Tuenti

373 43 3
                                        

Votenya uWUUU.....

🐾🐾🐾

Gue berdiri di samping tempat tidur gue sendiri dengan tangan kanan yang memegang benda pipih kecil yaitu hape. Baru beberapa menit yang lalu gue sangat nyaman tidur di kasur tersebut, tapi sekarang gak ada niatan buat duduk atau bahkan tidur lagi. Kaki gue perlahan jalan empat langkah ke depan kemudian badan gue berputar 180 derajat dan kaki gue bergerak kembali empat langkah ke depan membentuk gerakan mondar-mandir tidak jelas. Begitu seterusnya entah sampai kapan. Tangan kiri gue bergerak mencubit-cubit kecil bagian bibir bawah gue sendiri. Alis gue yang bergerak saling mendekat yang mengakibatkan kerutan diantaranya. Kepala gue berpaling ke arah kasur, tepatnya pada sebuat foto yang tadi gue temuin di gudang. Seketika kaki gue berhenti dan tangan kanan gue bergerak cepat membanting hape, yang awalnya mau gue buat telpon mami sama papi buat nanyain tentang foto tersebut ke kasur.

“Ya ampun...... Ngapain juga gue harus kaya gini? Itukan gue. Cuma mami sama papi aja yang belum pernah ngelihatin foto itu ke gue,” keluh gue pada akhirnya.

Gue mengurungkan niat gue untuk bertanya dan perlahan duduk di tepi kasur. Tangan gue mengambil foto tersebut dan meletakkannya di atas meja kecil di samping tempat tidur gue tapi mata gue gak lepas dari anak kecil tersebut. Gue ragu sama perkataan gue barusan. Semakin lama gue memperhatikan foto itu, gue semakin percaya pula bahwa anak kecil itu sama sekali bukan gue karena gue yakin kalo gue gak punya tahi lalat di dekat mata kiri gue.

Malam semakin larut dan gue pada akhirnya memutuskan untuk menghubungi mami gue. Bertanya mengenainya.

Sedetik...

dua detik...

tiga detik...

Gak dijawab. Gue mencoba menghubunginya lagi dan perlahan berjalan menuju arah balkon. Udara dingin malam hari sangat diperlukan jantung gue yang berdetak cemas menanti jawaban diujung sana. Sempat gue menyerah dan berpikir untuk menghubunginya besok aja. Tapi gue yakin kalo mata gue ini semalaman bakal betah untuk membuka karena penasaran. Gue beralih untuk menelpon papi. Berharap panggilan ini gak berakhir kaya mami.

“Halo sayang?” sahut sebuah suara menyenangkan diseberang sana.

Mata gue membulat memancarkan binar bahagia. Sebelum menjawab, terdengar suara riuh diseberang sana. Gue berpikir kalo mereka ada di pinggir pantai dan menikmati pesta barbaque malam itu. Terdengar pula suara mami yang bertanya pada papi mengenai siapa yang menelpon malam-malam begini.

“Halo pi,” jawab gue dengan cepat.

“Ada apa sayang?”

“Emm... Gini pi, sebenarnya Bebi pengen ngomong sesuatu sama papi.”

“Kenapa? Uangnya kurang ya? Yaudah nanti papa kirimin lagi. Berapa? Sepuluh, lima puluh, atau seratus?”

“Bukan pi......” jawab gue sedikit merengek.

Padahal gue belum ngomong permasalahannya, tapi udah dipotong bae. Mana kemarin uang masih banyak belum habis. Untung papi gue ganteng.

“Terus apa ?”

“Gini pi. Aku nemu fot....”

Sebelum gue selesai bicaranya, terdengar suara riuh teriakan dari sana. Suara musik ala Hawai yang khas pun mulai diputar dengan kerasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADEK × Trio BangsatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang