Kebahagian yang Hakiki

0 0 0
                                    

Senin, 14 Juli 2016. pukul 05.20 suara merdu murotal Al-Qur'an dimasjid membangunkan ku, memang jarak antar masjid dengan rumah ku tidak terlalu jauh sehingga suara adzan, murotal, imam sholat, selalu terdengar sampai ke rumahku.

Ku lihat jam dinding di samping kiriku "Astagfirullah!..Argggghhhh aku kesiangan lagiiiiiiiii" segera ku langkahkan kaki ku ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu, akupun melanjutkan dengan sholat subuh.

"Kenapa aku selalu terlambat untuk melaksanakan sholat, subuh selalu kesiangan, karena sekolah pulang jam 13.00 sesampainya di rumah jam 13.40 akhirnya aku sholat zuhur di penghujung waktu, ashar selalu terlambat karena terkadang aku sibuk nonton tv, magrib lomayan tepat waktu sih tapi terkadang masih lalai, isya kadang bablas karena terlalu fokus belajar sampai larut malam baru ingat belum sholat isya. mungkin karena aku belum terbiasa sholat tepat waktu" ucap ku ketika usai melaksanakan sholat subuh.

Pukul 06.00 sinar matahari mulai terpancar, kicauan burung terdengar merdu melengkapi suasana pagi hari ini, sarapan pagi terasa lebih nyaman dan nikmat.

"Bun, laras kemana?" tanya ayah kepada bunda. meja makan sudah penuh terisi dengan hidangan sarapan pagi ini, semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk menyantap sarapan pagi kecuali laras, tidak seperti biasanya laras belum berkumpul untuk sarapan pagi.

"Rass kita sarapan dulu ya" teriak bunda kepada laras sembari menghidangkan nasi ke piring ayah.

"Iya bun sebentar" teriak laras dari dalam kamar.

"Duh bagaimana ini, pasti kak fadia terus-terusan mengejek ku, bunda ayah pasti tidak suka kalau aku berpakaian seperti ini" ucap laras yang dari tadi hanya mundar mandir ke kiri ke kanan lantaran masih bimbang dan takut reaksi keluarganya ketika melihat laras berubah penampilan, memang hari ini laras memutuskan untuk berubah penampilan kerudung yang menutup dada dengan hiasan pin di pundak kananya, ciput yang ia pakai agar tidak ada satu rambutpun yang keluar, Seragam sekolah yang longgar agar tidak terlihat lekuk tubuh.

Ya!.. hari ini laras memulai untuk berubah menjadi lebih baik lagi seperti yang dikatakan oleh kak tia.

Laras menghentikan kakinya yang dari tadi hanya mondar-mandir kiri kanan saja.

"Oia aku baru ingat kata rara kita itu hanya butuh penilaian dari Allah, kalau kita yakin sama Allah, Allah pasti akan permudah, aku ga perlu peduliin ejekan orang lain, ya! skenario Allah itu indah. Bismillah" ucap laras meyakinkan, laras menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya kemudian membuka pintu kamar dan menghampiri meja makan untuk ikut menyantap sarapan pagi bersama.

Seperti yang sudah laras duga pasti semuanya akan terkejut melihat penampilan laras hari ini.

"Selamat pagi ayah, bunda, kak ica, kak fadia, dan dek fatih" Sapaan laras membuka pembicaraan. Semua terkejut melihat penampilan laras hari ini, ayah yang memegang sendok berisi nasi ditangan kanannya yang sudah berada 5 cm dari mulutnya menjatuhkan sendok ke piring nya, semua terkejut melihat penampilan laras dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Ras ini kamu?" tanya kak icha dengan nada kaget. "Hehee iya kak" jawab laras sembari duduk disamping kak ica.

"Tumben kamu penampilam kayak gini?" ucap bunda.

"Hm iya bun, laras pengen berubah jadi lebih baik lagi, ternyata selama ini laras berpenampilan melanggar aturan Allah" ucap laras sembari memberi senyuman manis.

"Ras mau jadi ustadzah loh" cetus kak fadia dengan nada sedikit tak suka.

"Kak, aku hanya ingin melaksanakan kewajiban aku aja kok" ucap laras. "Tapi saran ayah kamu jangan terlalu fanatik ras, biasa aja,"ucap ayah.

Maaf Aku Meninggalkan MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang