LPY 13

4.7K 508 117
                                    

Yoongi tengah ditangani oleh dokter. Jin, Namjoon, kedua orang tuanya, Hoseok dan Jimin menunggu dengan gusar di depan pintu ruangan UGD. Baru kali ini Jin dan yang lainnya melihat Yoongi sampai drop seperti ini, biasanya ia hanya mengeluh sesak.

Jin terisak di pelukan sang ibu, menangisi betapa malang nasib adik kecilnya. Hidup di tengah keluarga kaya tak pelak membuatnya bahagia. Dia sakit di satu sisi dan kuat di sisi lain. Yoongi itu sakit dan itulah yang membuat Yoonie tercipta. Yoonie adalah tameng Yoongi. Saat ia lelah Yoongi akan beristirahat dan Yoonie mengambil alih, sabab mendasar kenapa intensitas kemunculan Yoonie lebih sering dari pada Yoongi, karena Yoongi terlalu sakit.

"Kenapa Ma, kenapa harus adikku, apa salahnya?" Soora mengusap bahu lebar putranya diiringi bisikan-bisikan kata penenang. Putranya memiliki hati yang lembut, jangankan melihat adiknya yang kesakitan, melihat kucing mengais makanan di jalanan saja sudah membuatnya teramat sedih.

"Yoongi baik-baik saja, dia anak yang kuat, adik kecil yang kuat." Hanbin tersenyum mendengarnya, bersyukur jika istrinya menerima keadaan keponakannya yang bahkan ayah kandungnya sendiri tak mau mengakui.

Pintu terbuka, sang dokter menghampiri si tertua, meski bukan orang tuanya, tapi Hanbin bersedia menjadi wali Yoongi, tentu saja karena Hanbin sudah menganggap Yoongi putranya sendiri setelah adiknya tak pernah peduli lagi.

Tak lama diikuti suara roda brankar yang bergesekan dengan lantai, bersahutan dengan langkah dua perawat yang mendorongnya. Keempat pemuda itu mengikutinya dari belakang.

keempatnya tak kuasa menahan lelehan air mata saat melihat wajah kecil adiknya yang kini berhiaskan cup kecil transparan yang menyalurkan bantuan kehidupan bagi sang adik.

Sedangkan di mansion megah itu satu orang yang lebih tua dari dua yang lain tengah dilanda rasa bimbang. Sungmin dalam hati kecilnya ingin melihat putranya, putra yang selama ini tak ia ketahui bagaimana kondisinya. Ia hanya memberinya uang, fasilitas dan kebutuhan lainnya tanpa tahu perkembangannya. Fisik dan mentalnya, Sungmin hanya mengetahui garis besarnya, putranya cacat.

Sungmin beranjak setalah satu pesan ia terima, dari Hanbin, kakaknya.

"Daddy mau ke mana?" Taehyung masih ingin bersama ayahnya, peduli apa dia tentang adiknya?

"Maafkan Daddy, Tae, tapi ada urusan yang harus segera Daddy selesaikan. Daddy janji kalau sudah tak sibuk Daddy akan mengunjungimu kembali." Sungmin tersenyum hangat serta ia bubuhkan ciuman di kening sang putra sulung. Mana bisa ia melewatkan ciuman itu untuk putra kesayangannya. Sekacau dan seburu-burunya Sungmin tak akan melewatkan itu.

"Hemm, biklah, Daddy hati-hati." Sungmin bertambah gemas, ia acak rambut Taehyung yang sudah memanjang itu, hirau sebentar akan kecemasannya beberapa saat lalu saat membaca isi dari pesan singkat kakaknya.

From: Hanbin hyung

Yoongi kritis
(Read)

Kini mobilnya tengah melaju dengan kecepatan rata-rata, masih bimbang dengan apa yang harus dilakukan. Jika ditanya kemana perasaan bencinya terhadap putra bungsunya, tanpa berfikir lama ia akan menjawab,
'Di sini, di hatiku masih sama besarnya dengan cintaku pada mendiang istriku'

Dan jika ditanya, apa ia ada dalam hatimu, memiliki rasa kasihmu. Jawabnya,
'Ada, di sudut terdalam dalam hatiku, hanya tak sebesar rasa ikhlasku melepas mendiang istriku'

Sungmin berdiri di sana, di balik pintu dengan kaca kecil di tengahnya. Wajah itu terlihat walau samar. Putranya terbujur, memejam, persis sekali dengan wajah mendiang istrinya.

"Yoongi tertekan, dengan kondisi jantungnya yang lemah seperti itu rawan untuknya. Kau ayahnya, harusnya kau yang menguatkannya bukan malah menjadi sebab ia tumbang."

Kalimat yang kakaknya lontarkan tadi sedikit banyak menohok hatinya. Setersiksa itukah putranya selama ini? Karena dia, karena ayahnya sendiri.

Selama ini, Sungmin pikir hanya ia yang tersiksa karena kehilangan cintanya tapi hari ini semua matanya terbuka, baik mata kepala juga mata hatinya. Putra kecilnya menanggung beban besar. Kesalahan yang ia gembor-gemborkan selama ini tentang putranya yang nyatanya sama sekali tak terjadi, pundak kecil itu memikulnya selama bertahun-tahun hingga tak hanya fisiknya tapi mentalnya pun sampai tak sanggup untuk menahannya lebih lama.

"Untuk apa Samcheon kemari?" Jin yang baru saja keluar ruangan hendak membeli makanan untuk adik-adiknya dikejutkan dengan Sungmin yang tengah berdiri mematung di ambang pintu. Sungmin yang sedari tadi menyelami pikirannya, menyusuri waktu lampau di mana kesalahan utama ada pada kebencian dirinya sendiri pun terlonjak kaget dan seketika tertarik ke masa sekarang.

"O-oh Samcheon hanya ... emm hanya--"

"Pulanglah, Yoongi tak membutuhkan Samcheon, dia sudah menjadi adikku sejak dua belas tahun yang lalu, menjadi putra Kim Hanbin dan Kim Soora."

Selama ini Jin masih bersikap baik dengan pamannya ini kendati ia tahu perbuatan apa yang sudah pamannya itu lakukan terhadap adik kecilnya. Tapi hari ini, melihat adiknya di ambang batas kesanggupannya, sikap baik dan kepercayaan jika suatu saat adiknya menemukan kembali kebahagiaan di antara keluarga kandungnya itu lenyap, menguar digerus ombak besar yang menggulung hati nuraninya.





















.

.

.

.
Tibisi

Hayhay.. Ada yang aneh ya sama tulisannya?
Gtw kenapa jadi kaya gini tulisannya 🙈

Jujur sih aku suka cerita yang lebih banyak narasinya kaya gini, tapi jarus dibarengi juga sama kemampuan mengolah kata, majas, diksi dll yang berhubungan dengan estetika menulis. Nah ini yang ku belum punya huhuhu 😢😢

Ya gpp lah ya satu chapter ini kubuat jadi chapter percobaan 😂😂

Kalo kalian suka yang banyak narasinya atau dialognya?
Jawab ya..
Butuh banget ini, authornya maksa
Maksa bnget pokoknya

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang