LPY 31

4.5K 503 146
                                    

Jin memberontak dalam dekapan Namjoon. Tak peduli dengan rambutnya yang melambai tak karuan karena terpaan angin yang disebabkan kendaraan di depannya.

Ia menangis, meronta agar setidaknya ia bisa menyentuh sedikit lebih lama wajah yang tersayang yang terbujur di sana, yang akan segera meninggalkannya beberapa menit ke depan.

"Yoon, Yoongi ... Namjoon, lepaskan!" Jin terus saja berteriak, sebelah tangannya  terulur ingin menggapai tubuh sang adik yang hendak dimasukkan ke dalam helly beserta ranjang dan alat-alat medis yang menyokong hidupnya.

Hoseok, Jimin dan Jungkook tak mampu membendung tangis. Jungkook bersandar lemas pada tubuh Jimin yang tengah mengusap lembut punggungnya. Sedangkan, Hoseok hanya mampu menutup mulutnya dengan sebelah tangan, tak ingin jika ia melepasnya tangisnya akan pecah detik itu juga. Melihat betapa kacau sang saudara tertua mereka, Namjoon semakin mempererat pelukannya. Ia tak tega sebetulnya, namun apa yang dilakukan sang kakek memang demi kebaikan Yoongi meski entah bagaimana dengannya nanti saat tersadar dan berada di tempat asing. Walaupun samar, Namjoon yakini jika hal yang buruk bisa saja terjadi mengingat kondisi terakhir Yoongi sebelum ini. Anak itu tengah trauma, bahkan dekat dengan saudaranya selain Jin saja ia masih ketakutan.

Meski buram, Jin tahu sosok orang yang tengah berjalan mendekat menuju ke arahnya. Sedikit banyak rasa marah dan kecewa ia tujukan pada sosok tersebut.

"Grandpa membawanya bukan untuk menyakitinya, jangan buat seolah Grandpa ini orang jahat yang hendak menculiknya, Jin. Kau tahu ini demi kebaikan Yoongi." Sedikit lebih tenang dan tak memberontak dengan isakan-isakan yang masih setia keluar dari bilah bibir tebalnya.

"Tapi Yoongi tak akan suka, dia tak akan suka berada di tempat asing tanpaku, Grandpa!" Jin berujar dengan nada marahnya yang kentara. Sedikit melupakan ajaran sopan santun yang orang tuanya berikan.

"Grandpa bahkan lebih lama hidup dibandingkan dirimu, Grandpa tahu apa yang terbaik untuk cucuku. Kau hanya perlu menunggu kabar baik yang akan ku sampaikan nanti." Menepuk dua kali bahu lebar sang cucu tertua, tuan besar Kim Woobin berbalik menuju hellycopter yang siap membawa dirinya dan sang cucu meninggalkan Korea.

Tak ada yang mampu berbuat apapun jika berhadapan dengan tuan besar Kim. Jin bahkan hanya mampu meracau dan mengumpat berkali-kali,  memperkeras raungannya ketika kendaraan udara yang membawa sang adik sudah berada di atasnya, mulai melaju.













.....










"Sudah siap?" Yang ditanya hanya mengangguk pelan, memperhatikan ruangan sekitar sebelum menurunkan diri dari ranjang. Menyambut uluran tangan yang lebih tua untuk ia jadikan pegangan sebab sejujurnya ia belum terlalu kuat untuk berjalan sendiri.

"Imo." Langkah keduanya berhenti di suatu lorong sepi. Yang lebih tua membawa tubuhnya untuk menghadap yang lebih muda, memeta tiap gurat wajah yang tergambar di sana. Marah, sedih, lelah. Mungkin itu hanya beberapa yang ia tahu, selebihnya mungkin hanya si empunya yang tahu.

"Kenapa? Masih lemas? Mau kembali?" Hanya gelengan yang mewakili ketiga pertanyaan itu. Sebenarnya untuk pertanyaan kedua ia perlu mengangguk tapi itu bukan poin utamanya.

Tersenyum sesaat lalu wanita paruh baya bernama Kim So Ah yang telah mengganti marganya menjadi Jung So Ah itu membawa tubuh lemas keponakannya untuk duduk di kursi panjang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Sekarang katakan, ada apa?"

Pemuda itu masih bergeming, semua perasaan itu bercampur aduk dalam hatinya. Marah pada diri sendiri yang rasanya hampir mencekik leher tiap ia mengingat apa yang telah ia lakukan hingga merenggut nyawa satu-satunya orang yang paling ia sayangi. Sedikit kecewa pada ayahnya karena di akhir hidupnya ia malah menjauh darinya, membela satu-satunya orang yang ia benci dan menyebabkan hal yang tak diinginkan itu terjadi. Juga rasa bersalah karena tak bisa mengontrol dirinya sendiri kala itu.

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang