LPY 2

7.7K 604 29
                                    

Jam menunjukkan pukul enam pagi. Dalam mansion megah itu tak ada bunyi kecuali bunyi spatula yang beradu dengan penggorengan.

srengg ... srengg ... srenggg

Bunyi desisan nasi yang bersentuhan dengan minyak panas sudah seperti melodi indah bagi Kim Seokjin. Ya, pelaku pembuat bunyi itu adalah putra tertua keluarga besar Kim. Sebagai saudara tertua dan pecinta makan tentu Kim Seokjin atau yang akrab disapa Jin itu jadi hobi memasak dan mengemban tugas untuk bertanggung jawab atas isi perut saudar-saudaranya.

Tidak ada maid yang tinggal di mansion besar itu. Hanya satu maid dan satu tukang kebun yang akan datang di pagi dan sore hari untuk membersihkan rumah dan halaman. Selebihnya pekerjaan dilakukan sendiri oleh masing-masing putra kelurga Kim itu.

"Yuuuunngggg." Jin menoleh, tahu betul suara menggemaskan siapa yang pagi-pagi begini sudah menggelegar. Ia matikan kompor dan menyambut saudara sepupunya itu.

"Kenapa baby, lapar, hum?" Yang ditanya hanya mengangguk lucu.

"Tapi mandi dulu ya, uhhh ... baby bau." Goda Jin dengan mencium pipi saudaranya itu lalu pura-pura menjauh dengan hidung yang dicapit di antara jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Yoonie wan geyembung-geyembung, boyeh?" Ya, si adik kecil menggemaskan itu adalah Yoonie atau Kim Yoongi. Ia sudah berusia enam belaa tahun hanya saja karena suatu hal ia menderita  Littlespace  syndrom.

"Oke ... tunggu sebentar ya, Hyung mau menata nasi gorengnya dulu di meja makan."

Karena bosan menunggu akhirnya Yoonie mencoba melepaskan sendiri piyama bermotif beruang hitam berpipi merahnya. Ia agak kesulitan saat mebuka kancing teratasnya, ia tarik keras dan akhirnya ...

"Hiks." Jin yang mendengar isakan dari si kecil lantas menoleh dan mendapati adiknya itu menunduk dan meremat ujung bawah piyamanya.

"Hey, baby, kenapa menangis?" Jin tarik dagu Yoongi dan wajah si little Kim itu memerah dengan air mata yang sudah mengalir di pipi gembilnya.

"Tancingnya ye-yepas Yung ... huwaaaa Yo-yoonie sowyi." Jin hanya tertawa melihat tingkah menggemaskan Yoongi. Memang, tiap menbuat kesalahan sekecil apapun Yoongi selalu ketakutan. Ada hal yang membuatnya demikian. Ia tak ingin lagi disalahkan.

"Tak apa baby, ayo ke kamar mandi. Kau harus sudah tampan saat yang lain sarapan nanti." Tangan mungil itu ia genggam sebelah, menariknya menuju kamar mandi. Yoongi hanya menurut sambil mengucek matanya dengan sebelah tangan karena merasa gatal setelah menangis.

Ceklek

"Hyung, apa baby Yoonie sudah mandi?" Sebuah kepala menyembul dari balik pintu kamar Yoongi. Jin yang sedang fokus melumuri tubuh Yoongi dengan minyak telonpun menghentikan kegiatannya dan Yoongi masih acuh karena asik bermain dengan boneka beruang hitamnya.

"Apa yang lain sudah bangun? Cepat ajak mereka makan, sudah ku siapkan. Aku akan turun setelah memakaikan baju untuk Yoonie."

Hoseok yang diperintah pun lalu pergi ke kamar para saudaranya untuk mengajak mereka sarapan.

Ini hari minggu. Dulu, tiap hari minggu agenda rutin mereka adalah jalan-jalan. Entah itu pergi ke mall atau hanya sekedar berkumpul di kafe, tapi sekarang itu sudah tidak berlaku setelah kedatangan Yoongi di mansion itu.









Jin mengelap pelan bibir dan pipi Yoongi yang penuh dengan saus. Yoongi tak mau nasi goreng, ia tadi merengek untuk makan nugget berbentuk dinosaurus dengan saus dan mayonaise.









Prrakk

Suara bantingan sendok dan garpu di atas piring mengalihkan atensi keenam pemuda di meja makan tersebut.

"Aku selesai." Taehyung hendak melangkahkan kakinya sebelum suara Jin menghentikannya.

"Habiskan makananmu Kim Taehyung, itu bahkan belum berkurang setengahnya," ucap Jin dengan nada datar karena terlampau tahu apa yang membuat Taehyung bertindak demikian.

"Aku akan makan jika tidak ada makhluk menjijikkan itu."

Semua tahu siapa yang Taehyung maksud. Jin geram, tangannya meremat kuat sendok di genggamannya.

"Dia itu adik kandungmu Taehyung, apa salahnya sampai kau memperlakukannya seperti itu, huh?" Tanpa sadar Jin meninggikan suaranya. Yoongi yang kagetpun akhirnya menangis.

"Kau lihat, Hyung, usianya sudah enam belas tahun dan dia menangis seperti bayi, bagiku itu sangat menjijikkan." Tanpa menggubris teriakan Jin yang memanggil namanya Taehyung lantas keluar, masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya kencang.













Yoongi kini sudah sedikit tenang dalam pelukan Jimin. Yoongi dalam mode Yoonie memang trauma dengan apapun yang berbau kekerasan walau hanya sebuat teriakan.

"Sekarang, Yoonie lanjutkan makannya, ya?" bujuk Namjoon sambil  berusaha menyuapkan potongan nugget ke mulut Yoongi. Yoongi hanya menggeleng dengan bibir yang mengerucut, poninya ikut bergerak saat kepalanya ia gelengkan ke kiri dan ke kanan.

Jin hanya menghela nafas panjang mengingat perlakuan Taehyung pada adik kandungnya itu. Bagaimana bisa Taehyung mengacuhkan bahkan cenderung membenci anak semenggemaskan Yoongi. Walaupun Jin sedikit mengetahui penyebab sikap Taehyung yang demikian, tapi tidak sepenuhnya.












.....

"Hyung, kita pergi ke kafe yukk? Sudah lama 'kan kita tidak pergi bersama. Sejak Yoongi datang kita jarang keluar lho, Hyung."  Jungkook sedari tadi sudah mengajak para hyung nya untuk keluar tapi lagi-lagi mereka menolak. Hoseok dan Namjoon yang sibuk dengan tugas kuliahnya, Taehyung yang sudah pergi sejak pagi tadi dan Jin yang tentunya mengurus Yoongi membuat Jungkook merengut sebal dan wajahnya berbinar saat melihat Jimin tengah berbaring di sofa ruang TV.

"Maafkan aku Jungkook, tapi aku sudah janji tadi akan bermain dengan  Yoonie." Luntur sudah senyum Jungkook. Kenapa harus Yoonie, ini Yoonie itu Yoonie. Jungkook kesal.

Jimin yang melihat Jungkook dengan wajah tertekuknya merasa tak enak ia ingin menjelaskan tapi Jungkook lebih dulu meninggalkannya menuju kamar.






Blammm
























.
.
.
.
.
.
Tbc

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang