8

239 14 2
                                    

Normal pov

Naruto yang shock akan kehamilannya, mulai tak bisa berpikir jernih, kehidupan akan masa depan yang mulai ia susun sedikit demi sedikit telah hancur berkeping keping, ia mulai berpikir apa tujuan hidupnya saat ini, bagaimana cara ia menghadapi caci maki dan hinaan orang akan kehamilannya nanti???, apa yang akan dipikirkan ibu panti atas kehidupannya saat ini, ia tak sanggup menerima rasa kecewa dari orang orang yang ia sayangi, jika ia yang dulu dengan mengakhiri hidupnya semua masalah akan hilang tak berbekas, namun sekarang berbeda, jika ia mengakhiri hidupnya bukankah sama saja dengan membunuh bayinya, ia tak sampai hati untuk membunuh darah dagingnya sendiri.

Saat hatinya penuh dengan dilema, seseorang mengetuk pintu perlahan, suara ketukan yang tidak terlalu keras namun teratur, menandakan lemahnya tenaga yang dikerahkan, tak salah lagi itu adalah nenek cio, tetangga sebelah sekaligus pemilik apartemen ini, dengan tergesa gesa naruto mengusap air matanya dan merapikan penampilannya serapi mungkin secepat yang ia bisa, lalu ia berlari untuk membuka pintu menyambut seorang nenek yang sangat peduli padanya.

"Nenek, silahkan masuk" ucap naruto sambil tersenyum.

"Sayang, apa kau habis menangis, jika ada masalah katakanlah, aku akan selalu di samping mu untuk mendukungmu" tanya nenek cio

Naruto hanya bisa terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun, tak mudah untuk mengelabuhi nenek cio, namun ia tak mau melihat raut kecewa nenek itu jika tau masalah apa yang ia pikul saat ini, jika hanya rasa kecewa nenek cio mungkin lebih baik, namun bagaiman jika ia di usir dari sini, bagaimana nasibnya nanti??, mulutmu harimau mu, salah mengucap satu kata saja semuanya akan hancur.

"Naruto, tak peduli apapun masalah yang akan kau katakan, aku akan mendukungmu, kau percaya padaku kan??" Ucap nenek cio lagi

Naruto hanya bisa menagis sambil memeluk nenek cio, akhirnya ia menceritakan semua yang ia alami selama ini.

Naruto pov

Tak kusangka nenek cio dapat menerima semua keburukanku, ia mau mendengarkan ceritaku sampai akhir, ia meyakinkan diriku untuk menjadikan bayi yang ku kandung sebagai tujuan hidupku tanpa menghiraukan omongan orang lain, dan masalah akan selesai dengan sendirinya, tak peduli seberapa banyak orang yang membecimu dan tak peduli ribuan caci maki menghujanimu, jika masih ada satu saja orang yang masih peduli pada mu, maka sebesar apapun masalahnya kau pasti bisa melewatinya. Anggap cacian dan kebencian orang lain hanya angin lalu, karena ini hidupmu, kau tidak bergantung pada mereka yang mencacimu untuk hidup, bukan mereka yang memberimu makan, tapi dirimu sendiri yang memenuhi kebutuhanmu, jadi untuk apa peduli pada omongan orang lain.

Setelah hari itu aku mulai menemukan tujuan hidup ku kembali, memang tak mudah untuk menjalani hidup dengan keadaanku saat ini, aku harus mengeluarkan tenaga ekstra dalam bekerja untuk memperoleh uang yang lebih banyak, namun tubuhku tak mampu menerima itu, sesekali tubuhku yang tak mampu menahan beban karena kelelahan akan tumbang, namun semangat untuk membesarkan anak ku membuatku bangkit kembali.

*
*
*

Enam tahun kehidupan yang sulit telah kulalui, aku telah menyelesaikan pendidikan sarjana lewat jalur beasiswa dengan nilai yang gemilang, lalu di terima di perusahaan besar sebelum hari kelulusanku dilaksanakan, dan mendapat posisi yang sangat tinggi meskipun baru bekerja satu tahun di dalam perusahaan.

Aku teringat oleh nasehat nenek cio yang menyuruh ku mempertahankan anak yang kukandung, awalnya memang banyak sekali cacian yang ku dapatkan, tapi lihatlah sekarang, orang yang mencaciku diam di tempat tanpa ada perubahan dalam hidupnya, namun hidupku telah berubah hingga tak ada lagi orang yang berani mencaci diriku lagi, bahkan mereka saat ini mulai menjilat ludahnya sendiri, dulu mencaci, namun saat aku sukses mereka mulai mendekat dengan alasan yang tidak pasti, merayu dan berbicara semanis madu untuk nenerima simpati dariku, memang kehebatan uang benar benar luar biasa, dengan uang semua bisa didapat, kasih sayang, sanjungan, teman, kerabat, reputasi baik, semua akan mendekat dengan sendirinya, tak peduli seberapa buruknya perilakumu, dengan uang semua akan menutup mata dan tetap menyanjung mu apapun yang terjadi, karena semuanya hanyalah kepalsuan, saat kau jatuh semua itu akan hilang juga bersamaan dengan habisnya uang mu.

Saat ini aku adalah ibu dari anak laki laki yang  berumur 5 tahun, namun tak semua orang mengetahui keberadaan anak ku, ini semua demi alasan keamanannya, aku tidak mau anak ku berada dalam bahaya, semakin tinggi kesuksesan yang kuraih, semakin banyak pula musuh dalam selimut yang ku miliki, aku tidak mau kebencian mereka berimbas pada anak ku. Saat ini aku  telah menjadi salah satu wanita yang paling di buru di negara ini, bukan hanya karena kecantikan tapi karena karir yang gemilang dan profesionalitas dalam bekerja, setiap pekerjaan yang di bebankan kepadaku akan sukses dengan keuntungan yang berlipat lipat dari eskpektasi keuntungan yang di targetkan oleh perusahaan, kerja sama yang kulakukan dengan para investor dan perusahaan lain selalu berhasil dengan gemilang, tidak ada yang pernah menolak kerja sama yang ku ajukan, karena itulah semua orang sangat menghormatiku, aku adalah harta karun perusahaan, tidak ada orang yang berani menentangku apapun yang ku lakukan, karena mereka tak mau aku pergi dan menyukseskan perusahan lain yang menjadi pesaing mereka, sehebat itulah aku.

Bukannya keinginanku untuk menjadi sombong, namun jika aku tetap rendah hati orang orang akan menginjak injak diriku tak peduli sesukses apa diriku saat ini, cukup aku yang enam tahun lalu saja yang di injak injak, namun aku yang saat ini tidak akan mudah di injak, jika perlu orang yang akan menginjak ku harus ku hancurkan terlebih dahulu, sepertinya aku telah menjadi seperti si brengsek ayah dari anak ku, menyelesaikan semua masalah dengan uang, tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa selamanya menjadi gadis naif dan menghancurkan masa depan anak ku, ini semua ku lakukan demi anak ku.

*
*
*

"Mommy......"ujar anak ku sambil berlari saat melihatku menunggu di depan gerbang sekolah tknya

"Hai sai sayang, bagaimana sekolahmu hari ini???" Jawabku sambil menggendongnya, kalian ingin tau mengapa aku menamainya sai??, namanya memang sama dengan seorang model sekaligus artis yang sedang naik daun, seorang laki laki yang multi talent, laki laki berkulit pucat, dengan wajah yang rupawan dan kulit yang sempurna, dengan ciri khas pakaian yang selalu terbuka, aku memang sengaja menamai anak ku dengan nama itu karena aku adalah fans berat dari model tersebut, setiap memikirkannya hati ku selalu berbunga bunga dan selalu saja salah tingkah.

"Mom, apa yang sedang kau fikirkan, jangan samakan aku dengan laki laki jadi jadian itu lagi, kau bertanya padaku tapi saat aku menjawab kau tak menghiraukan malah cengar cengir nggak jelas seperti orang gila"

Inilah anak ku, dia selalu berbicara secara blak blakkan, tak jarang hatiku sakit mendengar tutur katanya, nasehatku tak pernah di gubris, ia sangat keras kepala, namun di lain waktu ia sering membuat diriku bangga, di saat saat yang genting ia selalu bisa di andalkan

"Mom bisakah kau menurunkan ku, aku sudah besar, lain kali jangan menggendong ku lagi"

"Kau masih kecil sayang, biarkan mommy menggendongmu hingga puas, sebentar lagi kau akan tumbuh besar, dan mommy tidak akan bisa menggendongmu lagi, lagi pula mommy jarang sekali menggendong mu kan"

"Ya ya ya, ini terakhir kali kau menggendongku di tempat umum, kau tau ini adalah hal yang sangat memalukan"

"Naruto, apa itu kau...??" panggil seseorang di belakang ku.

Aku pun reflek menoleh saat mendengar seseorang memanggil namaku, aku begitu terkejut saat melihat orang yang paling ku benci sekaligus paling ku hindari sudah berada di samping ku.

"Itachi...." ujarku tanpa sadar

Hai para readers maaf ya jika chapter kali ini nggak menarik, maklum aku kehabisan ide untuk buat cerita, buat kalian yang punya ide untuk cerita selanjutnya, tulos di kolom komentar ya....

Cinta dan DeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang