04

953 213 291
                                        

T E R B A N G S E P E R T I

K U P U - K U P U

KASIH GUE VOTE, KOMEN, DAN SHARE, DONG! BIAR GUE BAHAGIA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KASIH GUE VOTE, KOMEN, DAN SHARE, DONG! BIAR GUE BAHAGIA. DAPET PAHALA LO LO PADA :V

💌💌💌

Setelah pulang sekolah Arsen dan Yoan menghabiskan waktu di rumah Theo. Dengan sedikit tidak ikhlas Theo mengizinkan mereka mengacak-acak isi rumahnya. Mulai dari ruang tamu, dapur, kamar, sudah mereka beri jejak keberadaan berupa sampah snack yang telah mereka makan.

Bosan dengan suasana itu-itu saja, mereka bertiga memutuskan untuk menjelajahi rooftop milik Theo. Awalnya Theo menolak dengan alasan mereka pasti akan mengacak, dan membuang sampah sembarangan di tempat yang sangat ia jaga kebersihannya. Kemudian dengan tampang memelas mereka berjanji akan menjaga rooftop milik Theo dengan sangat baik, tidak menyampah, dan tidak akan membuat kerusuhan.

Tapi bukan Yoan dan Arsen namanya jika menepati janji. lihat saja, di sana Yoan terus meminta agar Arsen mengayunkan dirinya dengan sangat kencang seperti kupu-kupu, burung, atau apapun itu yang bisa terbang bebas di atas sana.

"SEN, KENCENGAN DIKIT LAGI DONG!" Arsen mengangguk, menambah kecepatan ayunan itu sedikit lebih kencang.

"ANJIR GUE TERBANG."

"WOHOOOO, IAM COMING BEYBEH."

"GILAAA, BERASA DI SURGA GUE WOY!"

"HAHAHA."

"SUMPAH ANJIR GUE TERBAAANG!"

Theo geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang satu ini. Entah kenapa ia mau bersahabat dengan Yoan yang gilanya di luar batas, dan juga Arsen yang bucinnya kelewatan.

Terkadang Theo berpikir, kenapa dulu tidak langsung ia jual saja Yoan ke pasar loak? Ah. Tapi percuma, sih. Pasti gak akan laku, Yoan kan, muka pas-pasan tapi sok kegantengan.

Sementara Arsen, dia memang bucin tapi Theo masih membutuhkan jasa Arsen sebagai tameng saattelat sekolah atau malas sekolah. Secara, Arsen adalah ketua OSIS yang berdedikasi, disiplin, dan baik hati.

Theo merebahkan tubuhnya di salah satu sofa yang ada di rooftop. Matanya menerawang jauh, menatap langit dan bulan yang ditemani dengan ribuan bintang di atas sana.

Langit yang selalu membuatnya merasa tenang dan rindu bersamaan. Rindu dengan gadis yang sudah lama ia nantikan kedatangannya, rindu dengan kenangannya, dan apapun semua tentang perempuan itu. Ia rindu.

Andai kata rindu dapat diuraikan, andai kata rindu dapat disalurkan, andai kata rindu tak pernah ada. Ingin sekali Theo menghilangkan kata rindu. Menghancurkan semua yang berkaitan dengan rindu.

Perpisahan dan kematian. Satu kesatuan bentuk yang menggerogoti perasaan itu menjadi ruang rindu yang teramat dalam.

Andai dia disini, ingin sekali Theo memeluknya, andai saja.

Jangan Datang Lagi, Cinta! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang