Bimbaaannnggg

1 0 0
                                    

**
Tik.. tik.. tik.. tik.. suara percikan hujan membasahi genteng rumah laras melengkapi keheningan di malam hari memang di sore hari tadi setelah laras tiba dirumah seusai mengikuti kajian pertamanya di rohis beberapa menit kemudian turun hujan yang sangat deras, dan sekarang hanya meninggalkan sisa-sisa percikan jujan saja di malam hari.

Ya! setelah sholat isya laras hanya terdiam duduk di atas kasur seolah sedang memikirkan sesuatu. Tentu saja laras memikirkan seragam rara, nuri dan ina yang tersambung hingga menjadi gamis.

"Sampai segitunya karena takut sama Allah mereka sambung seragam sekolahnya, Ya Allah ingin rasanya aku mengenakan jilbab di setiap saat aku keluar rumah tapi bagaimana mungkin aku bisa mengenakan gamis sedangkan aku tidak punya satupun gamis, dan bagaimana respons bunda jika melihat seragam sekolah ku disambung, arrrghhhh bimbang rasanya" kalimat yang terlintas dipikiran laras malam itu. tentu saja laras bimbang dengan keinginan nya untuk segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah, bukan karena tak punya gamis tapi bagaimana ketika nanti bunda dan ayah melihat aku terus mengenakan jilbab, laras hanya menutup wajahnya dengan kedua tangannya, bimbang rasanya malam hari itu.

***
"Astagfirullah aku kesiangaannnnnn" ucap laras kaget, hari ini laras bangun lebih pagi dari biasanya untuk melaksanakan sholat subuh setelah lama sekali laras tidak melaksanakan sholat subuh, namun pagi ini pukul 05.15 laras hampir kesiangan untuk sholat subuh, maklum laras belum terbiasa bangun di waktu subuh. setelah membuka kedua matanya laras melangkahkan kakinya bersegera ke kamar mandi untuk berwudhu.

05.40 WIB bunda sedang menyiapkan sarapan pagi di meja makan ditemani kak ica.

"Eh laras udah bangun?" tanya bunda kaget tidak seperti biasanya laras bangun dipagi hari. "Ada angin apa ini si laras jadi bangun pagi-pagi?" ledek ka fadia yang 3 menit tadi ternyata sudah bangun tidur dan tak sengaja mendengar pembicaraan bunda, ka ica, dan laras.

"Ish apaan sih kak fadia!" ucap laras kesal sembari duduk di kursi yang jaraknya hanya 50cm dari tempat ia berdiri, laras hanya melipat kedua tangannya dan menaruhnya di atas perut dilengkapi dengan mengembungkan kedua pipinya pertanda kesal dengan ucapan kak fadia.

"Stt sudah jangan bertengkar" ucap bunda menengahi pembicaraan laras dan kak fadia.

**
Pagi yang cerah, semua penduduk bumi mengawali aktivitasnya dengan sarapan pagi. Ya! begitu juga rumah di Bogor jln. Ceria No.27 seperti biasanya mengawali aktivitas dengan sarapan pagi.

Meja makan yang diatasnya sudah terdapat berbagai makanan sarapan pagi, dan kursi2 yang sudah terduduki oleh para penghuni rumah,ya! tentu saja laras dan keluarga nya yang sedang menyantap sarapan pagi.

Namun rasa bimbang terus menghantui laras, bimbang bagaimana cara ia menyampaikan kepada keluarga khususnya bunda bahwa laras ingin membeli jilbab, karena selama ini bunda dan ayah lebih suka anak perempuannya memakai celana.

ejekan kedua kakanya, bunda dan ayah yang tidak mengijinkan, arrgghggggg tidakkkkkk kenapa aku menyerah duluan padahal belum aku coba tapi bagaimana membuat bunda, ayah, dan kakaa mengerti gumam laras di dalam hatinya, laras yang dari tadi hanya menggigit bibir bawahnya sembari mengerutkan kedua halisnya dengan sendok ditangan kanannya dan garpu ditangan kirinya.

"Ras, kok makanannya belum dumakan?" tanya bunda. memang dari tadi laras belum memakan sarapannya disaat yang lain sedang menyantap sarapan paginya. "I..i..iyaa bun" jawab laras kaget karena pikirannya dikaburkan dengan suara bunda. 

"Pasti kamu sedang memikirkan sesuatu, ada apa ras?" tanya bunda penasaran. karena dari tadi laras terlihat bimbang sedang memikirkan sesuatu.

Laras menghela napas dalam-dalam mencari ketenangan sejenak, "Bun hari ini aku kan libur sekolah, tapi aku boleh minta uang seperti uang yang bunda kasih di hari sekolah?" ucap laras.

Maaf Aku Meninggalkan MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang