LPY 20

4.4K 448 86
                                    

"Kau dari mana saja, Tae?" tanya Sungmin yang melihat Taehyung baru saja masuk ke dalam kamar rawatnya.

"Melihat Jungkook, dia juga dirawat di sini, Dad," jawabnya lesu sembari mendudukkan pantatnya di atas kursi samping ranjang.

"Jungkook juga sakit? Lalu bagaimana keadaannya?"

"Sudah lebih baik, hanya saja kurasa mentalnya yang terganggu."

"Maksudmu?" Sungmin tercenung mendengar apa yang baru saja Taehyung katakan.

"Dia merasa tak diperdulikan lagi, Dad, dia merindukan orang tuanya. Cih ... ku pikir mereka bisa menjaga Jungkook seperti yang mereka katakan dulu, tapi nyatanya mereka hanya memperdulikan si cacat itu."

"TAEHYUNG! jaga bicaramu!" Taehyung sedikit tercengang saat tiba-tiba ayahnya itu membentaknya. Ini pertama kalinya, dan itu karena ia yang menyebut Yoongi cacat. Padahal ia rasa bukan pertama kali ia menyebutnya demikian, bahkan ayahnya juga melakukan hal yang sama, lalu kenapa sekarang ayahnya marah, ada apa?

"Kenapa? Bukankan yang ku katakan itu sebuah kebenaranDia cac--"

"Berhenti Taehyung, berhenti menyebut adikmu dengan kata yang tak pantas itu." Lagi-lagi Taehyung dibuat mendengkus karena perkataan Sungmin.

"Daddy memang pernah menyebutnya seperti itu bahkan terlampau sering, tapi itu dulu, sebelum Daddy menyadari kesalahan itu. Tae, ini bukan salah Yoongi."

"Lalu salah siapa? Salah ku karena aku tak menahannya saat itu, karena aku tak menyelamatkannya seperti yang dilakukan mommy? Apa Daddy mau aku yang mati? "

Plakkk





Sungmin tak sanggup lagi, mendengar kata-kata yang tak seharusnya Taehyung ucapkan itu nyatanya sungguh membuat emosinya kian membara hingga tanpa sadar tangannya meluncur mulus dan mendarat tepat pada pipi kanan putra sulungnya hingga tercetak jelas rona merah di sana.

Mata Taehyung berkilat. Antara sedih, takut dan juga yang paling mendominasi adalah rasa kecewa. Sampai seperti ini, ayahnya sampai tega mengangkat tangan demi membela Yoongi.

Tanpa berkata lagi Taehyung segera beranjak, meninggalkan Sungmin dengan segala penyesalannya. Tidak, jangan lagi. Cukup Yoongi yang menjadi korban emosinya, jangan Taehyung. Tapi mendengar Taehyung berbicara seperti tadi benar-benar membuat Sungmin geram hingga tanpa sadar melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan.

"Maaf Tae, maafkan Daddy." Sungmin menatap nanar telapak tangannya yang juga memerah, pasti sakit. Pipi Taehyung pasti sakit karena tamparan yang tak main-main darinya.















.....







Jin tesadar dari tidurnya, ia kemudian merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku karena semalaman tidur di sofa. Ia lirik jam yang menggantung pada di ding di sisi kirinya. Ohh sudah pukul setengah tujuh, untung jadwal kuliahnya masih nanti siang, jadi hari ini ia akan menemani Yoongi pulang.

Kemarin malam, saat dokter Park berkunjung dan memeriksa kondisi Yoongi, ia bilang Yoongi mengalami kemajuan yang pesat, kondisinya sudah benar-benar stabil hingga pagi ini ia sudah diperkenankan untuk pulang.

"Makan dulu, ya? setelah itu minum obat." Jin menyodorkan satu sendok penuh bubur yang baru saja perawat antarkan ke kamar Yoongi tapi anak itu menggeleng.

"Makan di rumah saja, aku ingin segera pulang," jawabnya datar, ia sudah tak sabar ingin tidur di ranjangnya yang super luas dan juga memeluk bonekanya. Dalam beberapa hal Yoongi dan Yoonie memang berbeda tapi karena mereka memang satu tubuh masih ada beberapa kesamaan di antara mereka, salah satunya adalah kecintaannya pada boneka. Yoongi maupun Yoonie sama-sama menyukai boneka, hanya saja Yoongi akan sedikit menutupinya dari yang lain, tak ingin terlihat terlalu seperti anak-anak.

"Aku ingin hotteok, Hyung." Jin menghela nafasnya pasrah, meletakkan sendok kembali ke dalam mangkuk lalu berujar penuh kelembutan.

"Nanti kita beli, ya, sekarang kau harus minum obat dan tentunya harus makan dulu. Kalau kau tak mau akan aku adukan pada Bogum hyung biar kau tak jadi dipulangkan." Mendengar ancaman Jin mata Yoongi membola lucu. Menatap Jin penuh harap dengan wajah datarnya.

"Empat suap saja, ya?"

"Tidak."

"Tiga suap?"

"Terlalu banyak."

"Satu?"

"Aaaaa ...." Ia membuka mulutnya lebar-lebar, Jin mendecak tak suka. Bocah itu suka sekali mempermainkannya.

Setelah tiga suapan Yoongi habiskan, tak jadi satu karena Jin yang memaksa sendok itu masuk saat Yoongi memprotes hingga membuka mulutnya dan meminum obatnya. Yoongi akhirnya mulai berbenah. Bogum dan satu perawat di sana, memastikan lagi kondisi Yoongi dengan mengecek organ vitalnya dan sang perawat yang sibuk melepas infus pada punggung tangannya.

"Setelah ini istirahat yang cukup, jangan kelelahan, jangan buat dirimu stres, buang jauh-jauh pikiran yang mengganggumu dan jangan lupa minum obatmu. Kau dengar, Kim kecil?" Yoongi mendengkus, apa-apaan panggilan itu, Kim kecil huh? Dia 'kan sudah 16 tahun kalau mereka lupa.

"Ya ya ya, aku mendengarmu, dokter Park." Ketiga lainnya terkekeh mendengar nada frustasi yang dilontarkan si Kim kecil itu.

"Kau tenang saja Hyung, biar aku yang mengurusnya jika dia nakal." Ketiganya kembali tertawa saat si objek pembicaraan malah mengerucutkan bibirnya lucu.








"Bahkan kalian lupa padaku."



















Tibisi




Pendek aja ya, aku ngntuk bingit baru pulang nobar Bring The Soul dong 👏👏







Nyampah dikit boleh yaa


















Coba tebak Ve yang mana? 😆😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coba tebak Ve yang mana? 😆😆

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang