Bagian 13 (B)

552 35 49
                                    

13 (B) : Hello You

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13 (B) : Hello You

Pada masing-masing hati, ada ketakutan untuk disakiti. Pada masing-masing rasa, ada peluang untuk tak dibalas.

- Haikal Adhyasta -

PINTU putih di hadapannya terbuka lebar. Menampilkan seorang dokter lengkap dengan jas putihnya. Dengan cepat Mita langsung menyambut kehadiran dokternya.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Mita kepada dokter tersebut. Dokter tersenyum, seakan menenangkan keadaan Mita.

"Andra sudah siuman, namun perlu beberapa saat untuk sembuh sepenuhnya. Tak usah khawatir, hanya memakan waktu beberapa hari dan Andra bisa pulang. Namun itu semua tergantung perkembangan pemulihan tubuh Andra. Kalau begitu saya permisi," jelas sang dokter sebelum beranjak dari sana.

Mita bahagia. Tuhan tak lagi membiarkan anaknya pergi.

*

Haikal menatap Jingga yang kini tertidur di mobilnya. Jingga kelelahan sehabis menangis. Itu yang Haikal simpulkan. Mengapa semua yang terlihat begitu bahagia lebih mudah dihancurkan?

Karena bahagia dan sedih itu tidak setara peluangnya.

Haikal tersenyum miris. Apa lagi yang akan Jingga hadapi? Haikal tahu Jingga lelah, tapi bisakah Jingga beristirahat sejenak atas semua skenario Tuhan?

Dan apakah Haikal bisa berpindah dari satu hati ke hati lainnya tanpa menyakiti? Entah dirinya yang tersakiti atau bahkan orang lain. Semuanya kadang kala membutuhkan menyerah lalu pasrah.

Haikal menepikan mobilnya, lalu menyandarkan kepalanya pada kemudi mobil dengan alas tangannya. Tangannya bergerak lalu memukul kemudinya tanpa henti.

Ia butuh pelampiasan! Ia lelah atas segalanya.

Tanpa Haikal sadari, mereka sama lelah. Baik Andra, Jingga atau pun Haikal, semuanya berada di titik terendah. Titik dimana mereka hanya bisa menengok ke masa lalu tanpa bisa kembali dengan cara memutar waktu.

Sedangkan di sisi lain, Andra menatap putihnya langit kamar inapnya dengan tatapan kosong. Banyak hal yang pernah ia impikan, tapi berubah ketika tangan Tuhan menyesuaikan.

Ia bahagia bisa mencintai Jingga, ia bahagia bisa memiliki hubungan dengan Jingga. Tapi ketika Tuhan berkehendak, siapa yang memiliki wewenang untuk melawan. Hak untuk kalah yang dimiliki Andra saat ini.

Tak ada gunanya melawan, bahkan menjadi pendosa sedikit pun. Tapi apa ada yang salah untuk memperjuangkan? Jingga tetaplah miliknya, sampai kapanpun.

Kamu menyakiti aku, dengan sifat egoismu.

Andra menggeleng, suara-suara itu bukanlah jawaban. Suara itu hanya menekannya lebih kepada keputusasaan. Menjatuhkannya lebih ke penyesalan. Dan mengingatnya lebih atas pengenalan.

Ya, dan Andra tahu, siapa-siapa yang berada di kaki langit Tuhan, berhak melakukan apa yang ia mau, sebelum Tuhan berkehendak.

*

Dua tahun yang lalu...

Jingga mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri. Cuaca di luar sana dingin一walaupun ia berada di dalam kelas一tetap saja teasa dingin. Mana ia lupa tidak membawa pakaian hangat.

Namun tiba-tiba siswa di kelasnya mengantarkan sebuah jaket berwarna kecoklatan. Jaket itu panjang, jika dipakai oleh Jingga, mungkin tubuhnya akan tenggelam di dalam jaket itu.

Pertanyaannya: siapa pemilik jaket ini?

Satu tahun sembilan bulan yang lalu...

Jingga tahu bahwa kak Adit tak akan menerima rasanya.

Ia tahu betul risiko yang ia terima ketika berani menyimpan rasa secara diam-diam. Bahkan tanpa malunya, ia menangis semalaman karena melihat kak Adit menggandeng perempuan lain.

Tepat ketika jam dua pagi, sebuah pesawat kertas berhasil terbang memasuki kamarnya. Rupanya ia terlalu sibuk menangis dan lupa menutup jendela kamarnya.

Jangan sedih lagi. Kasian langit nunggu senyum kamu. By The Way, helloo. "Sebenarnya kamu siapa sih?"

Delapan bulan yang lalu...

"Cipruuut, ghibah yuk!" ajak Najla. Sifa yang asalnya menidurkan diri di meja laboratorium langsung menjadi duduk tegak lalu mengangguk semangat.

"Katanya Jingga Senja mau pindah ke sini, KE BUMI LANGIT CUYY! GAWAT NIH DOI GUE HARUS DILINDUNGI!"

Lalu berjalanlah acara ghibah antara Najla dan Sifa. Mereka berdua tak sadar, seseorang yang ingin masuk ke laboratorium tertahan karena mendengar nama Jingga Senja.

Dua bulan lebih dua minggu yang lalu...

Tanpa Jingga sadari, seseorang memperhatikan kegelisahannya karena hujan. Ia sendiri mengetahui bahwa Jingga akan telat jika tak menembus hujan.

Ia mengambil payung dari tasnya lalu berjalan mendekati Jingga. Ia berhenti sejenak mempersiapkan diri dan ketika ia memilih untuk melanjutkan langkahnya...

*

HALLLOOOO

btw dari kemarin gue mau ngetik ni cerita tapi ternyata gue lupa password akun ini dong. gue coba coba cari di riwayat wa gue eh ketemu, akhirnya bisa nulis lagi hhe

hampuraaa

udah gitu aja, garing? krenyes

dapinmulaigaje

-posted by dono

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang