LPY 33

4.1K 472 378
                                    

Taehyung hanya termenung, duduk bersandar di kepala ranjang dengan pandangan lurus ke depan dan tatapan kosong. Dalam kepalanya berputar berbagai macam hal-hal yang akhir-akhir ini terjadi dalam kehidupannya, sedangkan hatinya sibuk menata hati yang semakin berantakan.

Berada di dalam rumah besar itu nyatanya tak lagi nyaman untuknya saat ini. Rasa takut selalu menghantuinya. Bahkan, ia terbangun dari tidurnya beberapa menit yang lalu itu karena ia mendengar suara pintu yang diketuk brutal dengan teriakan yang sama persis dengan teriakan ayahnya dua bulan lalu, sebelum petaka itu datang. Tapi ternyata saat ia terbangun ia sadar jika itu semua tidak nyata.

Taehyung menangis dalam diam, tangannya mencengkeram erat selimut yang menutupinya sebatas paha, menyalurkan rasa sakit dan takut yang terus bertambah menggerogotinya setiap hari.

"Hyung." Taehyung melirik dengan ekor matanya saat merasa dirinya dipanggil. Jungkook di sana, berdiri menutup pintu dengan sebelah tangan karena sebelahnya lagi ia gunakan untuk memegang sebuah cangkir dengan uap panas mengepul tipis di atasnya.

"Ku bawakan teh kamomil, ini akan membantumu untuk merasa lebih rileks." Jungkook menaruh cangkirnya di atas nakas sebelah kanan Taehyung.

"Kook," panggil Taehyung lirih masih dengan pandangan lurus ke depan.

"Ya?" Jungkook sedikit membenarkan duduknya untuk menghadap Taehyung.

"Di mana Yoongi?" Kening Jungkook terlipat dengan kedua alis yang nyaris bertaut. Merasa heran sebab Taehyung yang tiba-tiba menanyakan keberadaan sang adik bungsu. Memang sejak dibawanya Yoongi pergi ke Swiss oleh sang kakek, tak ada yang pernah membicarakannya di hadapan Taehyung, entah anak itu tahu atau tidak mengenai kepergian Yoongi. Juga tentang kondisinya, tentang Yoongi yang kritis sebelum ia pergi, Taehyung sepertinya tak mengetahuinya. Karena kondisinya yang sama-sama tengah terpuruk, keluarga memutuskan untuk tak memberitahunya.

"Yoongi di Swiss," jawab Jungkook singkat. Taehyung dengan segera menolehkan pandangannya ke samping, menatap tepat pada iris bulat Jungkook.

"Swiss? Dengan grandpa? Apa dia akan mengambil grandpa juga dariku?" Mata Jungkook sedikit melebar mendengarnya, bagaimana Taehyung bisa berfikiran seperti itu. Belum juga Jungkook menjawab, Taehyung sudah kembali bersuara.

"Tak puaskah dia menjauhkan aku dari mommy, dari daddy dari kalian semua? dan sekarang dia ingin grandpa juga? Kapan dia mau membiarkan aku hidup bahagia, dia menghancurkan hidupku Kook, dia-- "

"Hyung, hentikan!" Rasanya Jungkook tersulut emosi mendengar serentetan kalimat tuduhan yang Taehyung layangkan pada makhluk kecil menggemaskan itu. Jungkook sudah sadar, sepenuhnya sadar jika perasaan yang sama yang dulu pernah menguasai hatinya itu salah, Yoongi tak seperti itu.

"Apa? Aku sudah kehilangan mommy karenanya, kehilangan daddy karena--"

"Karenamu? Kau kehilangan samcheon karena siapa? Apa yang Yoongi lakukan?" Taehyung bungkam, kembali kejadian di mana ia melihat tubuh sang ayah yang menggelinding menyusuri tangga hingga berakhir terkapar di lantai.

"K-Kook, a-aku "

"Aku kecewa padamu, Hyung,  ku pikir dengan kau merenung di rumah samcheon kau akan menyadari kesalahanmu. Cukup aku, cukup aku yang terlalu bodoh untuk tunduk pada ego. Hyung, jangan lakukan kebodohan yang sama." Jungkook bangkit dari duduknya, hati dan telinganya panas mendengar semuanya.

Jungkook keluar dari kamar Taehyung diikuti Taehyung di belakangnya yang mencoba menggapai tangan Jungkook.

"Lepas, Hyung, pikirkan kesalahanmu, aku akan memberimu banyak waktu." Jungkook menyentak kasar genggaman tangan Taehyung hingga terlepas, dengan cepat memasuki kamarnya yang tak jauh dari kamar Taehyung.

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang