LPY 9

4.9K 493 39
                                    

Setelah menangis hampir setengag jam lamanya, akhirnya little Yoongi mau memulai pelajarannya. Seperti yang ia minta sebelumnya pada sang guru, ia ingin menggambar hari ini.

Jin sudah menyiapkan alat-alatnya. Buku gambar besar yang dibawa Yoongi dari dalam kamarnya tadi. Jin mengambil satu kotak krayon dan ditaruh di samping buku gambar.

"Yoonie mau gambal denan cat ail Yung," protes Yoongi dengan mengangkat tinggi-tinggi dua tube cat air yang tadi dibawanya.

Jin dan Sihyuk hanya terkekeh melihat antusiasme Yoongi. Jin kemudian naik ke atas, menuju kamar Yoongi dan mengambil peralatan melukis lainnya.

Hampir satu jam Yoongi fokus dengan buku gambarnya. Sesekali ia ketuk-ketukkan jarinya pada dagu membuat gestur berpikir. Mungkin dia bingung ingin menggambar apa.

"Yeeeaayyy ... gambal Yoonie cudah celecai!" seru Yoongi. Bang Sihyuk yang tengah menyesap cangkir teh ke-duanya lantas menoleh.

"Benarkah? Coba sini Ahjussi lihat."

"Cetop ... Juci nanti caja liatnya ... halus Jin yung dulu yang liat, ya." kemudian si little Kim itu beranjak dari duduknya, sedikit berlari ke arah tangga mencari hyungnya di dalam kamar.

"yuuungie ...." Jin yang tengah mengerjakan tugas kuliahnya terlonjak kaget mendengar teriakan babynya.

"Aigoo ... lihatlah baby Hyung ini, kenapa kotor sekali?" tanya Jin yang kaget melihat kaos putih polos Yoongi kini sudah menjadi kanvas yang penuh coretan-coretan cat air. Yoongi mendengkus, pipinya ia gembungkan tanda kesal karena dibilang kotor, padahal 'kan memang iya. Dan pose berkacak pinggangnya sungguh membuat Jin ingin tertawa saja.

'bagaimana ada orang yang tak terpikat denganmu yang menggemaskan ini Yoon'

'bagaimana ada orang yang tak terpikat denganmu yang menggemaskan ini Yoon'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yoonie cidak kotol, Yung, ini tu ceni, ceni menggambal." Jin hanya tertawa pelan menanggapi bayi besarnya itu.

"Baiklah ... baiklah, lalu kenapa baby memanggil Hyung? apa kau lapar?" Yoongi menggeleng lalu mengambil buku gambar yang ia jatuhkan ke lantai saat berkacak pinggang tadi.

"Liat ini gambal Yoonie, bagus cidak Yung?" Ia bertanya namun dengan nada yang seakan menyuruh orang yang ditanya menyetujui pertanyaan yang tak boleh dijawab tidak itu. Ah,  sederhananya pertanyaan Yoongi itu sebenarnya sebuah pernyataan.

Jin tersenyum melihat gambar itu. Meski lumayan aneh tapi jika Yoonie yang menggambar itu merupakan hasil yang luar biasa.

"Ini siapa saja?" Jin bertanya karena di sana tergambar sesuatu yang mungkin bisa disebut bentuk orang yang lumayan abstrak berjumlah tujuh. Yoongi mulai menyebutkannya berurutan mulai dari kiri.

"Ni Chim yung, Hociki yung, Taetae yung telus yang paling tampan tu Yoonie hihihi." Yoongi terkikik sendiri saat menyebut dirinya tampan. Jin benar-benar harus menahan tangannya untuk tidak mencubit pipi gembil itu.

"Telus ni Jin yung, Joonie yung cama Kookie yung." Lanjut Yoongi dengan semangatnya.

"Hmm ... kanapa hanya Taetae hyung yang digandeng? Jin Hyung tidak? Apa baby tidak sayang dengan Jin Hyung?" Wajah Jin dibuat semelas mungkin, pura-pura sedih.

"Kalena cuma Taetae yung yang cidak pelnah gandeng Yoonie jadi Yoonie menggambal caja," jawabnya dengan nada yang sarat akan kesedihan. Kepalanya ia tundukkan guna menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Jin jadi menyesali apa yang ia ucapkan. Jin yang paling menyayangi Yoongi di antara saudara-sudaranya yang lain. Karena Jin yang memang lebih dewasa dari yang lain, Jin juga yang paling mengerti Yoongi. Keadaannya, masa lalunya.

"Yasudah, sekarang Yoonie kembali ke bawah, kasihan ahjussi ditinggal sendirian. Ayo, Hyung temani."

Mendengar bahwa Jin akan ikut menemaninya belajar Yoongi jadi semangat kembali. Lupa akan apa yang baru saja terjadi. Wajah sedihnya dalam sekejap berubah menjadi wajah yang penuh semangat, memang sifat anak-anak.

Sesampainya di bawah, Jin melihat sosok Taehyung yang tengah mengobrol dengan Sihyuk.

"Tae, kau sudah pulang? Masih jam sepuluh." Jin melirik arloji di pergelangan tangan kirinya untuk memastikan bahwa sekarang masih pagi.

"Kelas pagiku sudah usai, nanti sore baru kembali," jawabnya datar. Ia hendak melangkah menaiki tangga sebelum sebuah tangan menariknya lembut. Ia menoleh dan seketika memasang wajah jijiknya.

"Yungie, ni gambalnya Yoonie loh, ada Taetae yung gandeng-gandeng Yoonie." Yoongi menyodorkan buku gambarnya pada Taehyung dengan gummy smile yang terus terpatri di wajah imut itu.

Taehyung hanya memutar bola matanya malas. Ia jengah bukan main dengan adik kandungnya itu. Dan tanpa satupun yang menduga, tiba-tiba Taehyung menghempaskan buku gambar itu dengan kasar. Yoongi yang melihat hasil karyanya tergeletak lusuh di lantai hanya mampu memandanginya dengan bibir bergetar dengan air mata yang sudah menggantung di sudut mata kucingnya.

Dalam hati ia terus saja menyemangati dirinya untuk tidak menangis sebab ia tahu kalau kakak kandungnya itu tidak suka jika ia memangis.

'Yoonie cidak boleh nanis, halus kuwat cidak cenen nanti Taetae yung jijik'

"Itu gambar terjelek yang pernah kulihat." Mendengar hal itu Yoongi sudah runtuh pertahanannya. Ia mulai terisak.

"Kau itu menjijikkan, kenapa tidak kau saja yang pergi agar mommy tetap di sini."

Deg

Nyuuuutt

Mendengar kata mommy, Yoongi langsung merasakan sakit bagai terhimpit di bagian dadanya. Itu menyakitkan, apalagi sekarang tubuh itu bukanlah Yoongi si kuat tapi Yoonie.

"Hiks ... huweee, uhukk-uhhk mommy hiks." Jin panik seketika saat Yoongi jatuh terduduk sambil memukuli dadanya.

"Yoonie ... sayang, jangan dipukul begitu." Jin berusaha menahan tangan  Yoongi yang terus memukuli dadanya. Taehyung hanya diam melihat keadaan adiknya yang sedang menangis kesakitan, bahkan itu karenanya.

"Huuweeee a-atit Yung hiks mommy Yo-yoonie atit hiks.. "

"Itu karena dia memakai jantung yang bukan haknya."

"TAE!"

Taehyung agak berjengit kaget saat saudara tertuanya itu membentaknya,Jin sama sekali tak suka jika Taehyung kembali mengungkit masalah itu apalagi di depan Yoongi.

"Apa? Memang benar, 'kan? Karena dia mommy meninggalkanku."

"Itu sudah menjadi takdir imo, Tae. Dengan atau tanpa imo mendonorkan jantungnya untuk Yoongi, jika takdir sudah berkata demikian tidak akan ada yang bisa merubahnya. Lagi pula kau mendengarnya sendiri bukan jika itu mutlak keputusan imo bukan Yoongi yang meminta."

Jin dan Taehyung masih melanjutkan perdebatannya seakan lupa dengan kondisi seseorang yang tengah meraung kesakitan. Sihyuk yang sudah hafal dengan apapun mengenai murid sekaligus pasiennya itu sudah tidak heran melihat hal seperti ini terjadi. Ia lantas pergi menuju kamar Yoongi dan mengambil tabung kecil berisi butiran-butiran pil milik Yoongi. Dengan segera ia memasukkan satu butir pil itu ke dalam mulut Yoongi yang terbuka dan memaksanya untuk menelan. Setelahnya, tanpa menghiraukan Jin dan Taehyung yang sama-sama belum bisa meredam emosinya, Sihyuk menggendong Yoongi yang sudah sedikit tenang menuju kamarnya.

"Kau benar-benar kekanakan Tae. Aku tidak akan memaafkanmu jika terjadi sesuatu yang buruk pada Yoongi." Jin berlalu mengikuti Sihyuk yang tengah menggendong Yoongi, meninggalkan Taehyung dengan segala perasaan campur aduknya.






"Akkhh "









.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tibisi ya gaiss

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang