"Unnie, ayok naik itu!." Pekik Anna seraya menunjuk ayunan pada sebuah taman yang sedang mereka kunjungi sore ini.Dua langkah kecil Anna menapak dengan lompatan girang, menuju ayunan yang baru saja ditinggali anak laki-laki sebayanya.
"Oppa, taikan aku!." Pintanya seraya merenggangkan kedua tangan meminta Taehyung untuk menaikinya.
"Baiklah." Taehyung mengangkat Anna dan mendudukan gadis itu, satu tangannya bergerak mengayunkan ayunan perlahan, membawa gadis itu mencapai puncak kesenangan yang absolut membawa serta merta tawa yang keluar dari bibir kecilnya.
Sedangkan Chaeyong, perempuan itu ikut terkekeh melihat Anna tertawa tanpa beban yang terselip sedikit pun dalam pikirannya.
Tentu, bocah itu tidak pedulia apa yang akan terjadi pada hari esok atau lusa, dalam umurnya sekarang yang dipikirkan pasti hanyalah satu; bersenang-senang.
Jika boleh, ingin sekali rasanya Chaeyong tidak bertumbuh besar -selalu menjadi anak-anak sampai waktu akan ajalnya tiba.
Dia ingin hidup tanpa beban seiring bertambahnya usia, tanpa tuntutan akan hidupnya yang meminta untuk diurus demi masa depannya.
Dia ingin hanya tawa saja yang keluar dari bibirnya, tanpa ada helaan napas frustasi akan jalan hidup yang dilewati, sampai dengan lirihan yang mewakili betapa menyedihkannya hidup yang ditopang dengan diri sendiri.
Kalau boleh, dia ingin bertukar nasib dengan Anna. Menjadi bocah itu sepertinya sangat menyenangkan, memiliki segudang kasih sayang yang melimpah dari orang-orang terdekat termasuk keluarga.
Menjadi anak kecil yang berhasil membuat siapa pun iri dengan apa yang dimiliki gadis itu, -termasuk dengan dirinya.
Chaeyong hanya tersenyum samar, dulu harapan akan masa kecilnya yang terbilang menyenangkan hanya angan belaka, keinginan memiliki banyak buaian kasih sayang lenyap dalam tarikan fajar.
Kesakitan dan kesedihan berhasil menjadi teman dikala kesepian menerkam layaknya gelapnya hutan ditengah malam, teriakan akan namanya disetiap pagi bagaikan aungan binatang buas yang menegangkan hati -mengerikan.
Sampai pada akhirnya dia menemukan satu titik celah untuk pergi, meninggalkan segala akan hidupnya yang ditelan habis-habisan akan kehancuran yang semakin menjadi dengan membiarkan diri berkelana menjelajahi jalan yang kelewat sepi.
Membawanya masuk dalam kungkungan kedamaian, saat sebuah acuan dalam dirinya mengajak untuk menyentuh permukaan bibir pantai, menenggelamkan diri bersamaan setumpuk rasa sakit yang bergelayut akan tubuh kecilnya yang mencicipi dinginnya air laut.
Mati. Dia menginginkannya, tapi sayangnya itu tidak terjadi karena sepertinya takdir masih enggan membiarkannya pergi.
Masih ingin bermain-main akan jalan hidupnya yang dilewati karena belum puas menyiksa dirinya yang sudah hancur untuk menjadi semakin hancur lagi.
Dirinya terselamatkan saat isakan tangis perempuan masuk dalam rungu, sampai pada harapan akan hidup yang diinginkan menjadi kebahagiaan mutlak saat satuan umurnya bertambah setiap tahun.
Diisi dengan suka-duka dan cinta bersama keluarga baru yang lebih menyayanginya, mencintainya, mengasihinya, dan menganggapnya sebagai keluarga walau pada akhirnya dia tahu, akhir dari semua ini akan berunjuk pada satu keyakinan yang akan membawanya lagi masuk dalam rasa yang dialaminya diawal; kesakitan dan kesedihan.
Chaeyong menghela napas, dia mengambil ponsel yang berada didalam tas slingbag yang dikenakan, mengarahkan kamera ponsel itu tepat menangkap dua presensi yang tengah tersenyum dan tertawa 2 meter didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be ✔️
FanfictionChaeyong tidak pernah terpikir akan terjebak dengan pekerjaan yang berhasil membawanya masuk kedalam jurang kebohongan yang dibuat Taehyung. Lingkaran hitam sudah terlalu dalam menariknya masuk, sehingga dia tidak bisa keluar dari tempat itu. Taehyu...