Don't cry

1.2K 137 2
                                        

Jungkook menghelakan napas berat saat kini ia tengah mengetuk pintu kamar sang adik. Berulang kali mengetuk namun sama sekali tidak dibukakan yang ada hanyalah sebuah sahutan dari Jiyeon dengan kalimat 'aku baik-baik saja' saat Jungkook bertanya bagaimana keadaan Jiyeon dari luar kamar. Itu tentu saja membuat Jungkook khawatir sebab setelah kejadian dimana adiknya tiba-tiba saja menangis direstoran malam kemarin karena merindukan kedua orang mereka sehingga membuat keadaan Jiyeon yang berakhir tidak ingin keluar kamar barang sejenak seperti sekarang.

Melihat sang adik yang menangis tiada henti sembari menggumamkan kalimat 'aku merindukan ibu dan ayah' membuat Jungkook memutuskan untuk pulang kerumah. Karena semua orang direstoran telah menatap mereka berdua heran kala itu. Dilihat seperti itu membuat Jungkook merasa tidak enak dan berakhir memutuskan untuk membujuk Jiyeon pulang dan beristirahat.

Disaat keduanya telah sampai dirumah Jungkook lalu menuntun si Joen bungsu menuju kamarnya-kamar Jiyeon-lalu sesaat setelah masuk Jungkook memegang kedua bahu sang adik menuntunnya untuk duduk dipinggir kasur.

Jungkook menatap sendu sang adik yang masih terisak sembari merunduk. Hatinya sakit jika ia melihat Jiyeon seperti ini. Ia tidak ingin melihat adiknya menangis saat sedang merindukan kedua orang tua mereka. Tangannya terulur menyentuh bahu kiri Jiyeon mengusapnya lembut guna menenangkan sang adik.

"Sudah jangan menangis, Kau masih punya aku" Jiyeon mendongak menatap sang kakak yang kini tersenyum hangat menatapnya.

Sejenak tangis Jiyeon mereda,"Tapi aku merindukan ibu dan ayah" Suara seraknya sehabis menangis membuat hati Jiyeon kembali merasakan luka perih ketika setiap kali mengatakan bahwa ia merindukan ibu dan ayah.

Jungkook mengerjap lalu terdiam. Mencoba berpikir mencari sebuah ide untuk menenangkan sang adik agar tidak terlalu larut dalam sebuah kesedihan. Namun saat bibirnya ingin mengatakan sebuah kalimat, Jiyeon sudah lebih dulu berucap,"Bisa tinggalkan aku sendiri sekarang? Ku mohon" Jiyeon memohon menatap sang kakak.

Jungkook terdiam sembari mengerjap. Niatnya ingin berbicara suatu hal urung karena Jiyeon telah menyuruhnya keluar.

"Ku mohon biarkan aku sendiri" Kali ini Jiyeon benar-benar memohon sehingga membuat Jungkook mau tak mau beranjak keluar.

Sebenarnya ada sepercik rasa tak rela disaat Jiyeon menyuruhnya untuk pergi keluar, Gadis itu berkata bahwa ia ingin sendiri. Namun setelah berpikir jika sendiri dapat membuat Jiyeon merasa tenang pun Jungkook akhirnya melangkah keluar kamar dan memilih duduk disofa ruang tamu sembari menunggu.



"Jiyeon buka pintunya" Jungkook masih bersabar dalam menghadapi adiknya yang masih belum membukakan pintu.

Tak tahukah dia betapa khawatirnya Jungkook?

Masih mengetuk Jungkook lantas menghelakan napas gusar. Ia memang merasa kesal sebab Jiyeon tidak ingin membukakan pintu Namun rasa khawatir lebih mendominasi ketimbang rasa kesal. Karena ia tidak ingin Jiyeon kenapa-napa didalam sana, Ia tentu tidak bisa melihat apa yang tengah Jiyeon lakukan didalam kamar sekarang. Bagaimana jika gadis itu tiba-tiba berniat bunuh diri karena sangat ingin bertemu kedua orang tuanya?

Jungkook segera menggeleng menepis semua pikiran itu. Namun bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi? Itu tentu saja bisa terjadi jika Jungkook tidak bertindak cepat.

Derit suara pintu yang kini telah dibukakan setengah oleh sang pemilik membuat Jungkook berhenti mengetuk pintu kamar Jiyeon.

Jungkook tersenyum menatap Jiyeon karena telah membukakan pintu. Namun senyum Jungkook tak bertahan lama tatkala netranya menangkap kondisi Jiyeon didepannya sekarang. Wajah kusut, mata yang membengkak karena terlalu lama menangis, juga rambut yang berantakan. Pemandangan yang membuat Jungkook berpikir 'Sebegitukah rindunya ia pada Ibu dan ayah?

Jeon SiblingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang