Setelah tujuh hari liburan, hal pertama yang dilakukan setiap orang setelah tiba di sekolah adalah...
Salin pekerjaan rumah.
Pada hari pertama liburan, mereka berpikir: masih ada enam hari, tidak perlu buru-buru mengerjakan PR.
Pada hari kedua liburan, mereka masih berpikir: Bagaimanapun, masih ada lima hari, tidak perlu terburu-buru.
Pada hari ketiga, hari keempat masih alasan yang sama.
Hm, hari libur masih tersisa banyak, tidak perlu terburu-buru.
Pada hari kelima, mereka masih tidak terburu-buru dan berpikir: PR bisa dikerjakan besok.
Pada hari keenam, mereka berpikir: masih belum cukup untuk bermain disisa satu hari. Tidak masalah untuk begadang di malam hari mengerjakan PR.
Dengan cara ini, mereka terus bermain selama enam hari tanpa berpikir.
Pada hari terakhir, hari ketujuh, ketika membuka pekerjaan rumah ...
Otak kosong.
Bagaimana menyelesaikannya? Tidak bisa mengerti.
Ah, lebih baik tidur.
Biarkan saja, main game sebentar lalu lanjutkan nanti.
Seperti ini yang terjadi di malam hari.
Ketika sudah waktu untuk akhirnya tidur.
Mereka yang tidak menulis PR berpikir, sudah sangat larut untuk menulis dan memilih menyerah. Besok bangun lebih awal untuk pergi ke sekolah dan menyalin pekerjaan rumah, berapa banyak yang bisa disalin.
Jadi, memegang pemikiran ini, mereka tidur nyenyak.
Ketika tiba waktu sekolah, mereka mulai mode gila meracau tentang tugas yang belum dikerjakan.
"Ah, ah, sekarat, sekarat! Aku belum menulis apa-apa!"
"Guru matematika akan mencambuk tubuh -"
"Ayah selamatkan aku, tuliskan untukku!"
"Enyahlah, ayah tidak ada urusan dengan pekerjaan rumahmu."
Di antara mereka, ada juga Shen Teng.
Shen Teng dengan mata berkaca-kaca, bertanya. "Apa kalian sudah menyelesaikan pekerjaan rumah?"
"Sudah selesai." - Jin Shilong.
"Sudah selesai." - Jiang Zhenshan.
"Sudah selesai." - Gu Yu.
Ekspresi Shen Teng putus asa.
Shen Teng terus bermain game selama tujuh hari di rumah, dan pekerjaan rumahnya tidak tersentuh.
Dia berpikir tentang pergi ke sekolah lebih awal hari ini untuk menyalin pekerjaan rumah, siapa sangka dia ketiduran dan tiba disekolah setengah jam sebelum kelas mandiri pagi.
Di tengah keputus-asaan, ketua tim matematika datang untuk mengambil alih pekerjaan rumah.
Chang Xiao berdiri di meja Jin Shilong, dan berkata kepada Jin Shilong dan Shen Teng. "Cepat, kumpulkan pekerjaan rumah kalian."
Shen Teng mengerjap pada Chang Xiao lalu berlagak imut. "Bisa tidak kau jangan dulu mengambil PR-ku?"
Chang Xiao tidak ragu. "Tidak bisa."
Chang Xiao dikenal berhati dingin dan tidak tersenyum. Melakukan kesepakatan dengan Chang Xiao jauh lebih sulit daripada menggapai langit.
Ekspresi Shen Teng putus asa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] I Won't Fall in Love with School Most Handsome
Teen FictionBo Shangyuan, tinggi, tampan, kaya dan nilai bagus juga populer dimata para gadis, disebut juga sebagai dewa sekolah. Gu Yu kebalikan darinya. Gu Yu tidak tinggi dan tidak tampan, karakternya suram, nilainya biasa saja, dia tidak populer dimata para...