Bagian 04

1.3K 133 436
                                    

04 : Sarapan Berujung Senderan

Kalau kita diibaratkan sebuah lingkaran, kamu akan menjadi titik pusatnya. Tak akan pernah berubah posisinya dan tak akan pernah tergantikan adanya.

- Andra Nagara -

JINGGA membuka pintu di hadapannya dengan kesusahan. Pintu ini cukup berat, sedangkan ia membuka pintu hanya dengan satu tangan. Sedangkan satu tangan lainnya memegang rantang berisi tiga bekal dengan satu botol minuman besar.

Haikal mengajaknya sarapan!

Bel masuk masih sekitar tiga puluh menit lagi, jadi ia tidak akan sarapan dengan terburu-buru. Ia masuk dan menemukan Andra sedang memandangi sebuah foto. Foto apakah itu?

Jingga mendekati Andra yang masih berfokus pada foto itu. Menyadari kehadiran Jingga, Andra langsung menutup fotonya dan menaruhnya di salah satu laci di sana. Andra yang terduduk tersenyum pada Jingga yang masih berdiri. "Kita makan di sana," ujar Andra menunjuk tempat di sisi lain laboratorium.

Andra berjalan terlebih dahulu meninggalkan Jingga yang masih berkutat dengan rantangnya. Bagaimana ceritanya Andra meninggalkannya dan tak membantunya? Ah! Menyebalkan.

Andra terus saja berjalan, sedangkan Jingga masih sibuk merutuki Andra di dalam hati. Pacar macam apa Andra itu? Menyebalkan sekali rasanya.

Jingga meletakan rantangnya dengan sebal lalu mulai membuka rantangnya. Menjajarkannya satu-satu yang mana masing-masing berisi nasi goreng, telur dadar, dan buah melon yang sudah dipotong dadu. Sedangkan satu botol besar berisi susu coklat.

"Kenapa banting-banting?" tanya Andra. Namun Jingga tak memutuskan untuk menjawab, ia masih berpura-pura membereskan apa yang ia bawa, padahal sudah selesai.

"Marah karena gue jalan duluan? Gue sengaja jalan duluan buat beresin ini meja, jadi lo tinggal taruh bawaan lo yang ribet itu. Kalau gue bantuin lo bawain makanan itu, gue takut lo kenapa-kenapa. Tadi ada zat yang bisa membuat kulit lo melepuh, makanya gue beresin," jelas Andra lalu bangkit.

Jingga menatap tak percaya pada Andra yang kini telah berdiri. Andra melepaskan jas yang menyelimuti tubuhnya, lalu menggantungkannya di senderan kursi. Andra lalu melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di hidungnya. Jujur, Andra terlihat tampan menggunakan kaca mata itu. Andra menyibak rambutnya acak, menampilkan kesan maskulin yang lagi-lagi mampu membuat jantung Jingga berdetak.

Andra duduk kembali di tempat duduknya lalu menatap Jingga tepat di matanya. Mata Jingga indah, ia tahu hal itu. Andra tersenyum, lalu kembali fokus kepada makanannya. Mata Jingga seperti----ah tidak, Andra tak akan mengingatnya lagi.

Itu terlalu menyesakan baginya.

Andra menyuapkan suapan pertamanya dengan tatapan kosong. Sedangkan Jingga malah sibuk menatap Andra yang semakin hari terlihat semakin tampan. Lalu mata Jingga beralih pada ponsel Andra. Ponsel Andra menerima notifikasi pesan dari operator hingga menyala begitu saja.

Namun bukan notifikasi itu yang membuat Jingga terkejut. Melainkan wallpaper handphone milik Andra yang menampilkan dua orang lelaki yang terlihat sangat akrab. Kedua laki-laki itu saling berhadapan dengan jari yang membentuk tembakan. Mereka tersenyum bahagia di sana, sangat bahagia. Jingga dapat merasakan kehangatan di sana.

Lelaki sebelah kanan jelas itu adalah Andra. Siapapun akan tahu bahwa itu adalah Andra. Tetapi yang mengganjal di hati Jingga adalah, lelaki lainnya yang terlihat mirip dengan ... Haikal?

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang