D E N G A N M U
Jangan memaksa mempersatukan
jika Tuhan tidak meng-iyakan–Gebby Aulia–
💌💌💌
Mobil Theo memasuki pekarangan luas dengan rumah megah menyambut. Gebby mengedarkan pandangannya sekeliling, matanya memancarkan binar kekaguman melihat rumah bernuansa Eropa di hadapannya. Mewah dan elegan. Sambil terus menatap Gebby melangkah pelan mengikuti Theo dari arah belakang.
"Ayo masuk. Liat-liatnya nanti aja," ujar Theo tersenyum kecil.
"Ada siapa di dalam?" tanya Gebby ragu.
Theo mencodongkan lehernya, mengintip pintu rumah yang terhalang kebun bunga mawar yang sangat luas. "Sepi kayanya."
Mata Gebby membulat sempurna. mengikuti gerakan Theo untuk memastikan kebenaran dari perkataan cowok itu. Sangat sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana. Gebby menggigit bibir dalamnya kemudian menatap Theo. "Kamu gak akan apa-apain aku 'kan?"
Theo menatap Gebby serius. "Kenapa enggak? Gue pasti apa-apain lo."
"Ka-kamu beneran mau apa-apain aku?"
"Kenapa gue harus bohong?" tanya Theo dengan nada bicara lebih serius dari sebelumnya.
Gebby mengangkat pandangannya mencari kebohongan di kedua mata tajam itu. Sayangnya Gebby tidak menemukan titik kebohongan di sana. Sontak gadis itu mengambil ancang-ancang melangkah mundur secara perlahan sebelum semuanya terlambat.
Baru saja ia ingin berlari, gerakannya terhenti ketika seseorang mencekal tangannya. Gadis itu berbalik. "Aku gak mau di sini. Aku mau pulang!"
"Gue bercanda Gebby," ujar Theo dengan kekehan pelan.
"BERCANDANYA KAMU ITU GAK LUCU!" pekiknya kesal.
"Gue mau tanya." Gebby terdiam, menunggu pertanyaan yang akan dilontarkan cowok itu.
"Emangnya tadi lo mikir gue mau ngapain?"
"THEOOOO!"
Theo tertawa keras sembari menghindari serangan Gebby yang mengarah ke lengannya.
"Gila, tenaga lo kaya kingkong, anjir," ringis Theo mengelus-elus lengannya. Ia tidak mengerti mengapa gadis lembut seperti Gebby menjadi sangat beringas tatkala sedang kesal.
"Nih! Kingkong nih!"
Gebby kembali memukul Theo dengan sangat keras. Theo terkekeh geli menyaksikan perubahan dalam diri Gebby, sesekali cowok jangan itu meringis saat Gebby memukul bagian wajahnya.
Theo mencengkram erat pergelangan tangan Gebby ketika serangan Gebby semakin menjadi-jadi. Kali ini bukan lengan saja, dada, wajah, sampai perut, sesekali gadis itu menjambak rambutnya. Walaupun Theo sudah meminta untuk berhenti, pendengaran Gebby seolah tuli.
"Mending kita masuk aja."
"Gak ah, nanti kamu beneran apa-apain aku."
"Gak akan, sayang," ujar Theo lembut tersenyum jahil.
Gebby pasi. Dalam satu kalimat, satu adegan, satu senyuman mampu membuat Gebby merasakan keterpanaan. Kekaguman terhadap ciptaan-Nya yang nyaris sempurna dengan semua yang Tuhan beri kepadanya.
Gebby terperangah ketika Theo menautkan jemarinya di sela-sela jari-jari lentiknya, gadis itu tak henti menatap genggaman tangan yang menuntunnya memasuki dalam rumah.
Bisa kah semesta menghentikan waktu untuk sekejap? Bagai angsa yang terlihat sempurna ketika bersama pasangan.
Seperti negara Paris yang percaya dengan memasang sebuah gembok cinta di jembatan Pont des Arts—salah satu jembatan terkenal di Paris—dan menulis inisial atau nama mereka bersama pasangan akan membuat cinta abadi.
Gebby ingin melakukannya dengan cara sederhana, melalui hati yang ditautkan lalu dikunci rapat dan menulis nama seseorang, Theo.
Gadis itu memperhatikan isi rumah Theo, sangat mewah dan ditata dengan indah. Matanya terkunci menatap sebuah guci besar di pojok ruangan. Ia tahu harga dari guci yang terbilang fantastic, sama persis seperti guci yang ada di rumah lamanya. Sebelum keluarganya jatuh bangkrut Ibunya, Siska, sangat menyukai guci itu.
"KAMU BAWA ANAK SIAPA THEO?!"
Gebby dan Theo tersentak mendengar suara menggelegar yang berasal dari seorang paruh baya yang baru saja keluar dari arah dapur. Wanita itu menghampiri mereka berdua dengan sebuah spatula dan celemek berwarna coklat susu yang tersampir di tubuhnya.
Kinal menatap sengit putra semata wayangnya. "KAMU BAWA ANAK ORANG DARI MANA?!"
"JAWAB! MAMA GAK PERNAH AJARIN KAMU MACAM-MACAM SAMA ANAK PERAWAN!" Kinal semakin geram melihat Theo hanya diam memasang raut wajah seperti biasanya.
"Besok-besok bawa janda, Bang," celetuk seseorang yang sedang membaca majalah. Kinal memelototi Aryan yang seenaknya mengajari Theo yang tidak-tidak.
"DIAM KAMU BULE!" sarkasnya menunjuk Aryan dengan spatula. Aryan mengedikkan bahu kembali membaca majalahnya.
Gebby diam-diam memperhatikan wajah seorang paruh baya yang ia yakini sebagai Papa Theo kemudian beralih menatap Theo. Gebby menggeleng pelan. Ternyata wajah tampan Theo menurun dari Aryan. Benar-benar mirip! Wajah, Sikap, bahkan tutur kata pun sama.
"Kenalin dong namanya," Theo berbisik kepada Gebby.
Gebby mengangguk. Mengulurkan tangan kanannya "Gebby, Tante."
Kinal tersenyum kikuk membalas uluran tangan itu. "Saya Kinal. Mama-nya Theo."
"Ada siapa, Ma?" tanya seseorang yang baru saja keluar dari salah satu ruangan yang ada di lantai atas, kemudian dengan santai gadis itu menuruni tangga.
"Oh my God!" gumam Freya menatap genggaman Theo dan Gebby tak percaya. "AKHIRNYA FREYA PUNYA KAKAK IPAR! YEAAAY!"
"FREYA PUNYA KAKAK IPAR! FREYA PUNYA KAKAK IPAR! HAHAHA. PA, FREYA PUNYA KAKAK IPAR!" sorak Freya, gadis itu sampai jingkrak-jingkrak saking senangnya.
Gebby semakin terperangah menatap wajah seorang gadis seumuran dengannya yang sangat mirip dengan Theo, Gebby baru tahu cowok yang selama ini ia sukai memiliki seorang kembaran. Hanya saja, kembaran Theo lebih aktif daripada Theo sendiri.
Theo malu! Sangat malu! Ingin sekali ia mengusulkan ide untuk mencoret saja namanya dari kartu keluarga ini lalu pindah ke KK tetangga sebelah. Cowok itu sampai menutup mata Gebby dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menutup telinga Gebby sebelah kiri. "Sebelahnya tutupin pake tangan lo, tangan gue cuma dua."
Bukannya menyumpal telinganya gadis itu malah menjauhkan tangan Theo. "Gak papa, keluarga kamu lucu," Gebby terkekeh.
"Sorry ya, malu gue," ujar Theo pelan.
Tawa Gebby hampir saja meledak mendengar perkataan Theo barusan. Kemana Theo yang kemarin? Jutek, galak, dingin dan seenaknya, menjadi Theo yang berbeda hari ini.
Gadis itu terdiam sejenak, memikirkan apa yang membuat Theo mau berbicara dengannya seperti ini.
"By the way lo cantik."
Gebby tersenyum. Perasaannya menghangat mendengar kalimat yang membuat jantungnya berdetak tak karuan. Siang ini tidak akan bisa terlupakan.
Say thanks to utari
💌💌💌
Jangan lupa vote, komen, share cerita ini agar teman-teman kalian juga membaca cerita ini gaes❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Datang Lagi, Cinta!
Ficção AdolescenteFOLLOW SEBELUM MEMBACA Theo Dirgantara. Kehilangan cinta pertamanya, perempuan yang dulu memberinya sebuah diary dan menghilang begitu saja membuat Theo menjadi cowok dingin, ketus, dan pemarah. Theo mengabaikan semua cewek yang mencoba mendekatiny...