Bagian 02

1.6K 196 421
                                    

02 : Haikal atau Andra?

Bahkan aku lelah, tapi aku tak mau kisah indah kita berakhir patah.

- Haikal Adhyasta -

TERNYATA sekolah barunya tak seburuk yang Jingga kira. Bahkan Jingga sudah mendapatkan teman yang sangat baik menurutnya, Riana.

Tak cukup dengan itu, ia sudah mendapatkan teman lagi. Melda namanya, tak lupa dua orang yang terlihat seperti kembaran, Iffa dan Ifa. Mereka lucu sekali menurut Jingga.

Triiing!

Bel pulang berbunyi. Jingga dan teman-temannya langsung membereskan bukunya setelah selesai belajar. Namun siswi kelasnya yang sudah keluar malah berteriak histeris lalu diam di ambang pintu.

"Di sini ada murid baru ya?" tanya Haikal kepada siswi-siswi yang mengerumuninya. Serempak para siswi menjawab dengan anggukan sambil terpana akan ketampanan Haikal.

"Murid barunya cantik gak? Kayak putri kerajaan gak?" tanya Haikal lagi. Sontak wajah mereka langsung diam, mengetahui bahwa Haikal sedang memuji Jingga.

Akhirnya Jingga bangkit dari tempat duduknya lalu berusaha melewati sesak di ambang pintu. Setelah berhasil melewati kerumunan itu, tangan Jingga malah ditarik oleh salah satu orang di sana.

Sontak para murid kelas Jingga langsung histeris melihat Haikal menarik tangan Jingga. Haikal terlihat tampan dengan seragam yang dikeluarkan lalu dasi yang sudah melonggar. Rambut Haikal pun sedikit acak namun menambah kesan maskulin dari Haikal. Belum lagi perpaduan wangi citrus yang menjadi wangi parfum Haikal membuat kesan sempurna melekat pada diri Haikal. Di saat Jingga melihat wajah Haikal, bertambah lah kesempurnaan itu dengan senyuman manis khas Haikal.

"Pulang bareng pangeran yuk!" ajak Haikal untuk Jingga. Namun Jingga hanya memberikan senyuman pada Jingga tanpa memberikan jawaban apapun.

"Woaaaaaa!" histeris siswi yang berada di sana.

"Bosan, pangeran mulu! Udah ah gue mau pulang," ujar Jingga akhirnya lalu berlalu pergi dari hadapan Haikal. Namun bukan Haikal namanya jika menyerah, Haikal pun tersenyum lalu meraih tangan Jingga yang sedang berjalan.

"Malam lebaran main petasan, meledakinnya jangan di dalam akuarium. Nanti bocor soalnya," ujar Haikal sambil terkekeh di ujung kalimat. Tapi sekali lagi, Jingga mampu tertawa dengan guyonan receh Haikal.

"Receh banget sih!" tak elak, Jingga pun tertawa karena guyonan Haikal. Haikal hanya menarik senyum nan tulus melihat Jingga tertawa seperti itu. "Gue kira mau pantun lagi," ujar Jingga.

"Malam lebaran main petasan, meledakinnya jangan di dalam akuarium. Jangan pernah bosan, aku janjikan senyum," ujar Haikal tanpa sadar. Jingga tertawa sangat bahagia. Bahkan tawa itu mampu menghipnotis Haikal, mematikan saraf sadarnya. Namun entah mengapa Haikal menyukainya. Rasanya ... nyaman.

"Niiih! Gue udah senyum. Jadi antarkan gue balik?" tanya Jingga. Entahlah, Haikal mampu membuat Jingga lupa bahwa Haikal yang baru ia kenal beberapa jam lalu.

"Jadi dong!" ujar Haikal tersenyum lalu berjalan bersisian dengan Jingga. Jingga tersenyum melihatnya.

"Semuanya, Jia duluan yaa!" teriak Jingga kepada teman-temannya yang hanya ditimpali sorakan berupa "cie" dari mereka. Jingga bahkan tersenyum kembali karenanya.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang