Bagian 10

723 65 118
                                    

[a.n] baca author notes di bawah ya. bacanya sambil denger lagu di mulmed yak!

 bacanya sambil denger lagu di mulmed yak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10 : Awal Patah Hati

Perbandingannya adalah satu berbanding seribu. Ketika aku menyatakan cinta kepadamu, satu untuk diterima, penolakanlah yang mendapat seribu.

- Haikal Adhyasta -

SEPERTINYA ada yang tidak beres dengan Andra saat ini. Sedari tadi Andra hanya mengaduk-ngaduk makanannya, bahkan untuk menyantapnya pun sepertinya Andra tak berniat.

Jingga hanya menatap aneh ke arah Andra. Tak berani untuk mengatakan apapun. Dirga dan Davin pun hanya mengedikkan bahu mereka. Dilla sendiri seperti biasa cuek saja. Syakira dan Syafira? Mereka masuk ke dalam dunia "kekembaran" mereka.

Jingga memilih untuk melahap makanannya sampai habis tak bersisa. Bahkan di suapan terakhir Jingga, Andra sama sekali belum menyentuh makanannya untuk dimakan. Jingga jadi greget sendiri!

Dengan paksa Jingga mengambil sepiring nasi goreng milik Andra, lalu menyendokkan nasi goreng. "Aaaa!" ujar Jingga sembari menyodorkan sesendok nasi goreng yang telah ia ambil tadi.

Jingga tetap setia menunggu beberapa menit, hingga akhirnya Andra melirik ke arahnya. Jingga tersenyum sangat manis, ini artinya mood Andra akan segera kembali. Tetapi,

Prang!

Satu sendok itu berakhir dengan menyentuh lantai. Tanpa bisa dicegah, nasi goreng tadi terurai tak menentu tempatnya. Suara dentingan antara sendok dan lantai terdengar begitu nyaring. Dan sudah dipastikan dalam hitungan detik seluruh penjuru kantin mengubah titik fokusnya menjadi ke meja Andra dan Jingga.

Jingga melirik nasi-nasi yang sudah berpencar itu, lalu menatap Andra dengan tidak percaya. Andra sendiri terlihat kaget karena kejadian sederhana barusan. Lalu menatap Jingga tepat di maniknya seakan menyampaikan maaf yang teramat.

Cairan bening sudah mulai melapisi iris Jingga. Tak bisa dibendung, satu tetes air mata jatuh, menyisakan sisa berupa garis lurus. Dan Andra tahu, bahwa garis lurus itu merupakan bukti nyata kesalahannya.

Perlu diketahui, sebuah perjuangan yang tidak dihargai itu mudah menusuk dalam hati. Perlu diketahui, sebuah pemberian yang tidak diterima dengan kasar mudah menghancurkan kalimat percaya pada diri.

Jingga berdiri lalu meninggalkan kantin. Sedangkan Andra hanya terdiam memperhatikan punggung Jingga yang terus berjalan menjauh. Tak peduli ketika dunia menghakimi, bahkan Andra pun hanya diam seperti tak peduli.

Tak bisa Andra pungkiri, kesalahan pertama akan terus berlanjut ke kesalahan berikutnya.

Dan pada akhirnya, hanya akan ada penyesalan. Karena mungkin nantinya, pintu maaf akan tertutup serapat-rapatnya, tak bercelah.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang