18

333 25 0
                                        

A B A N G T U K A N G


B A K S O

💌💌💌

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Freya menghirup udara sebanyak-banyaknya, ini adalah kali pertama dirinya menghabiskan waktu lagi bersama Theo.

Walaupun tidak seasik dulu tapi rasanya ini sudah cukup menjadi memory yang akan ia ingat kelak. Entah akan diceritakan atau hanya dikenang. Seutas senyum merekah, gadis itu merogoh tas kecilnya, mengambil ponsel lalu menatap Theo mengedip-edipkan matanya membuat cowok jangkung itu bergidik. "Abang."

Theo mengernyit. Untuk pertama kali Freya memanggil dirinya dengan sebutan itu. Pasti ada maunya.

Cowok itu tidak menjawab dan Freya tidak mau ambil pusing, dirinya sedang dalam mood baik jangan sampai karena wajah datar Theo moodnya berubah.

"Selfi yuk?"

"Gak ah."

"Ayoooo."

"Gak."

"GUE TERIAK NIH KALAU LO GAK MAU!"

Theo terperangah. Kalau gadis itu mau berteriak lalu yang barusan apa? Bisik-bisik?

"Cepetan," ujarnya seraya berdecak.

Freya cekikikan sendiri melihat tingkah Theo, ia tahu kembarannya sedang malas meladeni dirinya. Setelah memberi aba-aba gadis itu memencet tombol potret kemudian tersenyum bangga melihat wajahnya sendiri-cantik, elegan, fantastis. "Puji gue dulu dong, bangga kan lo punya Adek cakep kayak gue."

"Bangga apanya? Malu iya," gumam Theo, menyanggah.

Mendelik. Gadis itu berdiri, melangkah riang menghampiri penjual bakso tidak jauh dari tempatnya, sementara Theo hanya mengawasi gerak-gerik Adiknya.

"Abang tukang bakso, mari-mari sini, Freya mau beli... 5 ribu saja diskon 4 ribu yang banyak baksonya," gadis itu terkekeh mendengar suara sendiri-sangat tidak mengenakkan di telinga. Semoga saja Abang tukang bakso mau bermurah hati mengamalkan sebagian bakso untuk dirinya.

"Rugi atuh neng," jawab si mamang penjual bakso.

Gadis itu mencondongkan tubuhnya sedikit, mengintip ke dalam dandang perebus beralih menatap si penjual curiga. Bukan bakso borak 'kan?

"Pelit amat sih bang."

"Gimana kalau kita tukeran. Abang kasih saya diskon nanti saya tuker nomor WhatsApp Mama saya."

"Neng... neng... Nomor Mamanya kok dijual cuma buat Bakso."

Mendengar ucapan Abang tukang bakso Freya memajukan bibirnya beberapa senti-sebal.

Sungguh dia adalah golongan orang-orang merugi. Padahal mendapat nomor Mamanya sangat menguntungkan, malah bisa dijadikan cenel minjem duit tanpa bunga atau kembang apalagi daun plus batang. Tangannya terulur mencongkel gagang gerobak yang sudah sedikit lapuk, menyentil serpihan kayu yang terlepas dari asalnya. "Yaudah deh, saya beli semuanya. Kebetulan duit saya banyak."

Si penjual bakso menatap Freya tak percaya. "Serius mau dibeli semua?"

"Iya. Gak percaya kalau duit saya banyak?"

Freya mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, menyodorkan ke arah si mamang, Membukanya cepat, ditutup lagi kemudian dibuka lagi sedikit lalu ditutup kembali saat penjual itu baru ingin melihat. Terus seperti itu.

Jangan Datang Lagi, Cinta! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang