FOLLOW SEBELUM MEMBACA
Theo Dirgantara. Kehilangan cinta pertamanya, perempuan yang dulu memberinya sebuah diary dan menghilang begitu saja membuat Theo menjadi cowok dingin, ketus, dan pemarah.
Theo mengabaikan semua cewek yang mencoba mendekatiny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💌💌💌
Theo memejamkan matanya kala lebam di wajahnya kembali terasa nyeri. Ntah apa yang Theo pikirkan kemarin, yang ia tahu apapun akan ia lakukan demi cinta. Demi bertemu dengan gadis yang selama ini Theo cari.
Namun sial, lagi dan lagi, tidak ada pilihan lain selain menunggu. Menyerahkan semuanya pada waktu.
"Yan, beliin gue makan. Gue laper."
Theo mengeluarkan selembar uang di dalam sakunya, dengan senang hati Yoan menerima uang itu.
"Uangnya udah di tangan gue, artinya gak ada kata kembalian bos," ujar Yoan langsung ngacir keluar kelas takut Theo mengambil uangnya kembali.
"Kenapa lo? Gak dapet makan dari Gebby?" tanya Arsen sedikit meledek.
"Gue gak peduli," ujar Theo dingin.
"Sampai kapan lo kayak gini? Cari yang pasti-pasti aja kenapa sih Yo? Lupain masa lalu lo dia gak ada!" cerca Arsen.
"Dia ada Sen! Dia ada di sekolah ini," tutur Theo penuh penekanan membuat Arsen terdiam.
"Dia ada di sekolah ini," ulang Theo.
Arsen menjatuhkan dirinya di bangku depan Theo. "Lo tau dari mana?"
"Asumsi."
"Yaelah, gak ada kepastian dari asumsi lo itu. Udah lah Yo lupain aja."
Theo menatap Arsen tajam. "Coba lo pikirin kata-kata gue. Devano selalu bilang 'ada di dekat Utari gue bakal nemuin cewek itu', apalagi menurut lo selain sekolah? Cuma sekolah Sen. Devano gak pernah bolehin Utari keluar rumah."
Arsen terperangah. Perkataan Theo masuk akal, karna Devano sangat posesif terhadap Utari. Dalam keadaan genting sekalipun Devano lebih memilih membayar orang untuk membereskan urusan Utari.
"Terus menurut lo cewek itu siapa Yo?"
Theo mengedikan bahunya. "Entah."
Keadaan menjadi hening. Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat untuk mengeluarkan suaranya. Mereka sibuk dalam pemikiran masing-masing perihal gadis yang mampu mengisi hati Theo.
"Yo, anjir tadi gue liat Resti lagi sama Dion."
Sampai Yoan datang pun mereka masih diam. Yoan mengernyit. Ada apa dengan patung hidup di depannya ini?
Sadar ternyata Yoan sudah datang Theo langsung menyambar makanan yang ia pesan di tangan Yoan.