"Jung, kenapa wajah mu selalu muram begitu? Ada apa?." Hoseok bertanya heran. Mengerutkan kening menatap Jungkook yang sedang duduk di kursi kerja sembari memijat pelipisnya.
Pria itu hanya diam tanpa ingin membalas pertanyaan Hoseok yang keheranan menatapnya. Pun Hoseok menghelakan napas saat dirasa bahwa pertanyaannya tidak dijawab oleh atasannya sekarang.
Mengubah posisi duduk menjadi nyaman Hoseok kembali berucap,"Katakan, apa kau punya masalah? Jika iya, kau boleh mencurahkannya pada ku." Jungkook segera mendongak menatap Hoseok setelah mendengar perkataan ah atau lebih tepatnya penawaran Pria itu.
Mengerjap Jungkook lalu menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak gatal sambil tersenyum paksa,"Tidak, Tidak apa-apa. Mungkin aku hanya lelah dan sedikit pusing saja karena selalu menatap berkas dokumen ini." Netranya beralih pada seberkas dokumen didepannya.
Hoseok menyerngit sebelum kembali berucap,"Aku kurang percaya dengan perkataan mu, Jung. Kata 'Mungkin' itu sama saja dengan ketidakpastian, aku yakin kau pasti sedang menutup-nutupi masalah mu."
Jungkook kembali mendongak menatap Hoseok dengan pandangan tak percaya. Dan Hoseok yang melihat ekspresi itu segera berucap,"Kenapa? Aku benar'kan?" Tanya-nya memastikan.
Seketika ekspresi Jungkook berubah menjadi datar. Ekspresinya yang tadi sudah mendadak hilang bagai diterpa angin. Sedikit berpikir menerawang Jungkook lalu mulai berucap dengan nada yang terdengar santai namun kalimatnya sukses membuat seorang pria yang berada diseberang mejanya menatap tak percaya dan mulut yang sedikit terbuka,"Bukan, kau salah. Kau salah karena sudah berani ikut campur dalam urusan ku."
"Apanya yang sudah berani ikut campur urusannya? Aku'kan hanya bertanya?"—Hoseok membantin. Ia memang agak terkejut juga setelah mendengar bahwa Jungkook mengatakan jika dirinya sudah berani ikut campur urusan pria itu. Namun Hoseok tak ingin mempermasalahkan atau memperpanjang dengan menanggapinya. Yang ada jika nanti ia menanggapinya mungkin si Atasannya akan mengamuk marah hanya karena ia menjawab perkataan Pria itu.
Berdehem pelan, Hoseok lalu memperlihatkan senyum khasnya pada Jungkook sebelum kemudian mulai berucap,"Jung, apa kau sudah makan siang?." Hoseok mengalihkan pembicaran.
Terdengar helaan napas berat Jungkook oleh rungu Hoseok. Pria itu lalu memasang raut sendu sembari merunduk—menatap prepensi dokumen di atas mejanya. Kemudian menjawab dengan lesu pertanyaan Hoseok,"Belum."
Hoseok bernapas lega ketika dirasa bahwa pertanyaannya di tanggapi oleh Jungkook. Hoseok berpikir setidaknya masalah yang sempat ingin terjadi tadi tidak diperpanjangkan lagi karena dengan mengalihkan pembicaraan.
Bibir Hoseok baru saja akan berkata namun suara Jungkook sudah lebih dulu membuat mulutnya kembali tertutup rapat,"Aku akan makan siang dirumah saja." Awalnya Hoseok sedikit kecewa dengan perkataan Jungkook barusan. Padahal niatnya'kan ingin mengajak Pria Jeon itu makan siang bersama di kafetaria namun Pria itu sudah lebih dulu berkata bahwa dirinya akan makan siang dirumah saja. Dan diakhirnya perasaan kecewa Hoseok seketika berubah menjadi kesal karena Jungkook yang dengan entengnya berucap,"Dan Mungkin aku akan langsung pulang saja. Soal tugas dokumen ini aku serahkan saja pada mu." Hoseok dalam diam meredam kesal yang teramat sangat manakala menangkap senyuman kelewat manis yang Jungkook ukir dibibirnya.
...
"Jae, Apa tidak apa-apa? Aku takut jika nanti saat Kakak ku pulang dan melihat prepensi diri ku tak ada dirumah, pasti dia akan sangat marah" Jiyeon menatap cemas pada punggung tangan Jaehyun yang kini tengah memegang tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon Sibling
FanfictionKetika sebuah fakta bahwa ikatan darah membuat Jungkook dan Jiyeon sangat merasa terbebankan dalam menjalin hubungan mereka. Fakta yang mengatakan jika sebenarnya mereka berdua adalah saudara kandung membuat perasaan cinta mereka tertahan dan memili...