H-3 sebelum pernikahan.
Taehyung tengah duduk dengan beberapa tumpukan berkas yang selalu menemaninya akhir-akhir ini. Netranya tidak pernah lepas dari setumpuk kata yang terjejer rapih diselembar kertas putih.
Dentingan ponselnya saling menyahut saat ia mengabaikan beberapa pesan masuk, sengaja mengabaikan sang pengirim karena sudah sangat hapal, siapa pelaku dibalik notifikasi pesan yang beruntun itu.
Pasti, Lee Namjoon.
Hyung keduanya yang sedikit merepotkan jika sudah menyangkut tentang perusahaan. Dan saat ini, pasti hyungnya itu meminta berkas yang sedang dibacanya sekarang.
Menghela napas kecil, Taehyung mengambil pulpen dan menandatangani persetujuan kerjasama antara Nam company dan Tae company untuk membuka cabang di New York.
Hanya ingin mengingatkan bahwa kedua abang beradik ini memiliki perusahaan masing-masing, dengan Taehyung yang bernama Tae Company, dan Namjoon yang bernama Nam Company, sedangkan Seok Jin, hyung tertuanya itu meneruskan perusahaan orang tua mereka Lee Corp.
Seperti beranak pinak, dua perusahaan yang dimiliki adiknya Seok Jin itu, masih masuk kedalam satu luang lingkup perusahaan yang sama tapi, dengan pendiri dan visi-misi yang berbeda.
Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..
Melirik sekilas, Taehyung mengambil ponsel saat panggilan masuk dari Namjoon terpampang dilayarnya.
"Aku sudah menandatanganinya, hyung. Apalagi sekarang?."
Namjoon yang berada disebrang telepon menatap pintu yang baru saja tertutup, dengan seorang dokter dan suster yang masuk kedalam ruang rawat.
"Apa kau, tidak membaca pesanku?."
"Tidak, aku malas."
Taehyung menyandarkan tubuhnya dengan satu tangan yang memegang secangkir teh.
"YA!! Ini bukan menyangkut tentang perusahaan! Apa kau tidak menghubungi calon istrimu?!."
Taehyung menelan air teh yang diminumnya cukup kasar, menaruh cangkir yang dipegangnya dimeja.
"Mengirim, perempuan itu sedang pergi ke kafe. "Jawab Taehyung saat mengingat Chaeyong membalas pesannya memberitahu bahwa dirinya sedang berada dikafe menikmati vanilla late.
"Kapan?."
"Satu jam yang lalu."
"Dan sekarang, dia berada dirumah sakit, Tae!!."
"Oh, ngapain?." Tanyanya santai seraya membalik kertas yang sedang dibacanya.
Tersadar apa yang diucapkan Namjoon, Taehyung bangun dari duduknya, "Apa?! Rumah sakit mana, hyung?!!."
"Kau ini lemot sekali! Cepatlah datang, aku akan mengirimkan alamatnya lewat pesan."
"Baiklah!!." Ucapnya seraya mengangguk, walau Namjoon tidak melihatnya.
Dia sedikit berlari menuju pintu kantor tanpa mematikan panggilan telepon, sampai pada akhirnya berhenti karena sebuah ingatan melesat begitu saja dalam pikirannya akan sebuah janji yang dibuat, -Tidak ada pertemuan sampai H-1 pernikahan-, lalu, apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Hyung! Aku tidak bisa menemuinya."
Orang yang disebrang sana mengernyit dahi, tidak mengerti apa maksud dari ucapan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be ✔️
FanfictionChaeyong tidak pernah terpikir akan terjebak dengan pekerjaan yang berhasil membawanya masuk kedalam jurang kebohongan yang dibuat Taehyung. Lingkaran hitam sudah terlalu dalam menariknya masuk, sehingga dia tidak bisa keluar dari tempat itu. Taehyu...