Deru napas yang bersahutan, serta lirihan rasa sakit disekujur tubuhnya membuat perempuan berambut blonde tersenyum dengan kedua tangan berada dibelakang yang terikat tali.
Dia berdiri dengan dua lutut yang menyentuh lantai, sesekali mencoba untuk melepaskan diri dari tali sialan yang mengikat tangannya, tapi nihil.
Menghela napas kasar, perempuan itu terduduk dengan rasa kesal yang menyelimuti, berharap bisa keluar dari tempat sempit nan minim pencahayaan ini, karena dia sudah muak dimakan kegelapan 2 minggu terakhir.
"ARGHH! Shit!."
Frustasinya saat tali yang berada di tangannya enggan untuk terlepas juga, helai pada anak rambut yang keluar dari kuncirannya membuat ia sesekali menggeleng kasar agar tidak menghalangi jangkauan pada jarak pandangnya.
Tap..
Tap..
Tap..
Dalam duduknya, dia melirik sekilas sepatu pantofel yang mengkilap dalam ruangan minim cahaya ini.
Perempuan itu mendongak, menatap laki-laki bertubuh gagah yang sedang menatapnya dengan kedua tangan yang tenggelam dalam saku celana.
Terlihat sangat cool dengan tubuh dan tatapan yang kelewat dingin, membuat wajah perempuan dengan sebaris luka dipipi kanan dan sudut bibir yang sudah hampir mengering, tersenyum dan berucap.
"Aku muak, bertemu dengan mu lagi."
Laki-laki yang berdiri didepannya berjalan lebih dekat, lalu berjongkok.
Sinar matahari dari sela-sela fentilasi yang menerobos masuk, membuat wajah laki-laki itu terlihat lebih jelas. Dengan pahatan yang sempurna dari setiap inci wajahnya yang terdapat tanda tahi lalat kecil di pipi dan bagian bawah bibir.
Sebuah tangan tergerak menyentuh dagu wanita didepannya, seraya bergerak mengusap luka disudut bibir perempuan itu dengan ibu jari.
"Dimana orang-orang mu? Apakah mereka melupakan jagoan dari timnya?." Tanya laki-laki itu dengan senyum mengejek.
Menggerakan kepalanya sedikit kekanan agar terlepas dari pegangan laki-laki itu, dia menjawab.
"Aku akan keluar sendiri tanpa perlu bantuan mereka. Tugas mereka membasmi kalian perlahan demi perlahan, menyelamatkan ku bisa dilakukan saat kalian lengah." Ucapnya dengan menyunggingkan senyum mengejek diakhir kata.
"Apa kau tahu, kami tidak akan kehilangan mangsa untuk yang kedua kalinya. Karena semakin kau berusaha keluar, maka semakin besar resiko yang mereka dapat."
"Tidak masalah, semakin besar resiko yang kami dapat. Semakin besar pula bayaran yang kami terima."
Dia berdecih, "Bayaran? Kalian memang maniak uang. Tapi percayalah, kami tidak akan lengah. Karena sebuah berlian sudah kami dapatkan."
Bangganya seraya mengelus rambut blonde wanita dihadapannya, lalu bangun dan tersenyum remeh, sebelum akhirnya pergi meninggalkan perempuan yang sedang menahan emosi yang siap untuk meledak.
"Aku akan membunuhmu, sungguh." Ucap perempuan itu pelan, seraya menatap nyalang pintu yang sudah tertutup beberapa meter didepannya.
{•}
"Apa makanannya sudah siap?." Tanya Taehyung seraya berjalan menghampiri Chaeyong yang sedang memasukan beberapa potong buah kedalam tempat makan berwarna hitam.
Dia memasukannya kedalam paperbag dan memberikannya kepada Taehyung. "Sudah. Apa ada yang ingin dibawa lagi?."
Taehyung menggeleng, dia mengambil paperbag yang diberikan Chaeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be ✔️
Fiksi PenggemarChaeyong tidak pernah terpikir akan terjebak dengan pekerjaan yang berhasil membawanya masuk kedalam jurang kebohongan yang dibuat Taehyung. Lingkaran hitam sudah terlalu dalam menariknya masuk, sehingga dia tidak bisa keluar dari tempat itu. Taehyu...