-Die!
Special Thanks to our emak Rismami_Sunflorist
see you in next chapter!
-posted by admin D
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Teen FictionTentang kita yang tak pernah disangka. Mengalir, kata mereka begitu saja. Desir perih mencintai, hingga berjarak lalu patah di ujung yang sama. Awal kisah ini tak terduga. Bahkan sosok gadis cantik bernama Jingga sendiri tak menduganya. Ia jatuh cin...