9| Succeed

1.1K 141 72
                                    

Saat ini Azura dan teman-temannya sudah duduk manis diruang BK. Bersiap menjalankan rencana yang sudah secara matang dibuat oleh anak perempuan tuan Damian ini. Dengan penuh dalam dirinya keyakinan bahwa Mika tentunya akan langsung dikeluarkan dari sekolah, karena bukti ditangan Azura lebih kuat.

Bu Ani mengangkat kepala dan menemukan siswanya tanpa orangtua yang seharusnya datang. "Kemana orang tua kalian?" tanya Bu Ani penuh selidik.
Dengan santainya. Bahkan pandangannya fokus pada benda pipih dengan ditangannya.

Christine-Mommy Mika menatap sinis satu persatu anak SMA didepannya. Hingga dia mendecih dan membuat Bu Ani sedikit berjengit. "Cih, bilang aja takut."

Niken yang ternyata sudah berdiri diambang pintu merotasi bolamatanya, melemparkan senyum kebencian pada Christine. Padahal suaminya-Damian ada disana. "Siapa yang takut?"

"T-tuan Damian Lewis, kenapa anda ada disini?" tanya Chirstine tergugup melihat tubuh tegap Damian sudah berdiri dihadapannya.

Tatapan tajam Damian cukup membuat wanita paruh baya itu terdiam kaku. "Memangnya saya tidak boleh datang ke sekolah milik saya sendiri?" ujar Damian dingin

Chirstine merasakan suara dingin itu benar-benar mengeterupsi dirinya. "B-bukan begitu maksud saya Pak. Mohon maaf."

Bu Ani yang sadar akan kehadiran Damian langsung menengahi mereka. "Pak Damian ada keperluan apa anda datang kemari, bukankah seharusnya berkumpul di ruang Kepala sekolah?"

Damian mendecih tepat dihadapan Christine, pria itu menatap horor Mommy Mika tanpa mengalihkannya. "Putri saya dan teman-temannya berada disini untuk membuktikan perlakuan Mika terhadap banyak murid. Tentu saja tindak pem-bullyan ini harus dihentikan, membuat nama sekolah saya tercemar. Dan saya sebagai orangtua akan memberikan ketegasan terhadap Mika."

Beberapa orang didalam mengerutkan keningnya bingung atas penuturan yang diucapkan Damian.

"Azura Allisya Lewis itu adalah anak kami" ujar Niken menatap tajam ke arah Mika

Satupersatu Azura melepaskan penyamarannya, disusul oleh teman-temannya. Dan hal itu membuat Mika menganga.

"Percaya?" Ujar Zura dingin

"I-iya" ujar Mika dan teman-temannya gugup

Bu Ani mengusap wajahnya frustasi, meminta penjelasan atas kejadian yang menimpa siswanya. "Jadi bisa dijelaskan siapa yang bersalah disini?"

"Mereka Bu" ujar Clarissa menunjuk ke arah Mika

"Kita bingung masalah apa yang diperbuat hanya karena duduk semeja dengan beberapa murid ternama, bikin mereka marah dan langsung bully kita bu." tukas Jovita menampar Aqila lewat tatapan tajamnya.

Sedangkan Elina yang sedar tadi terdiam menahan emosi kini meledakkan semua yang ada didalam hatinya. "Mereka juga bilang kalo Mommy Zura itu jalang, dan itu salahsatu alasan kenapa Zura bisa masuk kesekolah ini. Bukannya itu SANGAT keterlaluan Nyonya Christine yang terhormat?" ujar Elina sinis.

Tangan Niken mengepal kuat mendengar penjelasan dari kedua teman putrinya ini. "Benarkah itu Mika?"

Mika yang sama ketakutannya dengan Christine hanya mampu menunduk saja. "Maaf, tapi saya kira Zura bukan anak dari Pak Damian."

"Jadi kalau Azura bukan anak pemilik sekolah kamu masih mau mengatakan bahwa orangtuanya jalang? Astaga memang dasar cabe murahan!" marah Niken menatap Mika penuh kebencian

"Jaga omongan anda nyonya Lewis" ujar mommy Mika geram

"Bukankah yang ku bilang itu fakta?" Ujar Niken tersenyum sinis

"Tapi mereka juga membully kita, kita juga ingin adil" bela Aqila

Azura menatap sinis Aqila yang terus menerus membela sahabatnya. "Itu gara-gara sahabat lo ngatain Mommy gue jalang, dasar BEGO!

Damian hanya diam memperhatikan keputusannya sudah bulat dan tidak lagi bisa diganggu gugat. "Saya ingin ke lima siswi ini segera dikeluarkan dari sekolah, saya tidak ingin sampai mereka berbuat masalah lagi."

"Pak tolong jangan keluarkan anak saya dari sekolah ini, anak saya mau sekolah dimana lagi pak" Ucap Christine memohon pada Damian.

Dan memang dasarnya pria itu tidak peduli, dia langsung keluar tanpa mengatakan apapun lagi.

Sebenarnya Azura tidak akan setega ini membuat Mika dikeluarkan dari sekolah. Tapi ini salahnya sendiri, jika saja mulutnya itu tidak sepedas cabe bubuk pasti dia akan tetap tenang duduk dikursi kelasnya.

"Akhirnya gue bebas juga dari badak kumuh itu." celetuk Jovita setelah keluar dari ruang BK.

"Kalian diundang ke acara perjodohan Azura sama Alvaro, jangan lupa dateng girls" ujar Niken tersenyum manis

"Loh?! Seriusan tan? Ahhh siap pastinya kita dateng" heboh Elina.

"Kalau temen-temennya Varo juga dateng kan tan?" tanya Kiera penasaran.

"Pasti dong nanti kalian gak ada temen ngobrol" balas Damian sambil tersenyum

"Oke siap om tante makasih" ujar Jovita dibalas anggukan oleh Niken dan Damian

Sesaat setelah kepergian Damian dan Niken, mereka memang sepakat untuk masuk kelas. Namun tidak jadi karena jam sudah lewat, lagipula mereka lelah dan ingin bolos saja untuk hari ini.

Disinilah mereka, terduduk di rooftop sekolah yang sepertinya baru dibersihkan Mang Imran. Terlihat bersih dan nyaman.

Pandangan Azura kosong, pikirannya mulai melayang kemana-mana. Dia rasa hidupnya begitu melelahkan. "Guys. Gue bingung sama rencana perjodohan ini."

"Apa yang harus dibingungin Lis? Lo sama dia udah saling suka, kesananya liat aja nanti." Ujar Elina menepuk pelan pundak Zura

"Andai kalian tau. Selama ini gue nggak sebahagia itu, gue nggak bisa bahagia bareng Varo." ujarnya menutup mukanya sambil menyenderkan tubuhnya ke bangku.

"Lo ragu ya Lis, emang kenapa?" tanya Jovita

"Kayak ada sesuatu yang Varo sembunyiin dari gue" ujarnya

"Maksud lo?" Keduanya antusias mendengarkan cerita dari Azura yang memang sedikit membuat keduanya kaget.

"Lo tau kan pas Varo tiba-tiba pengen sendiri di rooftop?" Ujarnya dibalas anggukan oleh mereka

"Disitu gue rasa Varo nggak lagi mikirin gimana kehidupan kita kedepannya, yang jelas waktu gue mau masuk kesini. Dia nyebut nama Bella." Azura menunduk lesu.

"Apa kita harus cari tau dulu? Atau lo mau ngelanjutin perjodohan ini?" Keira bersuara

Azura menggeleng bingung. Dia yakin pada dirinya sendiri mampu mencari tahu apa sebenarnya yang Alvaro sembunyikan. "Perjodohan ini bakal tetap berlanjut, tentang Bella gue bisa cari info tentang dia nanti."

Keira berusaha mencairkan suasana sebeku kutub Utara ini. "Eh udah dong! Lo bukan Lisya yang gue kenal, masa karena cowok doang lo harus sedih plus murung gini 'sih. Atau jangan-jangan lo kerasukan?"

"Heh apan 'sih lo!" Azura mendelik lalu tersenyum kembali.

"Gue bakal buktiin kalo gue emang lebih pantes bersanding sama Varo dibanding Varo sama Bella" gumamnya pelan.

Dalam pikiran Azura saat ini hanya mengenai info siapa Bella yang disebutkan Varo waktu itu.

"Gue pulang dulu mau siap-siap" pamitnya seraya berdiri dan meraih tas biru langitnya.

"Iya jangan lupa dandan yang cantik" teriak Elina hingga Zura terkekeh

Memikirkan tentang Bella membuat Zura lelah dan mengantuk. Sesampainya di manssion tadi ia langsung mejatuhkan dirinya diatas kasur empuk dan terlelap.

°°°
Tbc➡️

Sory ya pendek biar gak bosen gitu.

Btw part ini ada bantuan dr temen aku dan pastinya keliatan beda ya gengs^^

Bad Girl is NerdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang