34| Perhatian

409 33 0
                                    

Sudah 5 hari semenjak Zura keluar dari rumah sakit, Varo selalu ada disampingnya. Dengan sigap selalu mendampinginya kemana pun, hingga sekarang saat ia ingin ke kamar mandi pun masih saja seperti anak kucing yang mengikuti induknya pergi.

"Var, aku mau ke mandi. Kamu ngapain ikut ke dalem juga?" Tanya nya sambil mengangkat alisnya sebelah.

Varo menyengir kuda, "Oiya maaf aku keluar deh," Zura memutar bola matanya malas, "Iyalah sana pergi!" Ketusnya.

Selagi menunggu istrinya mandi, ia ingin membuatkan Zura sarapan. Karena mereka akan bersekolah pagi ini.

Varo sudah didepan kompor dan memasak nasi goreng seafood kesukaan Zura. Setelah 10 menit berkutat di dapur, akhirnya nasi goreng pun selesai.

Bertepatan dengan Zura yang sedang menuruni tangga, ia menyajikan nasi gorengnya.

"Sayang ayo makan dulu, aku udah masakin nasi goreng seafood kesukaan kamu." Zura mengangguk dan duduk di meja makan.

Varo duduk di depan Zura dan mengamati wajah Zura yang sedang menyantap nasi goreng buatannya, "Gimana enak gak? Aku udah beberapa kali nyoba masak tapi selalu gak enak, tapi semo--" ucapan nya terputus oleh suara Zura.

"Enak."

******

Bella dan Raka berjalan dengan angkuhnya, mereka sangat ingin menjalankan rencana kedua. Sangat tidak sabar.

"Rak, kita harus hati-hati sama sahabat-sahabatnya Varo-Zura. Mereka juga sering merhatiin kita." Was-was Bella dan diangguki Raka.

Mata keduanya melihat Zura dan Varo yang berjalan di koridor dengan tangan yang saling bergandengan.

Raka berdecak, "Ck, sok romantis banget! Awas aja lo Zur, gue bakalan bikin lo bertekuk lutut sama gue!"

Sampai di kelas, Bella tidak bosan-bosannya menganggu Varo saat ada kesempatan. Membuat sang empu risih, sahabat-sahabat Varo pun ikut risih melihat tingkah caper Bella.

"Heh pelakor, mending lo pergi sana sama pacar lo yang dulu. Gak usah ganggu-ganggu kakak gue!" Kesal Alvian seraya menyingkirkan tangan Bella yang ada di pundak Varo.

Varo menatap Bella tajam, "Mending lo pergi atau gue narik lo pergi secara kasar?!" Bella diam tak berkutik, ia memilih pergi dari sana daripada makin dipermalukan.

"Sick banget anjir tuh cewek!" Fadel geleng-geleng kepala melihatnya.

Rafael pun ikut mengumpat, "Greget gue pengen ngebawa tu cewek ke rumah sakit jiwa!"

******

Matahari tenggelam begitu cepat. Sepasang suami istri yang hubungannya sudah mulai membaik pun memancarkan keromantisan nya.

"Varo, aku pengen seblak." Permintaan istrinya langsung diangguki Varo.

Ia mengambil jaket dan maskernya, "Pedes aja apa pedes banget?" Tanya nya sembari mengambil kunci motor. "Pedes aja deh, " sembari mengambil laptopnya untuk menonton Blacklist, drama Thailand yang sudah ada dalam list nya.

Setelah 20 menit menunggu, Zura akhirnya mendapat seblaknya. Dari wanginya ia sangat tidak sabar mencicipinya.

"Makannya di bawah aja yuk! Mau sambil nonton TV..." Rengek Zura yang membuat Varo heran.

"Kan disini juga ada TV, sayang." Hanya gelengan sebagai jawaban Zura, ia pun mengiyakan.

Saat turun tangga, Zura melihat bunda dan ayah yang lagi menonton TV juga. Ia senang dan lebih cepat menuruni tangga. "Zura jangan lari nanti jatuh."

Zura mengabaikan peringatan suaminya, ia ingin memeluk bunda Meira. Zura sangat merindukan Meira.

"Bundaaa, Zura kangeenn!" Seru Zura yang merentangkan tangannya. Meira dengan sigap memeluk menantu kesayangan nya itu.

Meira tersenyum tulus, "Bunda juga kangen sama kamu, jangan kabur-kaburan kayak gini ya sayang." Zura mengangguk patuh.

"Bunda lagi sedih tau... Masa vas bunga kesayangan bunda pecah, gak tau sama siapa. Cuma ada suara kucing, Zur." Meira mengadu dengan muka lucunya membuat Zura tertawa kecil.

Bersamaan dengan Zura tertawa, ternyata ada Alvian juga yang langsung tersedak minumannya sendiri.

Zura tersenyum sembari melirik Vian, "Bun kayaknya aku tau siapa yang mecahin vas kesayangan Bunda." Ia tersenyum jahil dan melirik Alvian lagi. Alvian yang sepertinya tau maksud Zura langsung menutup bibirnya dan jari telunjuk didepannya.

"Syuuutttt!!" Gerutunya pada Zura.

Zura ingin sekali tertawa melihat Vian, "Tapi kasian deh Bun, kalo aku kasih tau tar gak dikasih jatah uang jajan."

Bundanya seperti memiliki firasat dengan Alvian pun menoleh ke anak bungsunya yang sedang cengengesan.

"Oh ini yang mecahin vas bunga punya bunda... Ayah, jangan ngasih uang jajan ke Alvian selama 2 bulan." David yang dibawa-bawa hanya mengangguk patuh.

"AAA BUNDAA MAAFIN VIAN... JANJI GAK AKAN CEROBOH LAGI... PLEASE..." Vian memohon tetapi bundanya tidak berkutik.

Zura tiba-tiba membisikkan sesuatu yang membuat Meira memutar otaknya kembali. "Oke, bunda maafin kamu tapi uang jajan bunda kurangin jadi 1 bulan deh." Vian menghembuskan nafasnya pasrah.

"Oke bunda Meira ku tersayang..."

Bad Girl is NerdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang