Bagian 13 (A)

587 51 35
                                    

13 (A) : Ketika Jatuh Terlalu Jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13 (A) : Ketika Jatuh Terlalu Jauh

Karena dalam hubungan, aku butuh pengakuan. Mengapa? Coba tukar posisi antara kita.

- Jingga Senja -

Andra berada di sebuah ruangan putih. Segala macam perasaan berkecamuk di dalam benaknya. Sepandang mata memandang, yang ia lihat hanyalah putih, putih, dan putih.

Sebelum akhirnya sosok perempuan menyapanya di ujung sana. Itu Mita. Berjalan perlahan di sana, namun yang ia temukan hanyalah Mita yang menangis.

"Bunda kenapa menangis?" tanya Andra. Bundanya menghapus air mata gusar, tak lupa pada setitik bening di sudut matanya. Lalu tersenyum dan berangsur pergi perlahan.

Genggaman Mita di tangan Andra mengendur, hingga akhirnya Mita hilang di tengah putih. Andra berteriak, Andra meraung, Andra melakukan segala cara untuk mencari ibunya. Namun nihil.

Sebelum sosok perempuan lainnya menyapa. Melengkapi buku tangan Andra dengan jarinya, memberikan dukungan, menjadi cahayanya berpijar. Andra melihat ke sebelahnya, hingga akhirnya ia mendapati Jingga menatapnya dengan senyuman.

Namun belum sempat Andra membalas senyuman Jingga, perempuan itu menaruh tangannya di bahu Andra. Lalu mengatakan, "Aku mencintai kamu, Ndra. Bahkan ketika kamu menjawab 'tidak mencintai aku'. Tetap bahagia, even without me," ujar Jingga.

Tidak, tidak, ia tidak mau kehilangan Jingga pula. Cukup, Andra mohon hentikan! Andra menggeleng, tak memberikan Jingga izin untuk pergi. Namun semuanya tetap sama, tak ada yang berubah.

Andra hanya diam.

Menangis.

Lalu menatap Jingga.

Sebelum akhirnya ia sekarat.

*

"TADI KAK ANDRA BERGERAK BANG, BANG!" teriak Jingga histeris. Namun Haikal lebih menggunakan seluruh tenaganya untuk menenangkan Jingga. Menarik Jingga ke luar dari ruangan Andra lalu membiarkan dokter memberikan pertolongan terbaiknya.

"Jingga, please, cukup! Yang perlu lo lakuin sekarang adalah berdoa, Ji. Berdoa!" ujar Haikal tenang. Namun Jingga masih saja histeris, memukul-mukul dada Haikal dan menjambak rambut Haikal tanpa kenal lelah.

Haikal semakin mengeratkan pelukannya. Jingga masih menangis histeris, tak ingin kehilangan Andra. "ANDRAAA! ANDRA!"

Sebelum akhirnya Jingga kehabisan tenaga, lalu lunglai berserakan. Menyisakan tangis di ujung matanya, lalu jatuh perlahan. Haikal terpukul melihat Jingga yang begini.

Andra, bangun! Dan please bahagiain cewek yang gue cintai.

*

Di sisi lain rumah sakit ini, tampak seorang lelaki yang duduk serta kepalanya tertunduk. Kedua lengannya saling menggenggam, entah apa yang ia pikirkan.

Kini kedua matanya menatap sosok lain di sebrang sana. Di hadapannya, seseorang menatapnya intents一tatapan menuntut. Hingga akhirnya ia memilih menatap tempat lain一asalkan bukan ke arah lelaki di hadapannya.

Berkecamuk dengan pikirannya sendiri, membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Pandangannya lurus ke depan, wajah datar nan dingin, namun pikirannya kalut.

Hanya beberapa orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit. Lelaki itu tak memperdulikannya.

Ia kini dihadapkan dengan dua pilihan. Keduanya sama-sama menguntungkan dan juga merugikan. Lelaki di hadapannya berdiri lalu berjongkok tepat di depannya.

"Ikuti kata hati lo," ujarnya dengan penuh penekanan tak lupa dengan makna yang ingin ia sampaikan. Hingga akhirnya ia berdiri, meninggalkan lelaki itu di dalam sepi.

Setelah menepuk pundak lelaki yang duduk itu dua kali, akhirnya kaki jenjangnya berjalan meninggalkan. Kepala lelaki yang sedari tadi masih terduduk mengikuti arah jalannya.

"Mar!" panggil lelaki itu hingga lelaki yang berjalan itu berhenti. "Lakukan segala yang terbaik buat Andra. Setidaknya biarkan Andra sadar terlebih dahulu dan Jingga menemui Andra."

Mario一lelaki yang berjalan dan berbalik tadi一tersentak dengan keputusan sahabatnya ini. Namun lelaki itu hanya mengedikkan bahu tak acuh.

Kekagetan Mario masih belum selesai sampai akhirnya lelaki itu membelakanginya. Kekagetannya bertambah ketika lelaki itu menambahkan kalimatnya.

"Andra sembuh, maka gue akan membawa Jingga pergi dari Andra. Bukankah itu adil?" ujarnya lalu melangkahkan kaki dari sana. Biru menyunggingkan senyumnya lalu memakai kacamata untuk menyamarkan kehadirannya di rumah sakit ini.

Bukankah itu adil?

*

berapa hari gak update nih? sebulan kali ya

awokawokawok

lagian akunya sibuk gengs. dan kabar baiknya gue punya waktu lagi buat ngetik ni cerita. untung aja akunya masih inget🤣

btw, bang andra sekarat😭

udah ah, see you!

tunggu bagian B-nya guise!


JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang