17. hari yang berat.

17K 584 40
                                    

Tidur nya terusik. Rasanya seperti ada angin yang kerap kali usil menerpa wajahnya dan itu rasanya begitu mengganggu.

Sampai akhirnya mata bulat itu terbuka. Memperlihatkan pemandangan dimana ayah yang tengah tersenyum senang di hadapannya.

Seolah lupa kalau beberapa waktu yang lalu ia takut dengan si ayah. Kini batita mungil itu menengadahkan tangan meminta di gendong

"ayah ada hadiah untuk abang" ucap arga setelah si batita di alihkan ke dalam gendongan.

"mau nen buda"

Jawaban itu malah membuat arga tertawa. Menciumi pipi tembam anaknya yang tumben tidak di baluri liur khas bayi

"bunda bobo, istirahat abis jagain abang tadi. Biarin dulu ya? Nen nya ganti sama susu coklat aja gimana?"
Arga membawa aru ke dapur. Melewati ruang tengah dimana disana lah keberadaan kucing bertubuh tak kalah gempal dengan aru itu tengah tertidur pulas

Sampai di dapur, arga mendudukkan aru di atas meja pantry dekat lemari kotak obat. Kebetulan susu coklat sudah di buatkan bunda sebelum tidur tadi, sekarang tinggal manasin aja.

Sambil menunggu susu coklatnya panas, arga membuka lemari kotak obat dan mengambil tisu basah yang memang dera sediakan. Mengeluarkan nya kemudian perlahan membasuh wajah aru. Sekedar bersihin kotoran yang ada di sudut mata dan bagian tangan, leher dan kaki yang lengket sebab keringat.

Bunda tidur di kamar aru. Aru nya tidur di kamar bunda.

Bayi ayah yang tertukar

Setelah susu coklatnya panas arga menunggu sampai sedikit lebih hangat. Kemudian menyerahkannya pada aru

Susu coklat di tenggak habis sembari ayah yang mengelus kaki gempalnya ketika mereka sudah sampai di ruang tengah, tepatnya duduk di lantai yang di balut ambal tebal berbahan beludru yang lembut tepatnya di samping si kucing

Aru sama sekali belum sadar dengan kehadiran si kucing manis yang ternyata udah bangun dan merapatkan diri ke kaki arga.

Setelah susu coklat nya habis. Ayah sengaja mengeluskan bulu kucing ini ke kaki aru, si anak terkejut. Bergegas duduk dan melihat benda lembut apa yang barusan menggelitik kaki nya?

"UCING!!" pekiknya senang. Tangannya langsung beralih menggendong kucing yang terlihat sedikit lebih kecil darinya. Yang anehnya kucing tersebut pun ngga berontak.

Arga tertawa. Beralih mengambil ponsel dan membuka fitur kamera demi mengabadikan hal penting barusan.

"ayah gajadi belikan kuda, kucing aja gapapa kan?" tanya arga mengusak puncak kepala anaknya

Aru menoleh, entah kenapa kucing itu di letakkan kembali ke lantai dan aru beranjak naik ke pangkuan ayah lalu memeluk leher ayah erat.

Arga tau nih. Kalo udah seperti ini anaknya pasti mau minta maaf.

Didikan bunda nya.

Duh, bunda :')

"aya, aya janan mala2 ladi ya? Abang minta maaf talna buwat aya mala. Abang cuka ucing, nda jadi tuda. Maaci aya" kalimat itu terlontar dengan lancar, membuat arga memeluk anaknya bangga sebab berani mengakui kesalahan dan meminta maaf

Segitu nyereminnya ya ayah kalau pasang muka marah?

"iya gapapa kok. Ayah ga marah sama abang, ayah cuma takut kalo lari2 sampai ke jalan kaya tadi pagi abang jatuh gimana? Kan ayah ikut sedih, bunda juga sedih. Abang mau ayah sama bunda sedih?"

Gelengan kencang dapat arga rasakan pada ceruk lehernya.

"makanya, kalo abang mau sesuatu. Bilang baik2 sama ayah sama bunda. Oke?"

BABY ARU-III Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang