LPY 30

4.8K 497 148
                                    

"YOONGI!"

Jin segera menghampiri Yoongi yang sudah tergeletak di atas lantai marmer itu.

"Ssaa-kiith, s-se- saakh." Seketika tubuh mungil itu dikerubungi oleh empat pemuda lain, kepanikan telak menguasai suasana sore hari itu.

"Yoongi, tahan, ya. Hyung akan membawamu ke rumah sakit, kumohon bertahanlah."

Tanpa sadar air mata sudah membanjiri kedua manik Kim Seokjin. Dengan segera ia merengkuh tubuh yang termuda, membawanya dalam gendongan, sedangkan yang lain mengikutinya dari belakang. Namjoon dengan sigap berlari terlebih dulu, menyiapkan mobil yang diparkirkan lumayan jauh dari pintu masuk.







Tepat setelah Jin membawa tubuh Yoongi keluar dari mobil, mata indah bak kucing itu tertutup sempurna Bahkan, Jin tak melihat pergerakan dari dada sempit itu. Seperti kesetanan, Jin berteriak lantang memanggil perawat untuk segera memberikan pertolongan pertama untuk sang adik.

"Yoongi, Hyung mohon bertahanlah, Sayang." Jin turut memacu langkah kakinya seiring roda brankar yang berputar, menggenggam tangan mungil itu erat. 

Melihat tubuh sang adik yang tak merespon apapun meski tekanan kuat sudah dokter lakukan di atas dadanya membuat Jin semakin takut hingga tepat saat brankar itu masuk ke dalam ruangan UGD dan ia yang dilarang untuk masuk, tubuhnya tiba-tiba meluruh, hampir terhempas begitu saja di atas lantai jika tangan Namjoon tak menahan bahu lebarnya.

"Hyung!"




.....






Tuan besar Kim baru saja memejamkan matanya namun harus kembali terjaga saat asisten pribadinya mengetuk pintu kamarnya.

"Bukankah kau tahu aku baru saja tertidur?" ucapnya dingin saat asisten pribadinya sudah berdiri di hadapannya dan membungkukkan badan sebelum menjawab pertanyaannya.

"Maafkan saya, Tuan. Tapi, saya baru saja mendapat kabar dari tuan muda Jimin jika tuan muda Yoongi masuk rumah sakit." Mata tuan Kim terbelalak, ada sedikit nyeri yang ia rasa pada dada sebelah kirinya yang reflek ia pegangi pada bagian itu.

"Tuan, Tuan baik-baik saja? Apa perlu obat, Tuan?" Tuan Kim menggeleng, dengan gerakan lambat tuan Kim menyibak selimutnya lalu turun dari ranjang. Menghiraukan dadanya yang masih terasa nyeri karena sungguh yang ia pikirkan sekarang hanya cucunya, cucu istimewanya.

"Antarkan aku ke rumah sakit."














.....






"TIDAKK! PERGI KAU ... PERGI!" Pekikan itu menggema di seluruh sudut ruangan yang kini hanya terisi dua orang di dalamnya.

"Aku tidak membunuh, bukan aku, BUKAN!" Ia terus saja menggulung dirinya di bawah selimut, tak  luput juga kepalanya yang ia tutupi dengan bantal.

"Tae, dengar, iya kau tidak membunuh, kau bukan pembunuh. Tae ... lihat aku!" Tubuhnya kian menegang saat merasakan sebuah tangan membuka selimutnya.

"Nak, dengar ... ini semua takdir, bukan salahmu, bukan salah daddymu atau siapapun. Kau harus menerimanya dengan ikhlas." mendengar ucapan lembut penuh sayang itu, Taehyung perlahan menampakkan wajahnya yang masih sarat akan rasa takut yang cukup tergambar jelas.

"T-tapi Yoongi, d-dia pembunuh mommy berarti a-aku juga pembunuh, p-pembunuh daddy." Sebelum teriakan itu menggema kembali, Hanbin dengan segera membawa tubuh lemah Taehyung ke dalam pelukannya.

[ END ] Little precious YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang