LPY 3

6K 538 17
                                    

"Hihihihi ... geyi Yung hihihi bel-belenti!" Yoongi terkikik geli saat perutnya digelitiki oleh Jin. Mereka sedang berada di kamar Yoongu karena ini sudah masuk nap timenya Yoongi, tapi si little Kim itu menolak untuk tidur dan berakhirlah dengan Jin yang memaksa dengan cara menggelitiki perut buncit itu.

"Hyung akan berhenti jika baby menurut, kita tidur oke?" tawar Jin masih dengan jari-jari yang sibuk menggelitik tummy mungil itu.

"O-oce, Yoonie menulut."

Setelah berhenti dari acara menggelitiknya, Jin lalu mengambil selimut dan ditutupinya tubuh mungil itu. Jin ikut berbaring di sebelahnya dan menepuk-nepuk pelan pantat si kecil.

Dipandanginya wajah polos itu. Jin merasa kasihan dengan Yoongi. Terlahir di keluarga yang kaya raya nyatanya tak sepenuhnya membuat adik sepupunya itu bahagia.

Mula-mula kurang perhatian dari ayahnya karena memang ayahnya seorang CEO perusahaan ternama yang banyak menyita waktunya hingga sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri lalu kemudian kehilangan ibunya. Hal inilah awal mula penderitaan seorang Kim Yoongi karena ayah dan kakak kandungnya ---Kim Taehyung--- menjadi membencinya dan pukulan besar bagi keluarga saat mengetahui Kim Yoongi mengidap Littlespace Syndrom.







Flashback on

Dua anak laki-laki yang berumur empat dan delapan tahun itu nampak ceria berlarian. Yang lebih muda berlari sambil membawa bola di tangannya dengan sepasang kaki pendeknya, sedangkan yang lebih tua berusaha mengejar. Seorang wanita cantik yang duduk di atas tikar dengan berbagai makanan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya samar. Bahagia menyeruak dalam hatinya melihat dua buah hatinya tumbuh sehat dan pintar.

Mereka sedang berada di sebuah taman yang biasa digunakan untuk berpiknik. Mereka hanya bertiga karena sang ayah sedang berada di luar kota untuk mengurus pekerjaannya.

"Yoongi sayang, jangan kesana Nak, banyak mobil. Tae, bawa adikmu kemari!" teriak sang ibu sambil berjalan mendekat ke arah kedua anaknya.

Karena terlalu asik berlari, Yoongi tak melihat ada batu di depannya, ia tersandung dan jatuh tersungkur. Bola yang ia pegang pun menggelinding mendekati jalan.

Taehyung yang melihat adiknya mendekati jalan pun berusaha mendekati adiknya itu. Ia sedikit bernafas lega saat bola itu berhasil Yoongi tangkap sebelum turun ke jalan beraspal.

"Yoongi, diam di situ. Hyung akan ke sana!" teriak Taehyung memperingatkan.

"Uh, ada meong." Yoongi tertawa melihat seeokor anak kucing di tengah jalan, ia jatuhkan bola di tangannya lalu mendekati si anak kucing.

Taehyung membelalakkan matanya saat tahu Yoongi turun ke jalan dan tak jauh dari tempat adiknya berdiri sebuah mobil melaju dengan keceptan yang lumayan tinggi.

"YOONGI AWAAAASSSS!"








BRAKKK

"Hiks ....huwaaa." Yoongi menangis merasakan sakit di dadanya. Yoongi tak tahu apa yang terjadi karena kejadiannya berlangsung begitu cepat. Yang ia tahu sekarang tubuhnya sakit akibat terbentur trotoar dengan posisi menelungkup dan tak jauh di depannya sang kakak sedang menangis meraung-raung.

Yoongi tak bisa bergerak dan selang beberapa detik tubuhnya terasa ringan, gelap menguasainya.



.
.
.

Mata yang semula terpejam nyaman itu sedikit demi sedikit mulai menampakkan iris cantiknya. Mata yang biasanya penuh binar sekarang tampak sayu.

"Yoo-n-gi," lirihnya. Dokter yang sedang memeriksanya itupun membawa matanya untuk bertemu pandang dengan sang pasien. Ia segera melakukan pemeriksaan pada ibu muda itu dan setelahnya keluar untuk menemui keluarganya.

Tak berapa lama seorang laki-laki masuk dengan seorang bocah laki-laki berusia delapan tahun yaitu Taehyung. Taehyung menangis kencang saat mendapati ibunya tergolek lemah dengan wajah dan bibir yang sepucat kertas juga perban yang melilit kepalanya.

"Dima-na Yoon-gi." Kim Sungmin tak tega melihat kondisi wanita yang amat dicintainya itu. Sungguh, ia bahkan berjuang mati-matian untuk mendapat restu dari tuan dan nyonya besar Kim untuk mempersunting wanita yang kini menjadi istrinya tersebut.

"Kau istirahat saja, jangan pikirkan apapun, Yoongi baik-baik saja. Nanti setelah kau sembuh, aku akan membawamu bertemu dengannya." Bohong, Sungmin membohongi istrinya. Nyatanya anak bungsunya itu tengah kritis di ruang PICU.

Sungmin tak menginginkannya, perasaan ini. Entah karena emosi atau rasa cintanya yang terlampau dalam pada istrinya, setelah mendengar cerita dari Taehyung ia sedikit menaruh benci pada Yoongi. Menurutnya, karena Yoongi lah istrinya bisa seperti itu.

Ia teringat ucapan dokter beberapa saat lalu.

"Istri anda mengalami benturan yang cukup keras di bagian belakang kepalanya. Tulang paha hingga ekornya retak, kondisi yang cukup buruk karena tulang ekor berhubungan langsung dengan saraf-saraf dalam tubuh hingga otak. Saya khawatir istri anda tak mampu bertahan, tapi saya akan berusaha semampu saya untuk kesembuhan istri anda."

Flashback  off



"Hyung." Jin yang hampir tertidur mendongakkan kepalanya saat sebuah suara memanggilnya.

"Apa Yoonie tidur?" tanyanya setelah masuk dan mendekat ke arah ranjang.

"Sstttt ... baru saja, tadi susah sekali ditidurkan," jawab Jin dengan tangan masih menepuk pantat Yoongi.

"Hmm ... kalau begitu, boleh tidak jika aku keluar bersama Jungkook? Tadi dia mengajakku ke kafe tapi aku menolak karena sudah berjanji dengan Yoonie akan bermain dengannya." Jimin benar-benar merasa tidak enak dengan Jungkook karena dia adalah yang paling dekat dengan Jimin.

"Baiklah, lagipula kita sekarang juga jarang sekali keluar, kasihan anak itu, pasti bosan. Yasudah, cepat berangkat sana, jangan pulang malam-malam nanti Yoonie mencarimu."

"Tapi Hyung, speretinya Jungkook sedang marah." Jin mengernyitkan dahinya. Bukankah tadi pagi masih baik-baik saja, apa yang membuat adik kelincinya itu marah.



















.....

Taehyung meremat kasar kaleng soda yang isinya baru saja ia tandaskan.

"Aaarrggghhhh." Ia lempar kaleng itu ke sungai. Tadi pagi hingga siang ini dia hanya duduk termenung di taman yang dulu terakhir kali ia tempati untuk berpiknik dengan ibu dan adiknya. Kenangan-kenangan itu terputar jelas di otaknya.

Adiknya yang berlarian sambil tertawa riang, senyuman teduh ibunya dan dirinya yang merasa bahagia. Tapi semua itu lenyap seketika saat pandangannya jatuh ke jalan beraspal di mana ibunya tergeletak dengan genangan darah di sekitarnya. Ia tarik dengan kuat rambutnya karena tiap kenangan itu muncul kembali dalam ingatannya selalu diiringi dengan dentuman keras di kepalanya yang terasa menyakitkan.Taehyung ambil dari saku jaketnya tabung kecil berisi pil-pil putih di dalamnya, menenggak dua butir tanpa bantuan air dan masuk ke dalam mobilnya.

Ia sungguh tidak kuat kala mengingat kenangan itu dan itulah sebab kenapa hingga sekarang ia benar-benar membenci adiknya, Kim Yoongi.
































.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Hay semua.. Maaf ya di LPY ini tiap chapternya memang pendek-pendek tapi semoga masih bisa dinikmati semua yaa..

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang