LPY 12

4.7K 504 91
                                    

Sungmin mengalihkan pandangannya, enggan bersitatap dengan putra bungsunya itu. Ia kemudian melangkah menuju pintu kamar Taehyung.

Tok

Tok

Tok

"Tae, ini Daddy, buka pintunya." Tak butuh waktu lama pintu itupun terbuka, menampakkan seorang pemuda dengan binar wajah bahagia. Tadi si pemilik kamar --- Taehyung --- tengah merebahkan diri di kasur sambil mendengarkan musik yang diputar melalui ponsel pintarnya, namun segera ia melompat turun dan mematikan musik pada ponselnya saat suara sang ayah yang amat ia rindu menyapa gendang telingnya.

"Daddy ...." Taehyung langsung saja menubrukkan diri di pelukan Sungmin. Sungmin tersenyum amat bahagia, ia bahkan menghujani putra sulungnya itu dengan banyak kecupan di wajahnya lalu menggeret pundak itu untuk masuk ke dalam kamar.

Yoongi yang menyaksikan pemandangan haru namun terlihat menyakitkan untuknya itupun hanya diam, boneka yang semula ia peluk ia jatuhkan begitu saja hingga boneka malang itu kini teronggok di atas lantai.

Namjoon yang melihat perubahan pada wajah Yoongi pun langsung menarik tangannya, ia ingat jika adiknya tadi meminta susu, ia hendak mengajaknya ke dapur untuk membuat susu.

"Kenapa? Katanya Yoonie mau susu, ayo kita ke dapur." Namjoon agak heran karena Yoongi yang tak mengikuti langkahnya saat ia menarik tangan kurus itu.

"Aku ke kamar saja, di sana ada air putih."

"Ohh? Yoongi?" Yoongi tak menjawab, ia lepas pelan tautan tangan Namjoon lalu berbalik dan kembali masuk ke dalam kamar.

Namjoon memandang punggung sempit yang sudah tertelan sempurna di balik daun pintu itu, Namjoon merasakan hatinya sedikit teriris sakit melihat bagaimana perlakuan berbeda yang Sungmin tunjukkan pada kedua putranya, lalu bagaimana dengan Yoongi? Si kecil yang rapuh itu, Namjoon sungguh sangat cemas. Ia berniat untuk menyusul adiknya tapi tepukan pelan pada bahunya menghentikan niatnya.

"Biarkan saja dulu, biarkan dia menenangkan hati dan pikirannya." Ucapan lembut dari sang ibu menginterupsi, Namjoon hanya membalasnya dengan anggukan lalu mengajak keduanya untuk pergi ke ruang keluarga.



"Papa ... Mama ... Huuwaaa Jinnie rindu." Teriakan heboh dari penghuni tertua mansion Kim itu membuat semuanya yang tengah duduk mengitari meja makan menutup telinganya reflek, suaranya sungguh bisa merobek gendang telinga.

Kedua orang tua yang duduk bersisian itu pun terkekeh melihat kelakuan putra sulungnya yang membungkuk di tengah-tengah keduanya sambil melingkarkan lengannya ke leher yang lebih tua.

"Kami juga merindukanmu, sayang. Ayo kita makan malam bersama, kami semua menunggumu tadi." Jin menurut, berjalan memutar dan duduk di kursi kosong sebelah Namjoon, tepat berhadapan dengan Sungmin.

"Ohh, ada Sungmin Samcheon juga? Aennyeonghaseyo Samcheon,, bagaimana kabar Samcheon?"

"Baik Jin, kau tetap seperti dulu ya, seperti anak-anak jika bertemu orang tuamu, seharusnya kau yang jadi adik Namjoon." Jin mendengkus, sedang yang lainnya malah tertawa kecil.

"Tentu saja, siapa yang tak senang saat bisa bertemu dengan orang tua yang super sibuk hingga hampir lupa dengan anaknya. Kau juga senang kan Tae? Dan Yoon-- ohh di mana Yoongi?" Jin baru sadar jika di atara saudara-saudaranya itu tak ada adik kecilnya.

"Jimin, kau tak memanggilnya?" Jin menengok pada Jimin yang duduk di sebelah kirinya.

"Sudah, Hyung, tapi dia bilang mengantuk dan tak mau diganggu," jawab Jimin jujur karena saat ia datang ke kamar yang termuda tadi yang Jimin lihat hanya gundukan yang tertutup selimut tanpa apapun yang terlihat. Dan isi dari bungkusan selimut itu berguman agar ia tak diganggu sebab masih sangat mengantuk.

"Yoongi atau Yoonie?" tanya Jin dengan sorot mata menajam, Jimin yang ditatap demikian pun merasa terintimidasi.

"Yo-Yoonie, k-kurasa," jawabnya tak yakin.

"Yoongi, itu Yoongi," sahut Namjoon cepat tanpa mengalihkan pandangannya dari piring di depannya. Hatinya berkecamuk, ia tahu bahwa adik kecilnya sedang tak baik-baik saja. Tapi Namjoon tahu ia tak bisa menenangkan Yoongi untuk saat ini terlebih dengan kedatangan Sungmin. Di saat seperti ini bahkan Jimin yang terkenal dekat dengan Yoongi pun tak bisa menanganinya, hanya Jin seorang yang mampu menenangkan hati si kecil.

Jin terlampau mengerti, ucapan datar Namjoon, sorot mata adiknya itu terlampau Jin pahami. Ada sesuatu yang ingin adiknya itu sampaikan dan Jin yang melihat Namjoon melirik Sungmin dari ekor matanya pun dalam sekejap langsung dapat mengartikan semuanya.

"Jin, kau mau kemana?" tanya Hanbin saat melihat anaknya tiba-tiba bangkit dari duduknya.

"Menemui adikku."

Taehyung menggenggam erat sendok di tangannya, di saat bahagia karena kedatangan para orang tua begini pun bocah itu masih saja berbuat ulah. Tingkahnya sungguh kekanakan. Padahal jika ditelaah lagi, siapa yang lebih kekanakan dari seseorang yang membenci orang lain karena kesalahan yang orang itu tak perbuat.









"Ayo makan, nanti kau sakit," ajak Jin pada Yoongi yang masih betah menggulung diri dalam selimut tebal itu. Beberapa kali Jin menggoyang pelan tubuh itu tapi hanya deheman yang ia dapat.

Kesal karena tak digubris, Jin lalu menarik paksa selimut itu dan kini terpampanglah tubuh ringkih yang tengah meringkuk itu.

"YA TUHAN, YOONGI! Yoongi hey ... kau dengar Hyung? " Bisa Jin lihat wajah yang memucat itu, bibir bawahnya ia gigit keras, pasti Yoongi sudah menahan sakitnya sedari tadi. Tubuhnya menggulung dengan lutut yang ia tekuk hingga menyentuh dada, satu tangannya meremat baju bagian dadanya.

"NAMJOON ... HOSEOK!"

Teriakan Jin terdengar sampai di lantai bawah. Semuanya bergegas menaiki tangga menuju arah sumber suara kecuali Taehyung. Sungmin turut mengekor para keponakannya dan saudaranya karena ia juga penasaran dengan apa yang terjadi.

"Cepat siapkan mobil!" Namjoon yang sampai terlebih dulu di lantai atas segera berbalik saat mendapat perintah dari Jin yang tengah menggendong Yoongi yang setengah sadar.

Tubuh Sungmin menegang saat melihat raut kesakitan di wajah Yoongi yang baru saja melintasinya. Jimin dan Hoseok segera menyusul langkah terburu Jin disusul kedua orang tua Jin dan Namjoon.

"Apa yang kau lakukan di situ? Kau tak mau melihat putramu, hah?!" sentak Hanbin yang melihat adiknya hanya terpaku di ujung tangga tanpa ada niatan untuk mengikuti langkahnya dan yang lain.

"A-aku--" Sungmin tergagap, ia belum pernah melihat Yoongi seperti ini sebelumnya. Walau Sungmin membencinya tapi hati orang tua mana yang tega melihat wajah anaknya yang kesakitan. Tapi mungkin ego Sungmin sudah sukses mengalahkan hati nuraninya.

"Arrhg ... terserahmu saja."













Tibisi...

Di i ef gi..

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang