15| Abang Laknat

839 52 22
                                    

"Galvin!"

"Abang!"

Mereka melihat serpihan kaca yang berceceran dilantai. Lalu pandangan mereka jatuh pada Galvin yang terkapar dilantai.

"Bang, lo kenapa sih? Jangan sok frustasi gini! Seharusnya yang frustasi itu Keira bukan lo!" Pekik Zura yang membuat mata tajam Galvin memandangnya.

"Apa? Gue gak takut sama tatapan lo. Gue bisa lebih kejam daripada lo!" Sambungnya sembari menyender di dinding.

Juna langsung membantu Galvin untuk duduk di tempat tidurnya. Ia mengerti apa yang dibicarakan oleh Zura, tetapi ia tidak ingin mencampuri urusan kedua adiknya selagi tidak ada adu fisik.

"Zura udah jangan menambah permasalahan abang mu," ujar Niken mengelus-elus rambut Galvin.

"Memangnya ada masalah apa ini?" Tanya Damian.

"Biasalah dad, ngegantungin anak orang." Jawab Zura dengan muka mengejek membuat Galvin geram sendiri melihatnya.

"Mending lo pergi dari kamar gue!" Suara dingin itu keluar dari mulut Galvin membuat Zura tersentak.

Zura pun memasang muka sinis, "Dengan senang hati."

Setelah Zura pergi, Niken melihat mereka satu persatu, "Jadi? Siapa yang mau ngejelasin semuanya?"

"Aku bukannya gak mau ngasih kepastian sama Keira mom. Tapi aku ngerasa belum pantes jadi pacar yang baik dan aku juga belum bilang ke kalian kalo aku mau serius sama Keira, mom, dad." Penjelasan Galvin membuat Niken menatap Damian. Galvin pun menundukkan kepalanya.

"Kamu serius mau nikah sama Keira? Kalo kamu serius, Daddy akan membicarakan ini dengan Daddy nya Keira sekarang juga." Omongan Damian membuat Galvin mendongakkan kepalanya menatap serius Daddy nya.

"Ya, aku serius dad!" Tegas nya pada Damian. Damian lega melihat putranya sudah kembali tenang.

*****

Dikamar, Zura menyesali perkataannya pada Galvin. Ia tidak mengerti mengapa mulutnya mengeluarkan kata-kata seperti itu.

"Gue kenapa sih? Bisa-bisanya gue ngomong kayak begitu." Gumamnya kesal.

Ia pun keluar dari kamarnya. Niatnya ingin makan malam bersama tetapi ia mengurungkan niatnya dan ingin berbalik ke kamar.

"Heh mulut cabe!" Teriak Juna membuatnya terdiam ditempat. Apa apaan dia dibilang mulut cabe.

"Bacot deh lo!" Ujar Zura menatap abang sulungnya kesal.

"Ayo kebawah, malah balik lagi." Ajak Juna sambil merangkul adiknya itu.

"Gak ah males lagian gue juga gak laper!" Tolaknya yang langsung melepaskan rangkulan Juna.

"Gue tau lo males tatap muka sama Galvin. Tapi ayolah lo gak boleh gitu sama abang lo sendiri." Ujar Juna sok menasihati.

"Yaudah ayo turun." Ajak Zura yang diangguki oleh Juna.

*****

Di meja makan, keluarga Lewis sudah berkumpul untuk makan malam bersama. Tetapi semuanya hening, tidak ada candaan seperti biasanya.

"Ekhm." Suara Damian memecah keheningan.

"Kalian semua apa-apaan sih, kok jadi diem semua. Bisu hm?" Teguran Niken membuat mereka menatap mommy nya itu.

"Kenapa?" Tanya Niken sinis.

"Gak mom." Ujar Zura cengengesan.

Tiba-tiba Galvin menatap tajam ke arah Zura.

Bad Girl is NerdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang