06

815 126 2
                                    

Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, hal yang sangat dinantikan dari keluarga dua belah pihak, dimana sebuah pernikahan yang menjadi saksi kehidupan baru akan dimulai.

Tidak ada hal yang tidak menegangkan untuk situasi saat ini, baik mempelai wanita atau pria sedang harap-harap cemas, merapalkan banyak doa didalam hati meminta kemudahan dan kelancaran untuk hari pernikahan mereka.

Seok Jin menatap adik laki-lakinya yang tengah duduk seraya menyatukan kedua tangan, mengusap ibu jari yang satu dengan ibu jari lain untuk sekedar menyalurkan sedikit kegugupan yang menyelimuti.

Sebuah tepukan dipunggung Taehyung, membuat dia mengalihkan atensi menatap hyung yang berada disampingnya dengan senyum kecil.

"Jangan gugup, biasa saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." anggukan kecil dari Taehyung membuat Seok Jin melanjutkan ucapannya, "Tadi, aku menghampiri Chaeyong. Dia sangat cantik, Tae, aku bahkan sampai pangling melihatnya."

Taehyung mendengus, "Curang sekali, aku bahkan belum melihatnya satu minggu ini." Tuturnya yang membuat hyungnya itu terkekeh.

"Siapa suruh melakukan hal itu? Sok-sokan tidak ingin bertemu sebelum menikah. Rindu juga kan, akhirnya?."

Sebuah senyum tipis terukir dibibirnya, mengingat sebuah janji yang berhasil dia tepati menjadikan suatu kesenangan tersendiri.

Dia menunduk, menatap dalam sepasang sepatu hitam yang dikenakan. Mengingat akan janji untuk tidak bertemu dengan Chaeyong sampai H-1 pernikahan adalah keinginan dalam dirinya yang sudah dipegang teguh sebelum dia mengenal akan cinta.

Mungkin, lebih tepatnya mengikuti jejak sang kakek yang pernah melakukan hal serupa sebelum menikah pun, dia juga dianjurkan untuk menerapkan hal itu sebelum sang kakek dijemput ajalnya pergi lebih dulu meninggalkan Taehyung, saat dirinya memasuki semester 1 kelas 2 SMP disekolahnya.

"Tapi aku tidak menyesal, hyung. Setidaknya aku bisa menepati janji yang sudah dibuat. Soal rindu--,"

Taehyung menggantung perkataannya, dia mengangkat wajah menatap lurus dengan pandangan kosong.

Seketika jalan pikir otaknya buntu, tidak tahu harus mengatakan apa. Lanjutan dari kata yang diucapkan tidak tersusun dikepala, seakan semua susunan kata demi kata diotak kecilnya berlarian kesana-kemari. Meninggalkan kebingungan yang melanda, tanpa ada alasan yang pasti.

"Soal rindu, apa? Kau benar-benar merindukannya? Begitu?." Tanya Seok Jin saat Taehyung menggantung ucapannya hampir 10 detik, dan gelengan beserta senyum dari laki-laki berjas itu membuat Seok Jin menghela napas.

"Dia Chaeyong, bukan Han Se Hee. Kau harus ingat itu, Tae." Jelas Seok Jin, yang langsung disesali setelahnya.

Astaga, dia baru saja mengucapkan nama sakral dihari bahagia Taehyung. Laki-laki itu menatap Taehyung yang sedang terdiam. Sial. Seharusnya dia tidak mengatakan nama perempuan sialan itu.

"Tae." Panggilnya pelan. Sedikit gusar, Seok Jin mengguncang tubuh adiknya.

"Tae, sadarlah." Ucapnya saat merasa Laki-laki disampingnya, mulai terhanyut akan pikiran yang menyerang.

Mendengar nama Han Se Hee membuat kepala Taehyung seperti dihantam balok yang bertubi-tubi, dia menggeleng dan menghembuskan napas kasar. Mencoba mengalihkan pikiran yang tidak seharusnya muncul disaat seperti ini.

Sial. mengapa sampah yang sudah dikubur sangat dalam, timbun kepermukaan diwaktu yang tidak tepat. Menggoyahkan hatinya yang tenang menjadi tidak karuan, saat sebuah ingatan masa lalu muncul secara tiba-tiba.

"Tae, Taehyung!."

Panggil Namjoon, seraya berjalan cepat menuju dua laki-laki yang sedang duduk. Niat hati, ia ingin beritahu kalau acara akan segera dimulai, tapi melihat Taehyung yang tidak menghiraukannya membuat dia menukik alis.

Let It Be ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang