23

522 51 8
                                    

Suara decitan ban mobil, dengan dinginnya aspal mengisi keheningan ditengah malam awal musim dingin.

Satu presensi yang tengah berdiri rasanya enggan untuk menepi sekedar membawa diri pergi, bahkan terkejut saja tidak saat benda roda 4 itu berada 1 langkah didepannya.

Tidak peduli dengan umpatan yang terlontar dari mulut orang didalam mobil, pribadi ini kembali meneruskan langkah gontai dengan sesekali menyeka air matanya yang meluruh tanpa diminta.

Terpengaruh dengan angin yang lewat mengantarkan hawa semakin dingin,  yang tidak dipermasalahkan saat seluruh rasa sakit ditubuhnya sudah menghangatkan diri sampai rasanya ingin terbakar.

Punggung tangannya bergerak menyeka air mata, suara tangisnya ditahan walau erangannya sesekali keluar.

Dirinya berhenti saat lataran rumah yang dituju terlihat beberapa meter didepannya, bersamaan dengan itu wanita tengah berdiri menatap dengan tangan yang menutupi mulut, -menahan tangis melihah pribadi yang datang sangat kacau.

"Ell.." panggil Chaeyong dengan suara yang bergetar, dirinya maju perlahan dengan bulir air yang meluruh dipipinya.

"Ellie..." Panggilnya lagi dengan suara tangis yang sedari tadi ditahan.

Ellie berjalan memeluk Chaeyong dengan erat, meluruhnya gadis itu dengan tangisan yang semakin menjadi membuat dia ikut menjatuhkan air matanya.

"Menangislah Chaeng, menangislah. Ini sangat sulit aku tahu itu, jadi menangislah." Suruh Ellie semakin mengeratkan pelukannya, bersama dengan tangisan Chaeyong yang semakin menjadi, bahkan pekikan tangis yang terlontar sangat memilukan untuk didengar.

Meluapkan semuanya pada hembusan angin yang lewat, berhasil menghentikan jeritan tangis walau desakan air yang menggenang tetap tumpah membasahi pipi. Getaran pada bahunya kembali stabil, bersamaan dengan napas yang keluar.

"Soobin pergi, tanpa pamitan sedikit pun." Gagapnya saat sesak didada menghimpit saluran pernapasan akibat tangis yang dibuat.

"Dia pikir ini lucu? Meninggalkan banyak kenangan dengan ku bersama rasa sayang didalamnya? Apa ini lelucon, Ell, saat seluruh dari hidupku ku berikan padanya? Mengapa dia tega sekali." Ucapnya tidak terima dengan air yang kembali mengalir deras layaknya hujan.

Semua waktu beserta dengan kenangannya berhasil membuat sedikit cerita dari hari-kehari, renyahnya suara tawa, lepasnya senyuman bersama dengan Soobin pada waktu tertentu, disekolah atau pun diluar sekolah, menjadikan benteng pertahanan pada dirinya yang rapuh.

Terlepas dari latar belakang yang dia miliki, tidak ada orang sebaik dan rendah hati seperti Soobin.

Dirinya selalu menjadi mangsa akan bualan teman-teman disekolah, tapi pahlawannya datang membela menjadikan pribadi yang berperawakan tinggi itu, tembeng pertahanan untuk melindungi sekecil yang rapuh.

Terbiasa akan perlakuannya menjadikan ia besar kepala, hatinya menjerit kegirangan saat setiap waktu dihabiskan bersama dengan Soobin disampingnya.

Sampai setiap hal tentang lelaki itu dia ketahui, hobi, makanan, film, seluk beluk keluarganya, siapa saja mantannya, Chaeyong sangat tahu dan hapal, kenangannya sangat banyak.

Setidaknya Chaeyong pernah jujur dengan perasaannya, saat Soobin tidur diruang perpus sekolah. Menjadikannya tetap mencintai sendiri tanpa disadari sang objek yang dibicarakan, walau itu tidak masalah karena ada waktu yang tepat nanti untuk mengungkapkan perasaannya saat hari kelulusan tiba.

Lalu, tepat pada malam kelulusan, perpisahan itu datang tanpa diketahuinya.

Kepergian tanpa pamit, menjadikan musuh terbesar dalam hidup yang pernah Chaeyong jalani. Tidak ada sapaan selamat tinggal, ucapan selamat akan kelulusannya, tidak dilakukan barang sedikit pun. Bahkan saat dihari kelulusan pun, pribadi itu tidak berniat menyapa atau tersenyum padanya. Seolah dia membuat kesalahan besar tanpa tahu apa penyebabnya.

Let It Be ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang