33| Maaf

448 29 2
                                    

Alvaro memegang tangan Bella dengan cemas, penyakit gadis itu kambuh lagi. Ia khawatir. Bella tidak ingin kemoterapi. Sekarang Varo di rumah sakit karena ia cemas Bella akan pingsan lagi.

Gue kenapa sih!! Kenapa lo perhatian banget sama Bella!!

Varo pun keluar dari ruang rawat dan tidak sengaja melihat Juna dan Galvin yang berlari di koridor rumah sakit. Varo penasaran dan mengikutinya. Lalu ia melihat sahabatnya dan sahabat istrinya.

Jangan-jangan itu Zura istrinya sendiri? Ia langsung menghampiri mereka semua.

"Siapa yang sakit?" Tanya Varo cemas.

Rahang Juna mengeras, ia langsung menonjok muka Varo hingga ia terhuyung ke belakang.

"Lo kenapa sih bang? Gue nanya baik-baik ya!"

"GAK USAH DEKETIN ADEK GUE LAGI!! GUE GAK SUDI PUNYA ADIK IPAR KAYAK LO!!" Bentak Galvin yang sudah ditahan sedari tadi.

"URUSIN AJA PELAKOR SANA!! GAK USAH GANGGU ADEK GUE LAGI!!" Lanjut Galvin. Keira yang melihat Galvin kelewat batas pun menenangkan nya.

Sahabat Varo kecewa padanya, mengapa Varo tidak bercerita pada mereka.

"Var lo jangan kayak orang bego ngurusin orang gila kayak Bella." Sungut Rafael marah.

Varo tidak mengerti maksud mereka, ia mengerutkan keningnya bingung. "Maksudnya gimana?"

"Itu cewek gila gak punya penyakit leukimia Var, dia cuma pura-pura aja. Lo tanya aja ke dokter yang tadi periksa dia, kalo dia gak ngaku berarti udah dibayar buat tutup mulut sama si Bella." Jelas Fadel panjang lebar. Bahkan Varo terkejut dan menyesali perbuatannya yang selama ini tidak perhatian pada Zura malah ia memberi perhatian pada Bella.

Varo pun bergegas pergi dan menanyakan pada dokter yang memeriksa Bella, "Dok, apa Bella punya penyakit leukimia?" Tanya nya dengan tatapan dingin.

"Ah iya dia punya penyakit leukimia." Gagap dokter itu yang tidak menatap mata Varo.

Varo mendegus kesal, "Kalo anda bohong, saya bisa seret anda ke polisi."

Dokter itu seperti ketakutan melihat tatapan tajam Varo, "Iya memang dia tidak punya penyakit leukimia. Tolong jangan seret saya ke polisi." Ujar nya jujur. Varo mengindahkan perkataan dokter itu.

Varo mendesah kecewa, kecewa pada dirinya sendiri sudah menyia-nyiakan ketulusan istrinya.

Ia bergegas ke ruang rawat Bella, "Bel gue tau semua kebusukan lo! Ternyata lo emang gak berubah, lo egois dan licik!" Setelah mengatakan itu, Varo segera ke ruang rawat Zura.

"Bang, Zura kenapa?" Tanya nya khawatir.

"Maag dia kambuh, tadi di rumah Keira dia pingsan abis nangis 2 jam. Nangisin lo!" Ketus Galvin yang ingin sekali menghajar Varo.

Varo cemas dan takut, ia takut Zura tidak memaafkannya. "Boleh gue masuk?" Tanya Varo pada mereka. Mereka pun mengangguk kaku.

Varo masuk dengan mata sayu, menatap istrinya. Beberapa menit kemudian, mata Zura terbuka sedikit demi sedikit.

"Sayang, kamu udah bangun? Perut kamu masih perih?" Tanya Varo yang khawatir.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Zura ketus dan memalingkan wajahnya.

Varo menghela nafas, "Aku mau jagain kamu, maaf aku bodoh karena percaya sama Bella. Maafin aku sayang."

"Aku udah tau semuanya, dia cuma pura-pura karena mau bikin kita pisah." Lanjutnya sembari menahan tangisnya. Baru pertama kali Zura melihat Varo menangis didepannya.

Ingin sekali Zura memeluk suaminya, ia sudah lama tidak memeluknya. Tapi ia terus terbayang-bayang Varo yang menggendong Bella dan semua chat Bella ke suaminya itu.

Zura terus diam hingga suara Elina membuyarkan lamunan nya, "Alhamdulilah, lo udah siuman Zur. Jangan kayak gini lagi ya." Zura tersenyum tulus, ia beruntung memiliki sahabat yang perhatian dan tulus membantunya.

"Lo udah boleh pulang kalo cairan infus nya udah abis Zur." Sekarang Keira yang berujar.

Zura baru sadar sedari tadi Varo masih memegang tangannya, ia menatap suaminya yang ternyata menatapnya sendu.

"Boleh kasih gue waktu ngomong berdua sama Varo?" Tanya gadis itu menatap mereka semua. Mau tidak mau mereka mengangguk dan keluar dari ruangan itu.

"Sayang, aku mohon maafin aku. Aku nyesel gak pernah merhatiin kamu sampe kamu sakit kayak gini. Aku janji gak akan percaya sama orang lain, aku bakalan nurut sama kamu." Penyesalan Varo terdengar seperti tulus dan sangat menyesal, Zura sebenarnya tidak tega.

"Jangan janji kalo kamu bakal ngulangin kesalahan yang sama." Lirih Zura menatap Varo.

Suami Zura hanya bisa menunduk menyesal, ia tau perbuatan nya tidak bisa dimaafkan begitu saja. Ia harus membuktikan bahwa ia benar-benar menyesal dan tidak akan berbuat seperti itu lagi.

*****

"Sialaannn!!!" Teriak Bella diruang rawatnya.

Ia segera menelfon Raka, ia sangat kesal dan marah. Rencana awalnya gagal total. Beberapa menit kemudian, Raka datang dan menatap Bella dengan memutar bola matanya malas.

"Kan gue udah bilang Bella, lo jangan gegabah. Main cantik bisa gak sih?!!" Raka pun sama-sama kesal dengan gadis itu.

Bella mencopot infusan nya dan berdiri didepan Raka, "Gue mau cepet-cepet dapetin Varo, Rak! Gue gak mau keburu mereka udah punya anak."

Lelaki itu menghela nafas gusar, menjambak rambutnya kasar. "Oke! Kita pake rencana kedua, tapi inget rencana ini bahaya banget jadi lo harus main cantik!" Waspada Raka yang mengingatkan Bella.

Gadis itu mengangguk, "Rak, tadi lo ngeliat ada Varo lewat keluar RS gak?" Tanya nya penasaran.

"Gak ada tuh, mungkin dia lagi nangis-nangis minta maaf sama istri tercintanya." Raka menyeringai.

*****

Orangtua Varo dan Zura sedang khawatir di mansion keluarga Smith. Mereka dikabari Zura masuk rumah sakit, tetapi untungnya ada Varo yang menemaninya.

"Mumpung kita disini ngumpul, saya mau membahas tentang Bella." Suara bariton ayah Varo membuat mereka duduk.

Niken pun menyetujuinya, "Boleh, kita harus menyingkirkan Bella di kehidupan rumah tangga anak kita."

Alvian yang baru bangun tidur dan ingin nyusul ke rumah sakit menghentikan langkahnya mendengar nama Bella disebut di obrolan orangtuanya dan kakak iparnya.

"Nguping boleh kali lah." Gumam Vian bersemangat dan bersembunyi di balik tembok.

"Nanti saya akan mencari informasi tentang Bella dan keluarganya. Tetapi sekarang kita harus cari cara untuk menyingkirkan dia." Ujar Damian selaku daddy Zura.

"Iyalah PHO kayak dia emang harus di buang! Masih SMA aja udah jadi pelakor, tar gedenya ngelayanin om-om pedopil tuh anak!" Sungut Meira, jiwa emak-emak nya berkoar.

"Gila emak gue mantep banget!" Gumam Alvian bangga.

Tiba-tiba ia tidak sengaja menyenggol vas bunga yang ada dimeja, suara pecahan vas itu membuat mereka semua kaget.

"Ah cosplay jadi kucing ajalah daripada gue kena omel tu emak-emak karena mecahin vas kesayangannya."

"Meoww... Meoww... Meoww..." Alvian pun segera kabur dari sana dan keluar dari pintu belakang.

"Lah kok ada suara kucing? Perasaan disini gak melihara kucing deh..." Saat menghampiri benda yang pecah ternyata itu vas kesayangan Meira.

"VAS KESAYANGAN BUNDAAA!!! IH SIAPA SIH YANG MECAHIN?! AWAS AJA GAK BUNDA KASIH UANG JAJAN SETAUN BARU TAU RASA!!" Murka bunda Meira seraya meringis melihat vas kesayangannya pecah tidak berbentuk.

Bad Girl is NerdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang