08

836 139 101
                                        

A N T A R A

R E S T I   D A N   G E B B Y

Pembaca yang baik, jangan lupa vote, komen, dan share biar teman-teman kalian juga baca cerita ini gaes❤

💌💌💌

Hari demi hari telah terlewati. Pasca keputusan mutlak yang sudah terucapkan, Gebby menata kembali dengan susah payah hatinya yang semakin retak. Menjauh, pergi, dan lari, adalah hal terbaik yang harus ia lakukan saat ini.

Entah akan bertahan berapa lama. Sebulan, dua bulan, atau bahkan, selamanya?

Sejak hari itu pula Gebby mengikuti logika dibanding kata hatinya. Sudah cukup. Dirinya tidak sanggup lagi menerima semua perlakuan Theo terhadapnya.

Gebby tersenyum getir.

Belum sempat ia mengobati hatinya, luka itu kembali menyayatnya dengan kejam.

Melihat Theo tetap tenang dengan gadis yang menggelayut manja di lengannya, menandakan dengan suka rela Theo memberi sandaran kepada gadis itu. Membuat lebih dalam lagi luka yang semakin terasa disetiap goresan.

Gebby menunduk. Melangkahkan kakinya mendekati tempat keberadaan Theo dan gadis di sampingnya, juga keempat temannya yang sangat ia kenal.

"Permisi, Mas, Mbak. Apakah sudah ada yang ingin dipesan?" tanya Gebby sopan.

"Kak Gebby?" Suara cempreng milik Utari mengejutkan kelima insan yang sibuk dengan dunianya masing-masing.

Serempak mereka menoleh. Memperhatikan wajah Gebby dengan pandangan tak percaya.

"Kak Gebby kerja di sini?"

Gebby mengangguk pelan. Masih menundukkan kepalanya.

Seketika mata Utari berbinar. "Kak Ge hebat banget. Selain jadi guru les Uta, kak Ge kerja di sini juga. Emangnya gak capek? Uta rebahan aja capek."

"Ini serius lo, Ge?" Gebby mengangguk mengiyakan pertanyaan Arsen.

"ASTAGA. GE, LO SADAR GAK?!" teriak Yoan heboh sedikit membentak.

Gebby mengerutkan keningnya. "Kenapa? Emang salah kalau aku kerja?"

Yoan menggeleng, bukan itu maksud dari perkataannya. Gebby terlalu cepat tersinggung ternyata. "WARNA BAJU KITA SAMA-SAMA MERAH!?"

"FIKS LO JODOH GUE," sambungnya dengan cengiran idiot khasnya.

Gebby menggeleng pelan. Padahal jelas cowok itu masih memakai baju seragam putih abu-abu. Arsen membuang muka malu.

"Kak Yoan belajar dulu sana. Biar pinter!" ujar Utari kesal dengan tingkah bodoh Kakak kelasnya.

"Adek Uta yang cantik. Kalau gue belajar, takutnya tiba-tiba jadi pinter. Kasian dong kalau Gebby tahun ini ada saingan," jelasnya kepada Utari.

"Ya, gak, Ge?" Yoan mengalihkan tatapannya, menaik-turunkan alisnya menggoda Gebby.

Melihat Gebby berada di tempat yang sama dengannya, Resti semakin mengeratkan lengan Theo, mengikis jarak yang ada diantara mereka, cewek itu dengan sengaja bersandar di bahu Theo.

Jangan Datang Lagi, Cinta! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang