Bagian 11

649 54 91
                                    

[a.n] hai!

11 : Kapan Bahagia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11 : Kapan Bahagia?

Aku tidak akan pernah bosan mengucap maaf, walau nada bicaramu naik satu oktaf. Karena aku tahu pilihannya sekarang, menguatkan diri untuk saling menggapai dengan rasa cinta yang bersarang atau bahkan berlomba-lomba untuk saling memunggungi hingga aku tertinggal di belakang.

- Andra Nagara -

MITA berjalan di lorong kamar rumah sakit dengan cepat. Begitu pula ayah Andra yang tampak khawatir dengan Andra. Setelah mendapatkan nomor ruangan Andra, Mita dan Fabian一ayah tiri Andra一langsung melangkah dengan cepat menuju ruangan tersebut.

Sesampainya di ruangan Andra, Mita langsung masuk ke dalam ruangannya. Dilla yang sedari tadi memperhatikan Andra dari jendela luar bersama Syafira dan Syakira hanya menatap Andra dengan pandangan khawatir. Sedangkan Dirga dan Davin yang sudah berada di ruangan memilih untuk keluar, memberikan waktu untuk kedua orang tua Andra.

Mita mulai menitikkan air matanya. Putra kandungnya kini terkujur lemah, dengan segala macam alat bantuan yang membantu dirinya bertahan. Mita memeluk pelan Andra yang masih menutup matanya, lalu menangis sejadi-jadinya di sana.

Menumpahkan segala macam ketakutan, ia tak mau Andra menyusul adiknya. Tangis Mita semakin menjadi, ketika anaknya hanya diam tak berkutik. Mita menggenggam erat lengan Andra, tak membiarkan Andra pergi.

Anak kuatnya kini terbaring lemah, tanpa niat untuk membuka matanya. Mita menyesal, Mita tak mau Andra kembali menerima luka-luka seperti ini. Jikalau bisa, Mita ingin ialah yang merasakan luka ini.

Sudah cukup delapan tahun yang lalu Andra tertidur dengan luka seperti ini.

Demi melindunginya dan...

Adhara.

*

Tanpa Jingga sadari, kini mobil Haikal sudah berada tepat di salah satu pasar malam. Jingga yang mulai menyadarinya langsung terpekik senang. Jujur saja, ini pertama kalinya Jingga mengunjungi pasar malam.

"Bang! Ini beneran kah? Jadi begini ya pasar malam?" tanya Jingga.

"Iya, ayo!" jawab Haikal lalu menarik tangan Jingga masuk ke dalam pasar malam. Betapa terkesimanya Jingga ketika yang ia lihat adalah sebuah kebahagiaan bukanlah kesedihan. Dan Jingga harap, sekarang adalah waktunya bahagia, bukan menangis.

Mereka mulai menjajahi sisi pasar malam ini. Bercanda ria lalu jalan kaki mereka dipenuhi dengan tawa. Akhirnya Jingga memilih berhenti di salah satu toko yang terpampang banyak sekali boneka di sana. Dan Haikal tahu yang akan terjadi dalam hitungan tiga detik.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang