15

560 79 1
                                    

Ingatnya dulu saat pertama menghampiri ahjumma yaitu meminta tolong akan sebuah permasalahan kecil dalam hidupnya.

Tidak, mungkin permasalahan yang bisa dikatakan menyangkut masa depan dia yang akan mendatang.

Saat satuan akan keinginan menikah ditahun ini, seperti sebuah petisi yang sudah ditandatangani, sebelum rancangan akan kegagalannya dalam membina hubungan dengan masa lalunya hancur.

Keputusasaan, kepenatan, keterpurukan dan beberapa hal yang menyumbat kinerja otaknya berhasil membawa dirinya terjerembab dalam tawaran yang dianjurkan ahjumma, untuk melerai segala berbagai cabang masalah yang berkumpul, menjadi satu partikel kelemahan dalam tubuhnya.

Bahkan segelintir air yang meluruh dengan sembrononya dia tidak pedulikan, persetanan dengan rasa malu, saat itu Taehyung tidak memiliki malu mengadu segala keluh kesah dalam hidupnya pada Narae.

Dia memiliki seribu topeng untuk menutupi segala macam yang menjerumuskan ia dalam lubang masalah disetiap detiknya, Taehyung tidak pernah menutup diri pada siapa pun, Dia menceritakan segala masalah hidupnya pada kedua kakak, orang tua dan ya, ahjumma.

Mereka orang yang bisa dipercaya Taehyung, dan jangan lupakan sahabat karibnya; Hosoek, yang selalu bersedia kapan saja menjadi tulang penyanggah, saat dirinya terlewat rapuh akan masalah yang menimpa.

Jika kalian berpikir menjadi dirinya itu enak, tentu saja iya. Memiliki perusahaan sendiri, cabang yang semakin meroket dikala pergantian bulan dalam tahun berubah, peningkatan dalam bisnisnya, penanaman saham yang bisa dikatakan hampir diberbagai negara ada.

Taehyung terlewat sempurna akan pekerjaannya. Sebuah ingatan dan tunjangan hidup disetiap ucapan yang keluar dari mulutnya menghasilkan beberapa ratus won, dalam satu pertemuan.

Sangat enak sekali bukan hidupnya itu, iya, dia membenarkan lagi bahwa jadi dirinya sangatlah enak.

Memiliki tekanan untuk tetap menjunjung tinggi 3 nama perusahaan, mulai mempelajari hal baru saat sebuah acuan dalam perusahaannya mengeluarkan hal yang diluar dari prediksinya, mengatur serta memanage beberapa anak cabang yang baru saja lahir, baik dari perusahaan dia, atau ayahnya yang dipindah alihkan kepada Seok Jin.

Berat. Sangatlah berat, tidak seenak yang kalian pikirkan.

Sebuah ulasan buah apel yang berwarna merah dan manis, sempat mengikis pikirannya yang terlampau spektis.

Jujur, dia sangatlah lelah. Jika harus beradu argument dengan siapa yang akan mengalah dari pikiran yang memintanya beristirahat atau batin yang tetap menyuruhnya untuk bertahan walau sesaat, tidak akan ada celah bagi keduanya untuk dipilih.

Karena pada dasarnya, kehendak akan keduanya menjerumus dalam satu ikatan benang kusut yang bersibobrok untuk dibenahi, menggunting atau membiarkan benang kusut itu terhambat akan jalannya sebuah pergerakan untuk maju meneruskan berbagai hal yang tertinggal dibelakang.

Sampai saat dia terpuruk untuk yang kedua kalinya dalam sebuah ingatan masa lalu, yang membawanya lagi dan lagi masuk kedalam arus yang sama. Kesedihan. Membuatnya muak betapa sebegininya dia mati akan cinta saat itu.

Kehancuran yang bertubi-tubi dilayangkan padanya, bagaikan hembusan angin saat dimusim semi tiba, sangat menyegarkan dan menyenangkan bagaikan candu yang berlebihan.

Miris, entah mengapa kisah hidup yang bersangkutan akan cinta selalu berakhir seperti ketertinggalan dalam kelas yang berisikan orang awam, yang mengetahui setiap materi yang disuguhkan, seakan dia seperti seonggok daging yang dikerubuni lalat, tanpa menarik minat barang disentuh sedikit pun.

Let It Be ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang