LPY 26

4.4K 483 99
                                    

"Demamnya masih tinggi, Bi," jawab Jin sembari mengganti kain kompres yang sudah mendingin airnya di kening Yoongi.

"Apa tak sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja?" Jin menggeleng menanggapi pertanyaan dari bibi Nam.

"Baru saja aku menghubungi Bogum hyung, dia bilang akan kemari secepatnya." Bibi Nam mengulas senyum. Senang rasanya ada orang lain selain dirinya yang menyanyangi Yoongi.











.....






Brakkk

Pintu dibuka dengan kasarnya. Hoseok yang tengah asik bermain ponsel di ruang tamu sampai berjengit kaget.

"Astaga, Jungkook, wajahmu." Hoseok berjalan cepat ke arah Jungkook yang baru saja membuka pintu utama dengan kasar. Tampilannya amat sangat kacau, tak pernah sekalipun Hoseok menemukan keadaan sepupunya sedemikian kacau.

Jungkook menepis kasar tangan Hoseok yang hendak menyentuh pipinya, salah satu tempat di mana memar itu menampakkan wujudnya. Tak hanya di sana, rahang kiri juga pelipis kanannya pun turut terhias gradasi warna merah keunguan itu.

"Akhh," ringis Jungkook kala Hoseok menghentikan langkahnya dengan menahan lengannya. Ohh, pasti di sana ada luka juga karena tanpa luka tak mungkin ia merasa kesakitan, Hoseok tak mencengkeramnya dengan erat.

"Jawab Hyung, apa yang terjadi denganmu?" Lagi,  Jungkook menghentak cengkeraman Hoseok kasar, yang lebih tua sampai menganga tak percaya. Kemana perginya adik manisnya itu, Jungkook tak seperti ini setahunya.

"Cih, Apa pedulimu."





"JUNGKOOK!" Itu bukan suara Hoseok, melainkan suara Jin yang baru saja tiba. Mendengar adik yang selama ini ia rawat dan ia beri kasih sayang sejak kecil nyatanya tumbuh sebagai pemuda yang kasar.

"Jaga bicaramu, kau sedang berbicara dengan hyungmu."  Jungkook tertawa meremehkan, sedikit meludah sebab rasa amis dari darah di sudut bibir yang belum ia bersihkan.

"Siapa hyung ku? Aku tak ingat aku punya hyung atau saudara dan semacamnya." Jin dan Hoseok tertegun mendengarnya. Jika mereka tak dianggap saudara lalu apa?

"Kalian menamai diri kalian seorang hyung bagiku, tapi nyatanya apa kalian pernah peduli, huh? Di mana kalian selagi aku sakit? Di mana kalian selagi aku butuh tempat untuk bersandar? Di mana kalian saat aku dibully habis-habisan di sekolah karena tak punya orang tua dan sulit berteman. Di mana kalian, JAWAB AKU!" Jungkook terengah, sesak yang selama ini menghimpit dadanya berkurang sepersekian, setidaknya ia bisa meluapkan amarahnya, menguras apa saja yang selama ini tertimbun bak tumpukan sampah yang hendak membusuk dalam hatinya.

Hoseok dan Jin hanya terdiam, lidah mereka serasa keluh hanya untuk menjawab rentetan pertanyaaan dari yang lebih muda. Sungguh mereka tak bermaksud mengacuhkan, hanya saja memang waktu yang tak tepat. Akhir-akhir ini Yoongi jadi sering sakit-sakitan, ditambah kesibukan masing-masing untuk mempersiapkan ujian semester yang kian mendekat.

Tak ada yang mereka berdua lakukan selain memandang penuh sesal punggung yang telah menjauh dan sempurna tertelan daun pintu itu. Jin tak menyangka, mempunyai dua bayi besar tak semudah seperti dalam bayangannya. Beruntung Namjoon tak seperti itu juga. Jika hal itu terjadi sudah dipastikan Jin akan mengalami penuaan dini sedini mungkin.

















[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang